Bagian 9

113 16 21
                                    

Happy reading!💙

Bagian 9
Pesta Peresmian


Tatapan yang berasal dari mata coklat milik Delia terus saja mengikuti gerak-gerik seorang pemuda yang dia ketahui bernama Rey. Sejak kemarin, saat Rey datang ke rumahnya entah membicarakan apa dengan Elena, Delia mulai penasaran dengan sosok Rey.

Delia sendiri tak tahu, mengapa dia begitu tertarik untuk mencari tahu tentang pemuda yang terasa asing baginya.

Kini, Rey sedang berjalan menuju Joan—papa Delia. Rey malam ini memang terlihat rapi dengan balutan jas berwarna hitam. Delia berdiri, perlahan mendekati dua lelaki yang tengah berbincang serius. Rasanya sedikit malu, namun rasa malu itu terkalahkan oleh rasa penasaran yang menghantui pikirannya.

"Papa?"

Joan menoleh, sedikit menunduk menatap putri kesayangannya kini berdiri di sampingnya dengan wajah lugu. Joan tersenyum kecil melihat tampilan Delia malam ini. Gaun kuning lemon tanpa lengan yang terbalut di tubuhnya membuat Delia terlihat anggun malam ini.

"Ada apa, Sayang?"

"Papa sedang membicarakan apa dengan," Delia menjeda kalimatnya lalu melirik Rey, "Rey?"

Mendengar itu, Joan mengerutkan keningnya. Delia mengenal Rey? Rasanya mereka belum pernah bertemu.

"Kamu kenal Rey?" Joan malah bertanya balik.

"Mmm ... kemarin di-dia datang kerumah," ucap Delia terbata. Entah kenapa dia tiba-tiba merasa gugup. Dia menatap Rey, yang juga sedang menatapnya.

Beberapa saat tatapan mereka saling terkunci. Hingga akhirnya Delia memutuskan kontak terlebih dahulu. Tak sanggup berlama-lama tenggelam dalam bola mata yang tajam itu.

"Mama dimana, Pa?" tanya Delia, masih sedikit gugup.

"Mamamu ada di sebelah utara ruangan ini. Kamu tahukan, Sayang?"

Delia mengangguk bgitu saja lalu melengos kerarah utara. Dari jarak jauh, dia sudah bisa melihat Elena sedang ngobrol santai bersama istri pejabat yang di undang di acara malam ini.

Sembari berjalan mendekati Elena, Delia tak henti-hentinya menebarkan senyum terbaiknya pada orang-orang yang menyapanya. Delia memaklumi itu, karena di awal acara dia sudah di perkenalkan sebagai pewaris utama Ayana's Group.

"Mama ...,"

Elena menoleh. Menatap Delia yang kini menarik pelan lengan gaunnya. "Kenapa, Sayang?"

Delia membuang nafas lelah. "Acaranya kapan selesai, Delia udah capek berdiri terus. High heels-nya bikin kaki Delia ngilu," lapor Delia manja.

Elena terkekeh. Setelah berpamitan pada rekan ngobrolnya tadi, dia menuntun Delia ke taman samping aula tempat acara. Suasana disana lebih sepi dan sejuk karena banyak pepohonan. Mereka duduk di bangku panjang yang berada di pinggir taman.

"Coba sini Mama lihat kaki kamu."

Delia mengangkat kakinya dengan susah payah ke atas bangku. Selain karena kakinya sudah ngilu, gaunnya yang panjang juga membuatnya sedikit kesusahan.

Elena membuka high heels Delia lalu meringis ketika melihat kaki putrinya kini sedikit lecet. Maklum, selama dua tahun belakangan ini Delia tak pernah memakai high heels. Palingan cuma kets dan sepatu balet datar.

"Sakit?"

"Aww! Sakit, Ma!" Delia berjengit kaget ketika Elena tiba-tiba saja menekan bagian lecet di kakinya.

"Kamu tunggu disini, Mama ambilin obatnya dulu, oke?"

Tanpa menunggu jawaban Delia, Elena segera berlalu meninggalkan Delia untuk mengambil obat luka.

I Luv U!✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang