Happy reading!💙
Bagian 5
Gagal Move OnDelia berhenti di tangga itu. Kintan dan Alana yang terlalu asyik ngobrol sambil berjalan di belakangnya langsung menubruknya. Untung saja, Delia tak terjerembab ke depan.
"Duh, Delia apaan sih? Pake berhenti segala, di tangga pula!" tegur Kintan.
Delia tak menjawab, pandangannya menurun ke bawah lantai. Jari-jarinya mulai bergerak meremas roknya. Kintan dan Alana yang heran, menunduk ingin tahu ekspresi Delia sekarang.
"Lo kenapa, Del?"
"Tangga ini ...," Delia menggantung ucapannya. "Disini kemarin Adrian mutusin gue," sambungnya lirih.
Kintan menghela nafas panjang. Bahkan, tempat ini juga bisa mengingatkan Delia pada Adrian. Kalau begini ... Delia akan susah move on.
"Terus kita bisa apa, Del?" tanya Kintan.
Belum lagi Delia menjawab, Alana langsung membuka suara. "Gimana kalau kita pakai tangga bagian belakang aja?"
Setelah mengucapkan kalimat itu, toyoran dari Kintan langsung mendarat di kepalanya. "Sama aja bego! Lewat tangga belakang, otomatis kita lewatin kelas Adrian. Itu mah lebih parah!" Kintan berujar kesal. Ternyata, menjalankan poin kelima itu sepertinya agak sulit.
"Udah, kita langsung ke kelas aja," Delia berjalan lebih dulu ke atas. Alana dan Kintan mengekornya dari belakang.
Sesampainya di kelas, Nur langsung menghadang mereka depan pintu. Tangannya memegang lembaran uang sepuluh ribu dan menyerahkan pada Delia. "Buat iuran gue selama seminggu yang belum terbayar."
Delia menerimanya lalu mengamati seisi kelas. Semua siswa yang tadi menatapnya langsung berpura-pura sibuk mencatat sesuatu, bahkan Kintan dan Alana yang berada di belakangnya kini berpura-pura sibuk ngobrol, seolah tak ada Delia di dekat mereka
Ciri-ciri siswa yang belum lunas iuran, ya begini. Saat salah satu teman mereka membayar iuran, yang lainnya akan berpura-pura tidak tau.
Delia tak bersikap seperti biasa. Mengamuk dalam kelas jika buku keramatnya ada yang bolong. Namun, melihat Delia yang galau begini, membuat teman sekelasnya bernafas lega. Siapa lagi yang tidak tahu, Delia si Bendahara Kelas kemarin baru saja di putuskan oleh sang kekasih. Berita itu sudah terdengar di penjuru gedung Jurusan Batra.
Delia berjalan ke bangkunya sambil terus mendengar suara sumbang milik teman-teman sekelasnya.
"Lagi galau, uang jajan gue hari ini aman."
"Iuran gue banyak bolongnya, semoga Delia nggak sadar."
"Gue udah nggak pernah bayar iuran selama sebulan ini."
"Iuran Kintan dan Alana aja udah numpuk dua minggu."
Delia menaruh tasnya di atas meja. Tangannya mengepal keras, kesal mendengar bisikan teman-temannya. Dia duduk lalu membuka tasnya, mengambil buku tebal bersampul hijau dari sana.
Detik berikutnya, suara gebrakan buku di atas meja menggema. Setelah itu ... hening. Tak ada yang berani bersuara.
"JANGAN PIKIR, KALIAN BISA LARI DARI GUE! GUE NGGAK PERNAH MENYEPELEKAN TANGGUNG JAWAB GUE GARA-GARA MASALAH PRIBADI! HITUNGAN KETIGA, BUKU IURANNYA NGGAK FULL SEMUA IURAN KALIAN BAKAL KU NAIKKAN DUA KALI LIPAT!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Luv U!✔
Roman pour AdolescentsKeseharian Delia dan dua sahabatnya selama bersekolah di SMA Pelita Unggulan Pengalaman Delia memiliki pacar pertama yang sukses membuatnya galau selama sebulan sehingga kedua temannya repot berpikir bagaimana cara membuat Delia move on. Dan ... P...