Bagian 22

74 11 0
                                        

Happy reading!💙

Bagian 23
Keluarga Delia

Sudah pukul 07.15, namun Delia masih sibuk mondar-mandir didalam kamarnya sembari menggigiti buku jarinya. Wajahnya menggambarkan raut khawatir.

"Del, kita kapan ke sekolahnya iniii?" tanya Alana yang duduk disudut ranjang gemas.

"Biarin aja, Na. Hari ini pasti kita nggak belajar, soalnya 'kan pergantian donatur sekolah, terus jam terakhir nanti gue udah mau serah terima jabatan di ekskul Karate," ucap Kintan menjelaskan.

"HAH?! LO UDAH MAU SERTIJAB HARI INI, KENAPA GAK BILANG-BILANG?!" tanya Delia sambil menggoyangkan bahu Kintan.

"Lo, sih, terlalu sibuk sampai gue lupa ngasih tahu kalian berdua," sungut Kintan.

"Apa hubungannya?" tanya Alana.

"Ya adalah! Udah, deh, langsung kesekolah aja, yuk! Udah makin siang, nih, nanti matahari makin terik," ajak Kintan lalu menarik kedua sahabatnya tanpa persetujuan lebih dulu.

Sesampainya mereka di sekolah, keadaan sudah ramai. Delia menundukkan pandangan ketika memasuki halaman sekolah. Pandangan semua orang tertuju padanya. Semuanya pasti tahu, kesibukan OSIS pagi ini karena kedatangan keluarga Ayana yang akan menjadi penyalur donatur bagi sekolah mereka. Dan, mereka baru sadar selama ini satu sekolah dengan salah satu anggota keluarga Ayana.

Inilah yang Delia tak suka. Menjadi bahan perhatian dan bisik-bisik orang di sekitarnya. Walaupun kemungkinan bisik-bisik itu mengarah pada yang positif, namun tetap saja Delia merasa risih.

Delia mempercepat langkah kakinya menuju kelas meninggalkan dua sahabatnya yang hanya bingung.

Niat ingin menghindari tatapan dari orang banyak, kini Delia malah bertemu segerombolan cewek penggosip di dekat tangga. Dengan wajah tertunduk, dia meneruskan langkahnya dan dengan pelan melewati segerombolan itu yang langsung bisik-bisik ketika Delia melewati mereka.

Bruk!

"Adawww, sakit! Lo kalau jalan liat–—"

"Yang jalan sambil nunduk siapa?"

Delia mendongak menatap cowok yang berdiri di depannya sambil berkacak pinggang. Dibelakang cowok itu, ada dua cowok lainnya yang menatap Delia dengan sorot jahil. Delia segera berdiri lalu menepuk-nepuk pantatnya.

"Rey? Lo ngapain ada di gedung Batra?" tanya Delia.

"Nyari lo, biasanya jam 7 udah ada di kelas. Tumben lambat?"

"Emm, anu, itu ... Papa, Mama dan Willo hari ini bakalan kesini," ucap Delia gelisah.

"Wah, calon mertua lo, Rey!" celetuk Nathan.

"Diem lo, Nyet! Biarin mereka ngobrol berdua dulu!" tegur Gery lalu segera menarik Nathan menjauh dari situ.

"Emangnya kenapa, kalau Om dan Tante kesini? Bagus, dong, lo bisa lepas rindu sama mereka," ucap Rey tenang.

"Ya ... iya, sih. Tapi gue nggak suka jadi bahan perhatian gini," ucap Delia merajuk.

"Dibiasain, Del. Keluarga lo itu dimana pun bakalan tersorot oleh kamera, apalagi lo anak pertama, nggak menutup kemungkinan lo yang bakalan lanjutin usaha Papa lo. Intinya cuma satu, lo harus percaya diri," ucap Rey bijak.

I Luv U!✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang