Happy reading!💙
Bagian 13
Siswa Baru (a)Pagi ini siswa SMA Pelita Unggulan di hebohkan dengan siswa yang pindah ke sekolah mereka. Cowok lagi. Katanya dia ganteng, tampan dan yang paling penting, tajir! Semua siswi bersiap, mempercantik diri agar bisa menarik perhatian cowok itu.
Koridor gedung jurusan IPA di penuhi oleh siswi-siswi yang kepo melihat ketampanan siswa baru yang katanya anak dari pengusaha sukses di Toraja. Para siswa harus menyingkir dari sana karena tak tahan dengan nyinyiran para nenek lampir yang memaki mereka agar tak menghalangi jalan di koridor.
Cowok yang menjadi objek kehebohan SMA Pelita kini duduk di dalam kelas XII IPA 4 yang pintunya di palang oleh Geri dan Nathan, dua cowok pertama yang dia kenal di sekolah ini sekaligus orang yang rela makan hati menerima omelan para siswi genit di depan pintu kelas yang ingin bertemu dia.
Cowok itu memijit kepalanya dengan jengah. Siswi-siswi disini seperti tak pernah melihat cowok ganteng sepertinya saja. Dia merasa keputusan untuk pindah kesini itu salah. Namun, mengingat seseorang juga bersekolah disini membuat rasa penyesalannya hilang. Tanpa sadar senyumnya mengembang tipis namun langsung buyar ketika mendengar keluhan dua temannya yang sibuk berjaga di depan pintu.
"Oi, sampai kapan gue mau kayak gini, sih?" keluh Geri.
"Gue juga. Udah nggak tahan ini. Dasar cewek genit, mulut kok kayak cabe, pedes amat!" omel Nathan pada seorang cewek yang dari tadi mengomentari dirinya dengan kata-kata menyakitkan.
Cowok yang duduk di dalam malah nyengir tak berdosa. Dia lalu berdiri, berjalan keluar kelas, sontak membuat kerumunan membelah seolah memberinya ruang.
"Oke, perhatian semuanya! Gue bakal kenalin diri sama kalian semua, tapi dengan satu syarat!" Cowok itu berteriak lantang, lantas membuat suasana langsung sepi. "Syaratnya adalah kalian gak boleh nyentuh gue walau ujung baju sekalipun. Gak ada penawaran!" tegas cowok itu sebelum cewek yang disebelahnya protes.
Cowok itu diam beberapa saat, menatap sekelilingnya yang hanya di penuhi oleh wanita—terkecuali dua temannya —lalu berdehem pelan.
"Kenalin, nama gue Andrey Herigato, panggil aja Rey, pindahan dari Toraja," ucap cowok itu ramah, tak lupa mengeluarkan senyumnya yang membuat cewek-cewek di sekelilingnya langsung teriak histeris.
"Dan ... tujuan gue pindah kesini buat ketemu dengan seseorang," ujar cowok itu dengan senyum misterius.
***
Hari ini gedung jurusan Batra terlihat sepi. Tentu saja karena kehadiran siswa baru di kelas IPA. Namun rupanya masih tersisa tiga cewek di gedung itu, yaitu Delia, Kintan dan Alana. Mereka hanya diam dan duduk di kelas sembari tenggelam dalam kesibukan masing-masing. Delia yang sibuk membuat cerita di Wattpad, Kintan yang serius membaca cerita Delia yang sudah ending, dan Alana yang sibuk menyalin rumus-rumus kimia.
Mereka seakan tak menganggap hal itu sebagai berita menghebohkan, malah dalam hati masing-masing mereka mencibir para siswi genit yang terlalu lebay dalam memberi info. Sekolah mereka 'kan sudah beberapa kali kedatangan siswa pindahan yang wajahnya diatas rata-rata.
"Dia ganteng banget, cuy!"
"Ya ampun, bener! Putih, tinggi, mulus terus kaya lagi. Tadi pas aku sapa dia, ih, senyum loh. Uhh, manis banget!"
"Calon suamiku, tuh!"
"Enak aja kalau ngomong!"
Mery, Vita dan Leni memasuki kelas dengan cerita masih tentang siswa baru itu. Mereka duduk di atas meja ketiga bagian tengah lalu melanjutkan cerita mereka sembari teriak kecil.
Kintan menghela napas jengah. Tiga cewek tikus yang berada tepat di belakangnya benar-benar ribut sekali.
"Berisik!"
Tiga cewek itu serempak menoleh kearah Kintan dengan tatapan sinis. Mereka mencibir tanpa suara namun langsung merapatkan bibir ketika Kintan berbalik menghadap mereka dengan muka horornya.
"Coba nyinyir di depan gue," tantang Kintan sembari melayangkan tinjunya ke udara. Ketiga cewek itu langsung berdiri, buru-buru keluar sebelum Kintan mendatangi mereka dengan tinjunya.
"Idih, cuma berani di belakang doang ternyata!" sinis Delia.
"Emang apa bagusnya, sih, itu siswa baru sampai sekolah kita kayak mau gempa gini?" tanya Alana sembari menutup buku-bukunya dan memasukkan kedalam tasnya.
Kintan dan Delia mengendikkan bahu pertanda tak peduli. Mereka berdua melanjutkan kesibukan masing-masing membuat Alana mendengus lelah karena tak tahu harus melakukan apalagi sementara semua tugas kimianya telah selesai.
"Nggak ikut olimpiade lagi, A3?" tanya Kintan.
"Nggak, 'kan udah kelas 12. Kata pembina harus fokus belajar untuk UN nanti."
Setelah itu, kelas kembali sepi. Rasa bosan menyergap Alana yang kini hanya merebahkan kepalanya diatas meja.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara riuh dari ujung koridor. Makin lama makin terdengar jelas dan yang paling parahnya, penyebab keriuhan itu justru singgah di kelas XII Batra A. Ketiga cewek yang berada dalam ruangan itu itu serempak berdiri, heran karena semua siswa menatap mereka.
Tak lama, muncul seorang cowok dari tengah-tengah kerumunan. Dia tersenyum penuh lega pada ketiga cewek di hadapannya. Ralat, dia hanya tersenyum pada cewek yang berdiri di dekat jendela itu.
"Akhirnya, kita ketemu lagi Delia Fransisca Ayana! Masih ingat gue, kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
I Luv U!✔
Teen FictionKeseharian Delia dan dua sahabatnya selama bersekolah di SMA Pelita Unggulan Pengalaman Delia memiliki pacar pertama yang sukses membuatnya galau selama sebulan sehingga kedua temannya repot berpikir bagaimana cara membuat Delia move on. Dan ... P...