Bagian 11

98 16 9
                                    

Happy reading!💙

Bagian 11
Ultah Sang Mantan


Tepat pukul 12 malam, alarm ponsel Delia berbunyi nyaring. Delia yang mendengarnya perlahan menggerakkan badannya untuk meregangkan otot-ototnya. Wajahnya berubah masam ketika kesadarannya telah penuh.

"Huh, ngapain coba bunyi tengah malam gini. Ponsel sialan!" umpat Delia kesal.

Dia segera meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas dan langsung mengeceknya.

Pukul 00.00
Ultah Adrian:)

Rasa jengkel yang tadi dia rasakan kini hilang entah kemana. Sudut bibirnya tertarik berlawanan menciptakan senyuman manis. Dia menekan layar ponselnya agar alarm pengingat itu mati lalu meletakkan kembali ke atas nakas. Untuk beberapa saat Delia tetap duduk sedang merenungkan sesuatu, setelah menghela napas panjang dia kembali membaringkan tubuhnya di atas ranjang.

Selamat ulang tahun, Mantan.

***

Jam baru menunjukkan pukul 6 pagi, namun yang terlihat kini Delia sudah berada di depan meja riasnya lengkap dengan seragam kebanggaan SMA Pelita Unggulan.

Alana yang kebetulan lewat depan pintu kamarnya langsung singgah ketika melihat sahabatnya kini berdiri di depan meja rias sembari senyum-senyum sendiri.

"Del, lo ngapain senyum-senyum sendiri disitu? Lo nggak disinggahi mbak Kunti, 'kan?"

Delia berbalik, mendengar celetukan Alana membuatnya memutar bola mata jengah. "Siapa lagi mbak Kunti itu? Lagi seneng aja, hari ini kita kembali masuk sekolah dengan status senior utama, hahaha!" Delia tertawa.

"Bukan senang karena bakal ketemu seseorang yang udah nyakitin lo, kan?" selidik Alana sembari bersandar di daun pintu kamar Delia.

Delia menoleh, menatap Alana dengan satu alis terangkat. "Ngapain juga gue harus senang ketemu sama dia? Dia udah dapat kebahagiaannya sendiri, jadi gue juga harus dong cari kebahagiaan gue sendiri," ucap Delia lalu mengibaskan rambutnya kesamping.

"Jielahh, emang udah dapat?"

"Belom, sih. Tapi nanti bakal dapat, kok!" ujar Delia yakin. "Yaudah sana, buruan cepat siap-siap berangkat kesekolah. Gue duluan ya, ada yang harus di urus dulu, ntar lo sama Kintan berangkat bareng aja, oke?"

Tanpa menunggu jawaban dari Alana, Delia segera menarik tasnya yang di taruh di atas meja lalu berjalan keluar kamarnya. Alana yang berdiri di depan pintu terpaksa menyingkir karena Delia segera mengunci pintu kamarnya.

"Gue berangkat duluan, ya!"

Alana hanya diam menatap punggung Delia yang kian menjauhi sembari menggeleng kepalanya pelan.

***

Delia berjalan menyusuri koridor kelas 12. Setelah tiba di depan kelasnya, dia berhenti sejenak lalu tersenyum kecil.

Kakinya melangkah menuju kelas yang belum terisi siapapun. Suasananya pun agak mencekam karena gorden kelas belum di sibak.

Segera dia pergi memilih tempat duduknya seperti saat kelas sebelas dulu. Sekelasnya dulu sudah berjanji, saat mereka kelas dua bekas nanti, pola tempat duduk mereka tetap sama dan tak ada yang pindah atau bertukar tempat.

Setelah meletakkan tasnya begitu saja diatas meja. Delia berjalan keluar kelas dan menyusuri koridor sampai di kelas Adrian. Dia mengintip kedalam kelas itu namun belum ada tanda-tanda keberadaan Adrian disana. Hanya beberapa siswa di dalam yang sedang duduk sembari bermain game.

I Luv U!✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang