Keseharian Delia dan dua sahabatnya selama bersekolah di SMA Pelita Unggulan
Pengalaman Delia memiliki pacar pertama yang sukses membuatnya galau selama sebulan sehingga kedua temannya repot berpikir bagaimana cara membuat Delia move on.
Dan ...
P...
"Itu bagian buat orang yang keras kepala kayak lo! Lo bilang diri lo udah dewasa, tapi kenyataannya kelakuan lo masih kekanak-kanakan!" bentak Kintan tanpa rasa bersalah. Setelah mengucapkan kalimat itu, Kintan pergi menjauh dengan langkah yang panjang.
Tangis Delia makin menjadi. Dia luruh ke lantai, menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya. Alana yang berdiam diri di sampingnya kini menjadi serba salah, haruskah dia tetap disini menenangkan Delia atau pergi menyusul Kintan yang entah kemana tujuannya?
Alana menghela nafas, dia bingung bagaimana harus membalas perkataan Delia. Alana berjongkok disamping Delia, mengelus pundak Delia dengan lembut lalu berkata, "Lo nggak salah, Na. Nggak ada aturan yang melarang ucapin selamat ultah ke mantan, tapi cara lo ladenin omongan Lucy itu salah."
"Jangan khawatir, Kintan nggak marah, kok, sama lo. Dia cuma lagi kesal aja, bentar lagi baikan kok," ucap Alana menenangkan.
"Tapi Na, baru kali ini gue lihat Kintan semarah itu."
Alana terdiam sejenak. Benar, baru kali ini Kintan semarah itu. Bahkan, tadi dia cukup kaget sekaligus merasa tolol saat itu karena hanya diam saat Kintan menampar Delia didepan matanya.
"Kintan sayang banget sama lo, Del. Makanya dia semarah itu saat lihat sahabat yang selalu ingin dia lindungi malah mempermalukan dirinya sendiri. Kintan udah anggap lo dan gue sebagai sahabatnya, jadi semarah apaun dia, sebesar apapun kesalahan yang kita buat, dia gak akan pernah benci kita. Sekarang dia cuma lagi butuh waktu buat nenangin diri, lo tenang aja. Percaya sama gue, Del," hibur Alana dengan mimik meyakinkan. Walaupun sebenarnya, di lubuk hatinya dia kurang yakin apakah kata-katanya barusan memang benar.
Semoga benar, ya Allah.
Alana menuntun Delia berdiri kembali. Perlahan jarinya bergerak menghapus jejak air mata di pipi Delia.
"Udah nangisnya, ntar cantik lo luntur," canda Alana, membuat Delia yang kini sesegukan mau tak mau harus tersenyum.
"Kita susul Kintan, ya, A3?" pinta Delia memohon.
"Oke!" Alana menyetujui permintaan Delia cepat. Kini dia yakin Delia sudah baikan, terbukti dengan Delia memanggilnya A3.
***
Kintan terus berlari menyusui lorong-lorong sekolah. Rasa bersalah menyelimutinya. Dia menampar Delia? Yang benar saja, Kintan tak memiliki niat itu. Sekarang dia yakin, Delia tak akan mau bertemu dengannya lagi.
Kintan terus berjalan, menuruni tangga menuju lantai satu. Tatapan aneh siswa lain yang berpapasan dengannya tak di hiraukan. Pandangannya kini mengabur karena air mata yang berkumpul di pelupuk matanya. Hingga akhirnya saat berbelok, dia terpental jatuh karena menabrak seseorang.
"Eh? Lo gak apa-apa, kan? Jangan nangis, dong!" Cowok di depannya berseru panik karena Kintan yang langsung menangis keras di bawah lantai.
Cepat-cepat dia menuntun Kintan berdiri paksa, karena melihat tatapan siswa lain seolah berkata 'lo apain cewek itu sampai nangis?!'
"Bagian mana yang sakit? Aku anterin ke UKS, ya? Nangisnya udah, dong!" pinta cowok itu lelah.
Kintan yang kini bisa menguasai dirinya langsung mengelap air matanya dengan kasar menggunakan lengannya. Dia menatap nyalang cowok di depannya.
"Lo kalau jalan pakai mata, dong, jangan pakai dengkul!" teriak Kintan kesal lalu pergi dari hadapan cowok itu.
"Lah, tadi yang duluan nabrak memangnya siapa?" decak cowok itu. Dia masih terpaku sejenak di tempatnya, rasanya dia familier dengan cewek itu. Tak butuh waktu lama, matanya kini membulat sempurna. "Dia Kintan, ketua ekskul karate itu?!"
***
Delia meremas ujung roknya. Jarak beberapa meter kedepan, ada Kintan yang memunggunginya, duduk dengan lutut di tekuk.
Merasa bahunya di tepuk, Delia menoleh. Disampingnya Alana tersenyum memberi semangat. "Lo pasti bisa! Ayo kesana sekarang, ajak dia ngomong baik-baik kalau perlu lo minta maaf duluan."
Delia mengangguk. Dia perlahan berjalan lalu dengan hati-hati duduk di samping Kintan. Ketika Kintan menoleh kearahnya, Delia tertegun melihat mata Kintan yang membengkak. Kintan juga menangis?
Kintan hanya menatapnya datar lalu membuang mukanya itu arah lain.
"Gue minta maaf."
"Gue tahu, gue keras kepala, gue kekanak-kanakan, gue itu egois, gue nggak mau dengerin lo," Delia menelan ludah susah payah. "Tapi gue mohon, jangan marah kayak gini. Gue jadi merasa bersalah banget."
Pertahanan Delia kini runtuh. Dia kembali menangis sejadi-jadinya. Dia tak tahu, Kintan juga kini tengah menahan isak tangis sedari tadi.
"Setelah ini gue janji, bakal dengerin apapun yang lo bilang. Tapi, gue mohon jangan benci gue. Gue, gu—"
Belum selesai Delia berbicara, Kintan kini langsung memeluknya erat bersamaan dengan isak tangis yang pecah diantar keduanya.
"Stop, Del. Jangan memohon sepeti itu sama gue. Gue yang harusnya minta maaf ke elo. Gue udah nampar lo. Sahabat macam apa gue? Gue nggak layak dapet gelar sebagai sahabat lo, Del. Gue udah ngelewati batas. Maafin gue, Del, maaf," tangis Kintan menjadi.
Delia menggeleng kuat-kuat. "Sampai kapanpun, gue, lo dan Alana adalah sahabat selamanya. Rintangan sebesar apapun nggak boleh memutuskan hubungan kita. Lo adalah sahabat gue dan lo lebih dari layak untuk berjalan disamping gue, Tan."
Kintan mengeratkan pelukan mereka. Bahunya bergetar menahan rasa bersalah yang membuncah di hatinya.
Menyesal.
Dia menyesal menampar dan mengatai Delia. Semakin menyesal, saat dia pergi menjauh Delia malah datang mendekat untuk meminta maaf.
Di belakang, Alana mengusap air mata haru yang mengalir begitu saja di pipinya. Dia berjalan mendekati Kintan dan Delia yang masih berpelukan ikut bergabung.
"Kita sahabat selamanya."
Delia dan Kintan mengangguk, mengiyakan perkataan Alana. Detik selanjutnya, mereka tertawa bersama.
Pagi itu, langit dan mentari menjadi saksi bahwa persahabatan mereka memang sejati.
:)
Makasih, buat yang udah sempatin waktunya baca cerita ini:*
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.