Bagian 16

99 13 1
                                        

Happy reading!💙

Bagian 16
Gery dan Nathan

Saat Delia masih berusaha menormalkan kembali pipinya yang merah, tiba-tiba saja dua makhluk yang tak dikenal datang mendekati meja mereka dan langsung duduk didekat Rey.

"Hey, Bro! Ketemuan sama cewek cantik nggak ajak-ajak. Curang lo!" Gery mendengus jengah sembari merangkul bahu Rey dan memijitnya dengan keras.

"Aww! Geli, bego!" ringis Rey lalu mengibas tangan Gery menjauh dari bahunya.

Tiga cewek yang berada disitu hanya terdiam menyaksikan kericuhan yang dibuat oleh dua cowok itu. Oh, ralat. Hanya Gery saja yang ribut. Nathan hanya terdiam sembari memperhatikan Kintan yang duduk berhadapan dengannya. Kintan yang mengetahui itu langsung melemparkan tatapan tajamnya.

Namun, Nathan tetap bergeming ditempatnya seolah tak terpengaruh dengan tatapan menusuk Kintan. Sampai akhirnya, dia berjengit lalu melompat dari kursi ketika Kintan langsung menggebrak meja kantin dengan keras untuk meluapkan kekesalannya.

"Lo ngapain liat-liat gue kayak gitu!" bentak Kintan dengan suara lantang membuat seluruh mata penghuni kantin tertuju padanya.

"Owoooo, tenang, tenang! Gue cuma mau mastiin lo cewek yang pernah nabrak gue sambil nangis bombay itu, kan?" Nathan berbicara masih tetap berdiri agak jauh dari meja, takut Kintan berniat akan menonjoknya.

Kintan terdiam sejenak berusaha mencerna perkataan Nathan. Ketika otaknya mengingat momen itu, dia langsung duduk sambil menutup wajahnya.

Telinganya langsung memerah ketika mendengar cekikikan penghuni kantin yang tahu Kintan si Cewek Bogem ternyata pintar juga nangis.

"DIAM LO SEMUA!!!" Kintan kembali menggebrak meja dan menatap nyalang ke seluruh penjuru kantin. Alhasil, kantin yang tadinya ramai langusng sepi bak tak ada penghuni.

"Dan lo! Dasar cowok kaleng rombeng! Tunggu aja bagian lo!" ancam Kintan lalu pergi dari kantin.

Delia dan Alana yang tak tahu apa-apa langsung saja pergi mengejar Kintan.

"Lo apain anak orang, Nat?" tanya Rey bingung.

"Seperti yang kalian lihat, gue nggak apa-apain dia, kok. Dianya aja yang terlalu bar-bar gitu. Malu kali ketahuan pernah nangis di depan cowok ganteng kayak gue," ucapan Nathan makin ujung makin melantur membuat Gery langsung menoyor kepalanya dengan keras. "Lo jadi cowok terlalu kepedean banget!" cibirnya.

"Lo minta maaf sana. Lo nggak ada rasa bersalah gitu udah buat Kintan nangis?" tanya Rey tenang.

Nathan menggaruk kepalanya bingung, "Ya ... gue ngerasa bersalah, sih. Tapi gue takut nanti bukannya permintaan maaf gue diterima, gue malah kena tonjokan di pipi gue yang masih mulus tak bernoda ini," ucap Nathan lalu mengelus pipinya dengan sayang. Gery yang melihat itu langsung berlari keluar kantin menuju toilet karena merasa mual.

Rey hanya menggelengkan kepala melihat tingkah dua teman barunya itu. "Udah, lo tenang aja. Coba lo jelasin dari jauh aja, biar Kintan nggak punya kesempatan buat nonjok lo. Tapi, kalaupun Kintan tetap niat buat nonjok lo, lo masih punya kesempatan buat melarikan diri," ucap Rey memberi solusi ngaco. Nathan mengusap dagunya memikirkan ucapan Rey lalu mengangguk mantap. Rey menepuk pundak Nathan. "Kalau gitu ... selamat mencoba, bro," ucapnya dengan senyum miring.

***

Kintan berjalan menuju kelas dengan langkah lebar. Telinganya menangkap jelas suara Delia dan Alana yang memanggilnya dari belakang, namun sekarang dia tak berniat untuk berbalik. Amarahnya kini memuncak di ubun-ubun, mengingat setiap kata yang di ucapkan Nathan si Cowo Kaleng Rombeng itu. Tunggu saja! Kalau cowok itu muncul di hadapan nya, Kintan berjanji akan membuatnya kapok karena berani bermasalah dengannya.

Tiba di kelas, Kintan langsung duduk di kursinya lalu segera memasukkan barang-barangnya kedalam tas. Alana dan Delia yang tiba didepan pintu langsung mencegah Kintan.

"Tan, lo mau ngapain?! Jangan bilang kalau lo mau bolos!" pekik Alana.

Kintan tak menjawab apa-apa, dia menarik tasnya lalu berjalan keluar kelas.

"Tantan, lo jangan bolos. Masih ada dua mapel, loh," ucap Delia dengan polosnya.

Kintan berbalik lalu mendengus, "Gue gak peduli!" ucapnya ketus lalu melanjutkan langkahnya.

Suara Delia dan Alana yang terus mengejarnya kini tak dia perdulikan lagi. Namun, saat Kintan sudah beberapa meter dari kelasnya, sebuah suara bass mampu menghentikan langkah kakinya.

"Kintan, gue minta maaf!" teriak Nathan tepat didepan pintu kelas XII Batra A.

Kintan membulatkan matanya. Teriakan Nathan yang cukup keras membuat kerumuman siswa lain yang kepo kini merebak.

"Gue minta maaf, kalau emang ada salah. Tolong maafin, gue!" teriak Nathan lagi.

Kintan masih terpaku di tempatnya. Masih diam tak berkata apapun. Kintan bukannya tak ingin berbicara, namun lidahnya seakan kelu jika digerakkan.

Nathan yang melihat tanda-tanda Kintan belum menjawabnya kini berteriak lagi, "KINTAN ROSI ALMANIA! GUE MINTA MAAF SAMA LO!"

Kintan membulatkan mata lagi. Rasa kesal yang tadi sempat hilang kini muncul kembali. Dia melempar tas ke sembarang arah lalu menunjuk Nathan dengan garang, "Sini lo! Dasar cowok kaleng rombeng!" ucapnya lalu mengejar Nathan.

Dari jauh, Nathan langsung membulatkan mata. "Mati gue!" pekiknya lalu segera berlari sebelum Kintan mendapatkannya.

Dan akhirnya, terjadilah aksi kejar-kejaran di gedung Batra itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I Luv U!✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang