XI

486 67 3
                                    



Huft.......hoeek......uhuk....

Kyungsoo mengusap sudut bibirnya setelah memuntahkan semua yg ada didalam perutnya, namun tidak ada yg keluar hanya cairan berwarna putih yg terus saja keluar sejak pagi. Ini sudah kelima kalinya setiap pagi yg terjadi padanya, dan ini yg keenam.

Entah apa yg terjadi pada kyungsoo, ia terus saja merasa kepalannya sangat sakit dan perutanya terasa begitu tidak nyaman. Tubuhnya pun terasa begitu lemas seolah tenangannya terbagi menjadi dua selama beberapa hari belakangan.

Kyungsoo keluar dari kamar mandi. bercermin dikaca besar dimeja riasnya, menperhatiakan wajahnya yg begitu pucat padahal ia makana dengan teratur.

"Kenapa perut ku terasa tidak nyaman?"

Kyungsoo bergumam sambil memijat sebelah kepalanya yg terasa begitu pusing.

Ponsel Kyungsoo bergetar disamping meja kecil disebelahnya. Panggilan dari nomor Dokter pribadi keluarg Do tertulis dilayar. Kyungsoo dengan tangan yg begitu lemas menyambar ponsel itu langsung menangkat panggilan telepon itu.

"Yoboseyo?"

Kyungsoo mengakat panggilan telepon itu dengan suara yg begitu lemas.

"........"

"Ah, baik Dok. Choi. Aku akan kerumah sakit sekarang"

Setelah menutup panggilan telepon dari Dokter pribadi keluarga Do, kyungsoo dengan tubuh yg terasa lemas bergegas keluar dari kamar. Ia turun kelantai dasar rumah dan melihat Jinyoung, sang kakak yg berlutu dihadapan Tn. Do yg berdiri dengan sebuah tongkat panjang ditangannya dan langsung saja pergi dari sana. Tanpa tahu jika jinyoung sudah melihatanya.

"Mau kemana dia?" batinya yg merasa heran tumben sekali adiknya itu pergi keluar rumah setelah makan malam tanpa meminta untuk ditemani olehnya seperti biasanya.

Kyungsoo tampak baru saja keluar dari ruangan milik Dokter pribadi keluarganya dirumah sakit yg didirikan oleh mendiang kakaknya.

Kyungsoo tampak sangat begitu sedih setelah keluar dari ruangan dokter itu terlihat dari wajah yg terlihat sangat murung dengan wajah yg tertunduk kebawa seolah ia baru saja mendengar berita buruk.

Ia berjalan melangkah'kan kakinya dengan gontai menyusuri lorong rumah sakit yg ramai dan sesekali menaberak beberapa perawat dan pasien yg lewat, kyungsoo tampaknya tidak menperhatikan jalanya.

Kyungsoo kembali kerumahnya hampir tengah malam dan melihat Tn. Do tampaknya masih belum puas menghukum sang putra terlihat dengan menperhatikan Jinyoung yg tengah berenang dikolam renang dengan tongkat kayu yg masih setia ditangannya.

Ia masih tidak tahu masalah apa lagi yg kali ini dibuat oleh kakak gilanya itu hingga dihukum seperti itu. namun, kyungsoo tidak ingin ambil pusing. Ia sudah cukup dibuat begitu pusing dengan masalah baru yg sekarang timbul.

Jinyoung yg melihat seliut kyungsoo didalam rumah menatap sang adik bingung. Ia belum pernah melihat kyungsoo pulang semalam ini sejak hubungannya dengan sehun berakhir.

Bicara tentang sehun, pria bermarga Oh itu sepertinya benar-benar hilang entah kemana bersama dengan teman-temaannya. Entah apa yg sedang mereka rencanakan, hanya jinyoung lah yg tahu.







Kyungsoo menutup pintu kamar setelah masuk kedalam kamar yg cukup rapih namun berdebu karna jarang ia bersihkan. Kyungsoo duduk dipinggir ranjang tidurnya dengan tangan yg menbuka amplob yg sejak tadi ia bawa.

Kalimat demi kalimat yg tertera didalam surat didalam amplob yg ia buku ia menbacanya, hingga tiba-tiba kyungsoo melepar surat itu seyata berteriak sangat kencang.

Beruntung kamarnya kedap suara jadi tidak mungkin kedua orangtuannya dan kakaknya akan mendengar teriakaannya.

Kyungsoo menjambak rambut hitam sebahunyanya yg tiba-tiba terasa puisng sembari menangis. Ia tidak percaya dengan hasil yg tertera didalam surat itu.

"Ya Tuhan!"

Kyungsoo lagi-lagi berteriak tapi kedua tangannya sekarang tidak lagi menjambak rambutnya melainkan tengah memukul perut yg sedikit menbuncit.

kyungsoo terjatuh bersimpu dilantai dengan tangan yg masih memukuli perutnya sendiri, isakan demi isakan terdengar begitu keras, hatinya kembali sakit perasaannya kembali kacau dan rasa nyeri luas bisa itu kembali menyerang kepalanya. Ia butuh sandaran saat ini, akan tetapi ia tak tahu siapa yg bisa ia sandari sekarang ini. Ia takut kuat lagi menahan rasa sakit ini.

Ditatapnya surat yg ia lemparnya sebuah lembaran kertas putih bertuliskan nama rumah sakit, sebuah kertas hasil diagnosis, yg menyatakan jika kyungsoo tengah mengandung 3 minggu.

Sebuah ingatan bagai mimpi buruk baginya tiba-tiba saja terlintas didalam kepalanya. Sebuah ingatan yg ingin sekali ia hilangkan. Sebuah kecelakaan yg terjadi 3 minggu yg lalu yg menbuat sebuah janin ada didalam perutnya.

Buah cinta hasil percintaannya dengan Park Chanyeol.

Kyungsoo terus memukuli perutnya itu, ia masih tidak ingin mengandung anak dari Chanyeol. Namun, apa boleh buat. Ia sudah ada disana dan tumbuh.

Setelah kabar kehamilan kyungsoo tersebar dikeluarganya Tn.Do dan Tn.Park sepakat untuk menpercepat pernikahan menjadi 1 bulan lagi, sebelum kebar kehamilan diluar nikah tercium media massa.

Mendengar hal itu jinyoung menjadi semakin panik karna rencanannya bersama dengan sehun belum rambung semua. Berbeda dengan chanyeol dan suho.

Kedua pemuda dari keluarga Park itu malah menyeringai, satu tahap dari rencana mereka telah selesai hanya menunggu tahap terakhir saja.

"1 tahap lagi"

"DASAR BAJINGAN TENGIL"  






ceritanya makin gaje ya? 

Beautiful Pain (Gs) FinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang