Ada yang berbeda saat langkah Tera menapaki halaman sekolah. Ia melihat selebaran berukuran besar yang tertempel di papan depan, yang biasanya berisi pengumuman-pengumuman penting. Tera membaca tulisan yang tertera di kertas tersebut. Tulisan itu bukan tulisan tangan, tapi ketikan komputer.
Saya telah menjebak Tera dengan memasukkan kondom ke dalam tasnya. Mohon maaf untuk ketidaknyamanannya.
Dugaan Tera selama ini benar, bahwa ada seseorang yang telah menjebaknya. Satu per satu siswa yang memasuki pelataran sekolah mendekat ke arah papan dan membaca pengumuman tersebut.
Mereka melirik Tera. Beberapa melihat gadis itu dengan simpati, tapi banyak juga yang bersikap cuek. Ada yang hendak meminta maaf tapi menghentikan langkahnya setelah melihat tatapan awas dari teman-temannya yang lain. Ia tak ingin di-bully seperti Tera jika dekat dengan gadis itu.
Kertas berisi permintaan maaf itu tak hanya terpampang di papan depan tapi juga di papan majalah dinding, serta di pintu setiap kelas, terutama kelas sebelas.
Sebenarnya Tera penasaran akan sosok pelaku yang tega menjebaknya. Namun baginya hal ini sudah cukup untuk memulihkan nama baiknya.
Belum habis rasa senangnya dengan surprise kertas permohonan maaf itu, Tera menemukan kejutan lain di loker yang bertuliskan namanya. Satu kardus berisi sepasang sandal cantik memanjakan mata. Tera bingung, siapa yang meletakkan sandal di dalam loker?
Ada secarik kertas yang menyembul dari balik sandal. Tera membacanya seksama.
Dipakai ya sandalnya, semoga kamu suka.
Tera bertanya-tanya, apa sandal cantik yang terlihat anggun dan berkelas itu memang untuknya? Modelnya simple tapi tak mengurangi penampilan sandal yang elegan. Tera membuka sepatunya dan mencoba sandal itu. Senyum terkerling dari bibirnya. Baru kali ini ia mendapatkan hadiah sandal yang begitu cantik. Ia ingin sekali mengetahui sosok di balik sandal elegan itu. Namun Tera memaklumi, barang kali ia sengaja memberikan sandal itu diam-diam karena tak mau di-bully atau diejek teman-temannya jika ketahuan memberikan sandal untuknya. Atau memang, sosok itu tak ingin dikenal?
Siapapun orangnya, Tera sangat berterima kasih. Untuk pertama kali, ia merasa begitu berarti.
******
"Lex, lo niat banget ya masang-masang permohonan maaf di papan depan, papan mading, terus di setiap pintu kelas." Dela berdecak. Ia heran dengan perubahan sikap Alexa yang melunak.
Alexa yang tengah meminum jus dalam botol kemasan seketika tersedak.
"Apa? Permohonan maaf? Gue nggak bikin pengumuman apa-apa." Alexa bingung dan tak mengerti akan ucapan Dela.
"Jadi kertas-kertas yang diketik pakai font berukuran besar yang isinya, Saya telah menjebak Tera dengan memasukkan kondom ke dalam tasnya. Mohon maaf untuk ketidaknyamanannya, itu bukan kerjaan lo?" Revina menatap Alexa tajam dan mencurigai ada sesuatu yang janggal.
Alexa menggeleng, "Nggak, gue nggak masang-masang kertas di papan pengumuman. Gue masih waras buat nggak ngakuin perbuatan gue. Gue jadi penasaran pingin baca." Alexa berjalan cepat menuju papan pengumuman diikuti Dela, Revina, dan Velma.
Alexa shocked luar biasa membaca kertas permohonan maaf yang terpajang rapi. Ia geram dan ingin tahu siapa yang berani menempelkan tulisan itu.
Alexa mengajak ketiga temannya ke taman belakang.
"Jujur, deh, di antara kalian siapa yang mengkhianati gue?" Alexa menatap teman-temannya satu per satu dengan mimik wajah diselimuti amarah
"Kita nggak masang-masang tulisan itu. Gue yakin orang yang masang tulisan itu datang ke sekolah lebih pagi, atau dia yang kemarin pulang paling akhir. Atau mungkin Tera sendiri yang menempel?" Velma menyapu pandangannya ke arah teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bullying Survivor (Completed)
Teen FictionTentang remaja bernama Tera, yang mencoba bertahan dari jerat bullying yang diselancarkan orang-orang di sekitarnya. Why do they bully you? Because they are only shallow-minded people who don't know the way to treat others as human. @archaeopteryx_ ...