Tera membereskan buku-buku bacaan untuk anak, sumbangan dari Abimanyu dan teman-temannya. Banyak buku yang masih baru dan bahkan masih ada label harganya. Tera bisa menerka bahwa Abimanyu dan teman-temannya sengaja membeli buku-buku baru untuk disumbangkan pada anak-anak pemulung yang putus sekolah maupun yang masih sekolah tapi tak memiliki buku-buku bacaan.
Ia menghitung buku-buku yang ada dalam kardus-kardus yang diletakkan di taman tengah. Abimanyu dan teman genknya belum keluar dari kelas.
"Mau jualan buku di sini? Di sekolah dilarang jualan."
Tera terkesiap. Ia mendongakkan kepala. Wajah cantik Alvira yang sedemikian jutek menatapnya penuh kebencian. Di sebelah Alvira berdiri Clarisa dan Yunita yang juga menelisik ke arahnya begitu sewot.
"Buku-buku ini untuk disumbangkan, bukan dijual." Tera berdiri dan menatap ketiga geng cewek populer itu datar. Ia memberanikan diri membuat kontak mata dengan Alvira dan kedua temannya.
Alvira cukup tercengang melihat reaksi Tera yang lebih berani menghadapinya.
"Apa benar lo pacaran sama Abimanyu?" gadis itu bersedekap dengan gaya angkuhnya.
Tera tak menjawab. Ia merasa tak perlu menjawab pertanyaan yang menyangkut urusan pribadi.
"Kenapa lo nggak jawab? Gue nanya, lo denger apa nggak?" Alvira menaikkan intonasi suaranya.
"Aku nggak mau jawab karena itu pertanyaan privasi," jawab Tera tenang.
Alvira melirik dua temannya dan tersenyum miring.
"Lagaknya... Macam artis aja lo, ditanya nggak mau jawab. Denger ya, gue nggak suka lo deket Abimanyu. Mending lo jauhin Abimanyu." Alvira menunjuk-nunjuk wajah Tera dan menajamkan matanya seolah ingin menerkam.
Tera mencoba bersikap setenang mungkin. Ia belajar banyak dari serangkaian bullying yang pernah ia terima selama ini. Rasanya ia tak bisa lagi diam dan membiarkan orang mem-bully seenaknya. Pem-bully akan semakin senang mem-bully jika korban takut dan lemah. Ia harus tegar dan tak gentar menghadapi siapapun yang mem-bully-nya.
"Memang kamu siapanya Abimanyu? Kenapa melarangku untuk dekat dengannya?"
Alvira dan dua temannya tercengang dengan reaksi Tera. Mereka tak menyangka gadis yang di mata mereka cupu ini berani membalikkan pertanyaan.
"Lo berani banget ya nanya balik ke gue? Jangan macem-macem sama gue. Gue bisa bikin lo nyesel seumur hidup lo!" Alvira melotot dan melangkah lebih dekat untuk memangkas jarak.
Tera tak gentar. Tatapannya tak kalah tajam. Ia tersenyum, bukan senyum manis. Alvira semakin jengah melihatnya.
"Kenapa harus mengancam? Apa ancaman bisa menyelesaikan masalah? Kenapa aku nggak boleh dekat dengan Abimanyu? Aku punya hak untuk berteman dengan siapapun," tegas Tera.
Alvira mendorong tubuh Tera hingga gadis itu tersungkur.
"Lo itu berani banget, ya. Lo nggak takut? Nggak ada yang boleh deketin Abimanyu, paham, nggak?" Alvira mengeraskan suaranya hingga beberapa murid yang berada di sekitar tempat itu mengalihkan tatapannya pada sosok Tera.
Tera bangkit dari posisinya.
"Aku nggak takut sama kamu, Alvira. Aku juga murid di sekolah ini. Kita punya kewajiban dan hak yang sama. Aku nggak melakukan pelanggaran apapun, untuk apa aku takut?"
Alvira dan dua temannya semakin tercengang. Tera sama sekali tak menunjukkan rasa takutnya. Alvira mengepalkan tangannya.
"Jadi lo nggak akan ngejauhi Abimanyu?" hardik Alvira sekali lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bullying Survivor (Completed)
Teen FictionTentang remaja bernama Tera, yang mencoba bertahan dari jerat bullying yang diselancarkan orang-orang di sekitarnya. Why do they bully you? Because they are only shallow-minded people who don't know the way to treat others as human. @archaeopteryx_ ...