Alexa duduk di ujung ranjang sementara matanya bergerilya ke segala sudut. Kamar ini tidak sempit tapi juga tak seluas kamarnya dulu. Ayahnya menyewa rumah ini untuknya, juga Tera dan keluarganya. Ia tak menyangka, dalam beberapa waktu ke depan, entah sampai kapan, ia akan tinggal seatap bersama Tera.
Satu hal yang ia lakukan ketika mendengar fakta baru tentangnya adalah, ia hanya bisa menganga sekian detik. Mulutnya ingin bicara tapi yang ada ia hanya mampu membisu. Bibir terkunci dan matanya seketika berembun. Ingin rasanya berteriak kencang mengetahui kegetiran yang belum lama terungkap. Ingin ia bertanya, kenapa garis hidupnya seperti ini? Kenapa ia harus memiliki sang ayah yang tak pernah bisa menjaga sebuah komitmen dan membagi cinta dengan banyak wanita? Dan kenapa semesta seolah menertawakannya? Karena kini ia hanya seorang pesakitan. Satu per satu hal-hal yang ia banggakan lepas darinya dan hatinya harus berdamai dengan segala yang tak pernah terlintas dalam benaknya. Dalam tubuhnya juga tubuh Tera, mengalir darah sang ayah.
Belum habis keterkejutannya, ia harus berbesar hati menerima sesuatu yang sangat menyakitkan. Dia akan memiliki adik dari sang sekretaris yang sudah lama menjadi selingkuhan sang ayah. Kejam! Sang ayah akan menikahi wanita yang mengandung janin tak berdosa itu sementara ibunya masih berjuang untuk sembuh di Rumah Sakit Jiwa.
Alexa memilih diam, puasa berbicara kecuali jika berhadapan dengan Sagara. Ia hanya mau berbicara dengan Sagara. Ia tak mau lagi berbicara dengan ayahnya, bahkan melihatnya pun enggan. Kekecewaan pada sang ayah telah mengakar kuat dan menorehkan rasa sakit yang kian menggunung. Ia pun belum mau berbicara dengan Tera.
Ia tahu, Tera tidak bersalah dan ia tak punya alasan untuk membenci seseorang yang ternyata adalah adik satu ayah. Ia tahu, dulu ia begitu jahat pada Tera. Hanya saja ia belum bisa menerima kepahitan ini. Satu kegetiran tentang sang ayah yang bahkan sudah mengkhianati ibunya sejak awal pernikahan. Ia belum bisa memaafkan sang ayah.
"Alexa, aku berangkat dulu. Ada Nenek dan Bibi Emah di rumah. Kalau kamu butuh bantuan, kamu bisa minta bantuan mereka. Dekha juga sudah berangkat tadi. Sekolahnya persis di depan rumah." Tera berusaha mengajak Alexa berbincang meski gadis itu masih membisu dan menjaga jarak.
"Aku berangkat, ya..." Tera melukis senyum terbaiknya. Ia tak pernah menyimpan kebencian ataupun dendam pada Alexa. Terlebih saat ini. Kondisi psikis Alexa belum stabil.
Alexa tak merespons. Matanya terlihat kosong. Tera berjalan keluar tanpa bicara lagi.
Abimanyu yang sudah menunggunya di ruang tamu mengangkat wajahnya saat gadis itu melangkah keluar. Senyum tercetak di kedua sudut bibirnya.
"Udah siap?" Abimanyu beranjak dan menyodorkan satu helm.
Tera mengangguk. Berangkat dan pulang sekolah bersama Abimanyu seolah jadi rutinitas yang tak terelakkan. Tak ada ikatan, tapi seakan Abimanyu telah mengikatnya.
Sepanjang jalan, Abimanyu sering mengajaknya bicara atau bahkan bersenandung menyanyikan lagu-lagu romantis. Tera tetap menjaga jarak. Menciptakan celah agar tidak menempel di punggung Abimanyu. Tanpa antisipasi apapun, Abimanyu menarik tangan Tera dan menuntunnya untuk memeluk pinggangnya.
Tera terkesiap. Ia berusaha melepaskan, tapi Abimanyu mengeratkan genggamannya.
"Jangan kaku gitu, Ter. Pegangan yang kenceng." Tangan Abimanyu masih menggenggam tangannya.
"Aku... Aku... Nggak enak...." Tera pun bingung. Ia menurut saja apa yang diminta Abimanyu, pegangan yang kencang.
"Dibikin enak aja," balas Abimanyu santai.
Sungguh Tera tak mengerti. Ketika Abimanyu melihatnya berbincang dengan Sagara, pemuda itu cemburu dan sempat mendiamkannya. Pesan whatsapp-nya tak dibalas. Hingga akhirnya Tera menelepon dan menjelaskan semua. Keesokan harinya, Abimanyu tak lagi mendiamkan. Ia bilang, ia tak pernah marah, hanya sekadar menguji saja apakah Tera peduli pada perasaannya? Laki-laki itu tersenyum bahagia karena Tera berusaha untuk meyakinkan bahwa dia dan Sagara tak ada hubungan apapun. Sampai di sini, Tera bertanya-tanya, kenapa ia harus menjaga perasaan Abimanyu? Dan kenapa ia harus menjelaskan semuanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bullying Survivor (Completed)
Teen FictionTentang remaja bernama Tera, yang mencoba bertahan dari jerat bullying yang diselancarkan orang-orang di sekitarnya. Why do they bully you? Because they are only shallow-minded people who don't know the way to treat others as human. @archaeopteryx_ ...