"Teraaaa...."
Gadis berpenampilan sederhana itu menghentikan langkah lalu membalikkan badan. Seorang remaja yang dijuluki "biang onar" berlari tergopoh-gopoh ke arahnya. Tera mengernyit. Ada apa gerangan Abimanyu memanggilnya?
Abimanyu berdiri di hadapan Tera. Badannya sedikit membungkuk. Kedua tangannya bersandar di kedua lututnya. Napasnya tersengal-sengal. Tampak benar usahanya untuk menstabilkan napas.
"Ada apa?" tanya Tera datar.
Abimanyu mengusap sedikit peluh yang menetes.
"Gue... Gue udah ngapus postingan gue. Foto gue dan Alexa udah nggak ada lagi." Cowok bengal satu itu melebarkan senyumnya.
"Terus?" Tera mengernyitkan alis.
"Lo nggak berterima kasih sama gue?" Abimanyu ikut mengernyit.
Tera baru menyadari, harusnya ia berterima kasih.
"Makasih..." Tera tersenyum tipis.
"Cuma itu?" Abimanyu masih menatap Tera lekat, memastikan bagaimana sebenarnya detail wajah gadis itu, apa layak diajak balapan motor dan dikenalkan ke teman-temannya sebagai pacar? Mungkin tidak secantik cewek-cewek lain yang pernah mendekatinya atau yang pernah ia dekati, tapi ia rasa juga tidak jelek. Hanya perlu sedikit polesan untuk menunjukkan kecantikan yang tersembunyi.
"Maksud kamu? Apa terima kasih nggak cukup?" tanya Tera lagi.
"Ehm... Cukup sih... Tapi gue...." Abimanyu berpikir keras, apa yang harus ia lakukan untuk mendekati Tera? Jika langsung mengajaknya hang out, tentu gadis itu belum tentu bersedia. Ia yakin Tera menyukai segala terkait mata pelajaran di sekolah, terlihat dari penampilannya yang mencerminkan kalau Tera adalah siswi yang setia mengunjungi perpustakaan dan rajin belajar.
"Gue pingin lo bantuin gue ngerjain tugas Matematika gue."
Bukan Tera ragu atas niat murni Abimanyu yang ingin mengerjakan tugas Matematika. Namun ia merasa janggal, seorang yang urakan seperti Abimanyu masih peduli dengan PR? Bagus juga, sih... Pikir Tera.
"Okay, ngerjain di mana ya?" Tera mengedarkan pandangan ke sekeliling. Siswa-siswa lainnya berhamburan menuju pintu gerbang. Setiap jam pulang sekolah, suasana di pelataran sekolah memang selalu ramai.
"Di rumah lo, gimana? Sekalian gue antar pulang."
Tera sedikit ragu. Apa tak apa jika Abimanyu mengantarnya pulang dan mengerjakan PR di rumahnya? Tera menatap Abimanyu sekilas. Cowok satu ini memang dikenal bandel, tapi rasanya tak ada niat jelek di pikirannya.
"Ehmm... Gimana, ya.... Rumahku ada di daerah kumuh. Aku takut kamu nggak betah di sana," balas Tera.
Abimanyu sedikit kaget. Namun ia tak mempermasalahkan.
"Nggak apa-apa, kok. Please, bantuin gue. Tugas ini mesti dikumpulin besok." Ada harapan besar yang seakan berpendar dari bola mata Abimanyu. Ini kesempatan Abimanyu untuk mengenal Tera lebih dekat.
Tera tak tega menolak. Ia mengangguk pelan. Ia terkesiap saat Abimanyu dengan santainya menggandeng tangannya dan menuntunnya berjalan ke area parkir. Tera masih saja bengong tapi tetap mengikuti langkah Abimanyu yang cepat dan berjalan lebih cepat menyesuaikan dengan kecepatan Abimanyu.
Siswa-siswa lain memperhatikan keduanya. Mereka terheran-heran, cowok seperti Abimanyu mau jalan bersama Tera, si gadis cupu yang tak punya teman dan sering di-bully.
Setiba di sebelah motor sport milik Abimanyu, beberapa cowok tersenyum sinis ke arah dua muda-mudi itu.
"Ciyeee.... Barang baru, Bim?" cowok berambut keriwil tertawa renyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bullying Survivor (Completed)
Teen FictionTentang remaja bernama Tera, yang mencoba bertahan dari jerat bullying yang diselancarkan orang-orang di sekitarnya. Why do they bully you? Because they are only shallow-minded people who don't know the way to treat others as human. @archaeopteryx_ ...