15. Love

30.5K 3.2K 245
                                    

Huaaaa lama banget gak update. Kesibukan kul, kerjaan yang numpuk bikin saya kesulitan buat nyari waktu yang benar2 free buat nulis 😭. Sampai gak fokus ngerjain ini itu. Bekerja sekalipun jarak jauh dan bisa dikerjakan di rumah, tetap ada tekanan tersendiri. Berapa hari ini nyoba refresh pikiran.

Mohon maaf ya jika mengecewakan pembaca, mungkin bosan nunggu 😢.

Tera dan Alexa begitu terkejut ketika tiba di rumah, ayah mereka sudah ada di ruang tengah bersama seorang perempuan berperut buncit. Tera tak membenci wanita itu, tapi juga tak menyukainya. Ia tak akan pernah membenarkan sebuah perselingkuhan. Meski ia tahu, selentingan kabar berhembus tentang perselingkuhan ayahnya dan almarhumah ibunya di masa lalu, ia tak akan pernah berpihak pada pengkhianatan.

Nenek Tera juga berada di sana bersama Dekha yang tengah memainkan mobil-mobilan baru. Tera menduga ayahnya yang membelikan.

"Tera, Alexa, udah pulang? Ayo salaman dulu sama ayah dan ibu." Ida tersenyum menatap kedua gadis yang sedang mekar-mekarnya itu.

"Baik, Nek," ucap Tera dengan segaris senyum tipis yang menghias di kedua sudut bibirnya.

Tera berjalan mendekat ke arah ayah dan ibu tirinya yang tersenyum lebar. Alexa masih mematung. Rasanya sulit untuknya berdamai dengan ayah dan ibu tirinya. Ia menatap dua orang itu dengan segala kekecewaan yang mengendap di dasar jiwa. Rasa benci dan amarah masih bergemuruh setiap melihat senyum yang terlukis di wajah wanita itu. Ia belum bisa memaafkan.

"Alexa, kenapa diam di situ?" Farhan melirik sang putri yang bertampang datar dan tak terlihat antusias untuk bergabung.

"Ayo duduk sini, Nak." Ida berusaha menetralkan suasana. Ia tahu, Alexa belum bisa menerima pernikahan ayah dan ibu tirinya.

Gadis itu terpaksa duduk dengan segala kebencian yang tersirat di sorot mata elangnya.

"Papa dan Mama bawain makanan buat kalian. Ada baju-baju juga, Mama yang milih." Farhan meletakkan barang-barang itu di meja.

Netra kedua gadis itu tertuju pada dua tas besar dan dua pouch kecil.

"Mama beliin produk skincare dan make up buat kalian. Kalian udah pada gadis, udah mesti merawat kulit sama belajar make up tipis yang natural." Wanita bernama Dira itu mengeluarkan salah satu produk dari dalam pouch.

"Ini namanya sun screen, penting untuk melindungi wajah kalian dari sinar UV. Semua ini cocok untuk remaja. Mama sengaja milih produk yang memang khusus diperuntukkan untuk remaja." Dira tersenyun manis sembari melayangkan pandangannya pada kedua gadis yang duduk di hadapannya.

Tera tersenyum dan mengangguk pelan, "Terima kasih banyak."

"Sama-sama," balas Dira lalu melirik Alexa yang masih membisu seribu bahasa. Ia tahu anak tirinya yang satu ini sangat membenci dirinya.

"Nanti kalau mau belajar make up natural ala remaja, Mama akan mengajari kalian." Dira kembali mengulas senyum khasnya.

Tera hanya tersenyum tanpa arti. Ia masih canggung berhadapan dengan sang ibu tiri. Alexa tak mau membuat kontak mata dengan wanita itu. Di matanya, wanita itu adalah wanita terkeji yang sudah memporak-porandakan pernikahan ayah dan ibunya, hingga akhirnya sang ibu dirawat di Rumah Sakit Jiwa.

Ya, sudah sekarang kalian ganti baju dulu. Habis ini kita makan bareng-bareng." Farhan bergantian menyapu pandangan ke arah Tera dan Alexa.

Tera mengangguk, "Baik, Pa."

Suasana makan siang bersama itu terasa kaku. Alexa lebih sering memainkan sendok dan garpu dibanding menyantap makanan yang ada di depannya. Meski semua makanan yang tersaji sengaja Farhan beli di restoran favorit Alexa, tapi gadis itu enggan menyantapnya.

Bullying Survivor (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang