14. Rasa Suka

30K 3.3K 382
                                    

Tera terpaku. Ingin rasanya ia memanggil Abimanyu, tapi bibirnya serasa kelu. Sagara menatap Tera yang berwajah sendu. Jelas terlihat aura kesedihan mendominasi raut wajah gadis itu. Kini Sagara tahu, hati Tera telah menjadi milik Abimanyu. Tanpa Tera berkata-kata, Sagara tahu, hati gadis itu telah jauh pergi.

Sagara bergerak lebih dekat. Ditatapnya Tera sedemikian tajam.

"Kamu suka dia, kan?"

Pertanyaan Sagara membuat gadis itu tersentak. Ia bingung menjawab, tapi hatinya yang tiba-tiba retak setelah Abimanyu pergi, seakan memberinya keyakinan, ya dia menyukai laki-laki itu.

"Ya..," balas Tera singkat.

"Kejar dia dan jelaskan padanya." Berat bagi Sagara untuk mengatakan hal ini. Jika boleh egois, dia akan menahan Tera dan mengatakan padanya bahwa dia bisa mencintai Tera lebih baik dibanding siapapun. Namun ia sadar sepenuhnya, cinta tak bisa dipaksakan. Meski benci, harus ia akui, ia telah kalah telak dari Abimanyu.

Tera berlari, mengejar Abimanyu sebelum cowok satu itu melangkah semakin jauh. Kakinya terhenti dan ia urungkan niatnya tatkala melihat Abimanyu bergabung bersama teman-temannya dan ada Alvira di sana. Entah kenapa, ada kobaran cemburu melihat Abimanyu berbincang akrab dengan Alvira.

******

Hari-hari berlalu, Alexa telah kembali ke sekolah. Bullying memang sudah jarang Alexa terima, tapi ada saja yang senang bergosip tentangnya di belakang atau menatap sinis dirinya setiap kali berpapasan.

Tera selalu siaga menjaga kakaknya meski hubungan diantara keduanya belum senormal layaknya adik dan kakak. Namun perlahan, Alexa mulai tanggap ketika Tera mengajaknya bicara.

Ada yang terasa berbeda, semingguan ini Tera dan Abimanyu saling menjaga jarak, mendiamkan satu sama lain. Tak bisa dipungkiri, Tera merasa kehilangan dan merindukan kebersamaan dengan cowok satu itu. Sejenak ia berpikir, apakah Abimanyu tak mau lagi mengenalnya?

Istirahat pertama ini, Tera mengajak Alexa ke kantin. Ia tahu, kakaknya terbiasa jajan di kantin. Ia ingin melatih Alexa untuk lebih berani muncul di publik. Sejak kembali ke sekolah, Alexa jarang sekali keluar kelas, bahkan di saat jam istirahat. Alexa menjadi pribadi yang lebih tertutup dan tak mau bergaul, kecuali hanya dengan Sagara.

Kali ini Tera sedikit memaksa Alexa untuk mau diajak ke kantin. Awalnya gadis itu menolak, tapi akhirnya menurut. Ia merasa lapar. Tera yang biasanya menyiapkan bekal, pagi tadi tidak sempat menyiapkan bekal.

Saat berjalan di sepanjang koridor, mereka berpapasan dengan Alvira dan dua temannya. Gadis itu selalu saja memajang tampang sinis setiap kali melihat Tera dan Alexa.

"Kakak adik akur banget, ya." Yunita tersenyum miring dan berdiri tepat di hadapan Tera serta Alexa. Ia berusaha menghalangi langkah dua kakak beradik itu.

"Iya lah harus akur. Bapaknya kan tukang selingkuh. Ibunya di Rumah Sakit Jiwa. Kalau nggak saling menguatkan, nanti bisa-bisa bunuh diri sama-sama." Alvira tertawa renyah diikuti dua temannya.

Alexa geram mendengarnya. Ia mengepalkan tangannya dan bersiap untuk melayangkan hantaman pada gadis populer itu. Namun Tera buru-buru mencegahnya.

"Sabar, Alexa. Jangan dengerin omongan nggak penting."

Alvira dan dua temannya masih saja sinis dan cukup tercengang dengan reaksi Alexa yang berani menyerang.

"Tolong jangan ganggu kami. Urusi saja urusanmu, jangan mengurusi urusan orang." Tera menajamkan matanya.

Alvira tak menduga, Tera semakin berani menanggapi perkataannya. Gadis cupu itu tak lagi penakut seperti dulu. Ia lebih berani dan percaya diri.

"Gue nggak ngurusi urusan orang. Gue cuma ngomong berdasar fakta. Bapak kalian emang tukang selingkuh, kan? Dan ibunya Alexa dirawat di Rumah Sakit Jiwa." Alvira berkacak pinggang. Sedari dulu ia selalu menganggap Alexa sebagai pesaing terberatnya. Sebelum nama Alexa jatuh, Alvira merasa bahwa dirinya selalu ada di balik bayang-bayang Alexa.

Bullying Survivor (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang