20. Konsekuensi

28.3K 2.5K 110
                                    

Antares segera turun dari bak mandi dengan hati-hati agar tak menimbulkan suara. Ia segera berlalu dari toilet. Danesh dan Alexa yang tak menyadari telah direkam masih berciuman. Sampai akhirnya Alexa berhenti. Ia dan Alexa saling menatap. Wajah Alexa memerah.

"Udah, ya, Tera udah nunggu aku." Alexa mengulas senyumnya.

Danesh mengangguk. Ia juga takut jika mereka masih saja berduaan di kamar mandi, akan ada yang memergoki. Itu lebih baik untuk mencegah mereka melakukan sesuatu yang lebih.

Danesh mengancingkan seragam Alexa yang terbuka. Ia menata rambut Alexa agar rapi kembali. Ia juga mengelap bibir Alexa yang basah.

"Udah rapi lagi..." Danesh tersenyum, "aku keluar dulu sambil lihat-lihat keadaan. Aman atau nggak. Setelah itu kamu keluar."

Alexa mengangguk.

Danesh membuka pintu. Ia melirik keadaan sekitar. Setelah dirasa aman, ia kembali ke kamar mandi dan menarik tangan Alexa keluar.

Alexa berjalan menuju lapangan basket. Ia melirik Tera yang duduk bersebelahan dengan Abimanyu. Di saat yang sama, Tera menoleh ke arahnya.

"Alexa udah dateng, Bim. Aku pulang dulu, ya."

"Okay, hati-hati, ya." Abimanyu mengusap kepala Tera.

Tera mengangguk, "Iya."

Ia berjalan beriringan bersama Tera menuju pelataran depan. Netra Abimanyu terus menyasar pada langkah Tera yang menjauh sampai gadis itu menghilang di balik tembok.

******

Setiba di rumah, Alexa dan Tera berganti pakaian dan membersihkan diri. Seperti biasa, mereka akan duduk  di ruang makan setelah penat belajar di sekolah tuk mengisi perut yang keroncongan.

Farhan tidak berangkat ke kantor karena ingin seharian membantu Dira mengurus Ganez. Ia tengah berbahagia karena memiliki bayi laki-laki yang telah lama dinanti. Meski di rumah ada Nenek Ida dan Bibi Emah yang siap membantu Dira, tapi Farhan ingin meluangkan lebih banyak waktu di rumah.

Ganez sudah terlelap. Dekha tengah mengerjakan PR di ruang tengah, ditemani Nenek Ida. Farhan menemani kedua putrinya makan. Dira juga ikut menyiapkan menu.

"Tera tambah lagi nasinya." Dira tersenyum ke arah Tera.

"Udah cukup, Ma. Ini juga udah banyak," balas Tera dengan segaris senyum.

"Alexa kamu nggak makan sama ayamnya? Enak lho ayamnya." Dira beralih melirik putrinya yang lain.

Alexa tak menjawab, ia hanya menggeleng.  Farhan menyadari, Alexa belum jua menerima Dira sebagai ibu tirinya. Ia rasa, ia perlu bicara dari hati ke hati dengan Alexa. Ia ingin hubungan Alexa dan Dira membaik, layaknya ibu dan anak.

"Tera, tadi bapaknya Dekha telepon menanyakan kabar. Dia bilang dia ingin menjemput Dekha dan Ibu Ida untuk tinggal bersamanya. Papa nggak akan melarang. Semua Papa serahkan pada Bu Ida dan Dekha. Ibu Ida memutuskan untuk menerima tawaran Pak Rudi. Dekha juga tak masalah meski dia juga berat pisah dari kamu. Katanya usaha Pak Rudi maju dan taraf hidupnya meningkat, makanya dia ingin mengajak Dekha dan Bu Ida tinggal bersamanya."

Tera terdiam sesaat. Ia senang, usaha bapak tirinya maju dan kehidupannya juga sudah lebih baik. Jujur, ia pun merasa berat berpisah dengan Dekha dan neneknya. Tapi ia menyadari, Dekha juga berhak tinggal dan mendapat kasih sayang dari ayah kandungnya.

"Kamu nggak apa-apa, kan, Tera? Kamu juga punya keluarga di sini. Kamu bisa mengunjungi adik, nenek, dan Pak Rudi kapanpun. Papa akan mengantar. Atau mereka bisa berkunjung di sini," lanjut Farhan.

Bullying Survivor (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang