[ Ft. Jeon Wonwoo ]
Hanya cerita seputar kehidupan gue, tentang dia yang tak terlihat, and someone who's none other than the most important part of my life.
2019, nanalalunaa.
"Arga, kenapa pecicilan sih sampe piringnya pecah?" ini adalah suara cewek yang tadi di luar. Dia lagi jalan dari dalam rumah lalu sekarang berdiri tepat di samping Arga.
"Ya Tuhan." gumamnya setelah melihat gue. Antara kaget gue menggendong Azka, atau emang kaget kalau gue ada di sini. Sedang berdiri di hadapan mereka.
Gue maksain, tetep maksain buat senyum setulus mungkin. "Namanya Azka, ya?"
"..."
Gue melihat jari kelingking gue yang digenggam erat sama Azka. Dia kelihatan seneng banget megang terus mencet-mencet jari gue. Beralih menatap Azka, gue cuman mengalihkan pandangan supaya gak menunduk. Biar gue gak nangis. Oke, anggap aja gue pecundang. Sok banget kuat padahal gue hancur, hancur banget.
Menggigit bibir bawah sedalam mungkin, itu adalah cara supaya bisa lebih tahan buat gak nangis. Pokoknya gue gak mau kelihatan sedih di depan Arga maupun cewek di sampingnya ini.
"Kok gak dijawab?" tanya gue lagi. "Namanya bener Azka? Lucu tau." seru gue sambil kembali mencium pipi kanan Azka. Dan, yang jadi sasaran cuma ketawa lebar. Makin lucu.
"Umurnya berapa, Ma?"
Blank.
Seketika gue bengong. Entah kesambet apa, gue malah nanya ke cewek itu dengan sebutan Mama.Sakit banget rasanya.
"Ini... bener?"
Mereka berdua diem. Tapi, si cewek itu dengan perlahan mulai menangis.
"Kalian kenapa?" gue berpura-pura sinis yang dalam artian nada bercanda. "Ditanya kok nggak dijawab?"
Cewek itu malah semakin menangis. Sementara Arga udah mulai berkaca-kaca, dia juga kelihatan sedih. Tatapannya seakan menunjukkan kalau dia sama rapuh dan hancurnya kayak gue.
"Kok nangis? Aku dateng ke sini harusnya disambut dengan baik. Kan, aku tamu." kata gue menjeda sesaat. Bersusah payah menelan saliva biar tenggorokan gue gak begitu kelu. "Aku juga bawain mainan buat Azka. Harusnya kalian seneng." gue bergurau. Nyatanya gue emang bawa mainan yang khusus buat Azka. Cuma boneka panda kecil. Tapi, Azka riang banget pas menerima.
Sejujurnya gue gak tahu kalau bakalan ketemu beneran kayak gini. Gue aja cuman asal bawa boneka panda yang baru kemaren dibeliin sama kakak. Iya, dia emang demen banget ngebeliin gue perintilan buat mengisi kekosongan kamar. Dan lebih anehnya, tadi gue main masukin boneka ini ke tote-bag warna coklat yang gue punya. Erga juga gak nanya buat apa dan mau dikasih ke siapa sewaktu gue bawa ini.
Kerencana banget sampai sedetail ini ternyata. Walaupun gak begitu gue sadari.
"Azka ganteng bangetㅡ"
Bruk.
Gue ngelihat ke bawah, ternyata Arga terjatuh ke lantai. Nggak-nggak, lebih tepatnya dia sengaja menjatuhkan badan, terus dia nangis. Bener-bener nangis sampai segitunya, sedangkan cewek itu masih berdiri sambil menatap gue sendu.
Dia jalan pelan ke arah gue sambil mengulurkan tangan dengan maksud mau menggendong Azka. Ya, gue welcome aja. Tapi ada yang aneh. Sewaktu Azka mau gue lepas dari gendongan gue, dia malah meronta-ronta sambil nangis juga. Dia megangin baju gue erat supaya gak lepas. Tapi, dengan segenap kesabaran antara gue dan cewek yang ada di hadapan gue sekarang ini, akhir kata Azka lepas juga. Dia udah diambil alih, udah ditenangin sama dia. Tapi, ya tetep aja. Azka masih nangis, cuman udah gak sekeras tadi.
Cewek itu tiba-tiba bilang ke gue, "namaku Chelsea."
Oh, Chelsea. So, this is Chelsea?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
