Prolog

3.9K 351 77
                                    

▪️▪️▪️

Gaun putih yang menjuntai panjang, menyapu hamparan bunga setiap kali kaki jenjangnya melangkah. Puluhan pasang mata yang terpaku ke arahnya bak berlian-berlian yang menyinari dengan penuh persetujuan akan kecantikan yang didamba.

Chou Tzuyu.

Gadis cantik dengan senyum manis yang mampu menghangatkan hati setiap kali orang melihatnya. Pandangan dari kedua manik indahnya tertuju pada pria yang dengan penuh wibawa berdiri di depan sana.

Jeon Jungkook.

Pria yang menanti kedatangannya segera dan siap membawanya menuju sebuah hidup yang bernama kebahagiaan.

Senyuman Tzuyu terus mengembang, semakin dekat pada sang pria rasanya seluruh napas begitu sulit ia dapat, kesejukan dari angin yang membelai lembut seakan lebih membuat udara panas di sekitarnya terasa, belum lagi langkah yang terus ia ambil membuat jantungnya semakin berpacu, tak ingin kalah dengan debur ombak yang saling menyahut di seberang sana, jauh di belakang Jungkook dan seorang pendeta tepatnya.

Langkah Tzuyu terhenti, pandangan mereka terkunci. Sebuah senyum hangat menjadi pengantar yang pasti tangan Jungkook untuk dapat menggenggam tangan sang gadis. Tzuyu menoleh ke arah samping, pada pria yang dengan penuh kasih sayang mengantarnya sampai di hadapan Jungkook.

Bukan, pria yang rambutnya sudah memutih itu bukanlah ayahnya. Satu hal yang amat disayangkan mengingat pria pertama yang berarti bagi Tzuyu itu telah tiada tepat 3 tahun yang lalu. Hal yang membuat Tzuyu semakin tersedu tadi malam karena sang ayah kesayangan tak lagi bisa mengantarnya menuju altar pernikahan.

Anggukan menjadi aba-aba bagi Tzuyu untuk kembali pada kesadarannya. Atensi kembali pada Jungkook, Tzuyu kini meraih uluran tangan sang pria Jeon dan mengakhiri tugas sahabat dari mendiang ayahnya itu.

Bersama Jungkook, Tzuyu menaiki empat anak tangga hingga berdiri tepat di hadapan sang pendeta. Jungkook kembali tersenyum menatap tepat ke arah bola mata Tzuyu dan usapan lembut di kedua tangan mungilnya seolah berisyarat.

Tak apa, bukan hanya kau sendiri, aku juga sama, mari kita lewati ini bersama.

Tzuyu kembali tersenyum, hatinya terasa damai, seolah mengabaikan apa yang sedang pendeta itu ucapkan, Tzuyu hanya terfokus pada netra Jungkook dan dengan saksama mencoba mendengar suara hati yang pria itu ungkap dalam sorot matanya.

Aku mencintaimu.

🖤🖤🖤

"Beberapa tahun lalu, bahkan seorang psikiater melakukan upaya bunuh diri karena menangani kasus dari anak itu,"

Tzuyu menolehkan pandangan ketika mendengar topik pembicaraan yang kini sedang dibahas hangat oleh ibu mertua dan juga kakak iparnya.

"Kenapa? Apa dia ikut menjadi gila hanya karena anak 10 tahun?" tanya nyonya Jeon sambil menyesap teh hangatnya.

"Ibu, bukan gila, menurutku anak itu tidak gila sama sekali--"

"Dan psikiater itu yang gila?" potong sang ibu membuat wanita berambut sebahu itu--Jihyo--menepuk keningnya.

"Aku tidak tau, mungkin dia memang sudah terganggu kejiwaannya karena terlalu sering berinteraksi dengan orang-orang gangguan jiwa, tapi satu yang kuyakini--" ujarnya menggantung perkataan dan menatap serius ke arah sang ibu tanpa ekspresi.

Portrayal [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang