Chapter 34

784 92 17
                                    

Typo buanyak!

Jangan banyak sider! Nanti kena azab.

.

.

.

.

.

.

.

"Hiks! Kumohon hentikan" racau Jihoon.

Sudah seminggu ini, Jihoon terus mendapatkan penyiksaan.

Penyiksaan baik secara fisik maupun batin. Keduanya. Sampai rasanya, lebih Bagus untuk mati daripada disiksa layaknya seekor binatang.

Ya, Jihoon tidak mengharapkan Guanlin lagiㅡatau mungkin jika dikatakan seberapa banyak kadar mengharapnya Guanlin untuk datang ialah sangat kecil.

Ya, dalam lubuk terdalam hatinya, masih ada rasa pengharapan. Walau tidak sebanyak dulu.

Cup.

Jihoon tak terkejut lagi. Ia tau siapa pelakunya. Orang yang sudah seminggu ini menyiksanya.

Kabur?

Jihoon sudah pernah melakukannya.

Saat itu, pada malam hari Jihoon mencoba kabur. Tapi sayang sekali, Tuhan tak berpihak padanya. Ia didapat oleh pengawal Hyunjin lalu setelahnya disiksa habis habisan dan berakhir pada jam 5 subuh.

"Kau melamun lagi"

Cup

"Eugh, tolong berhenti. Aku ingin mandi"

Hyunjin mengangguk, ia membiarkan Jihoon mulai bangun. Tapi pada saat ingin berdiri, Jihoon terjatuh membuat Hyunjin langsung saja terbangun dan menghampiri anak itu.

"Hiks! Ini karenamu! Aku jadi tidak bisa berdiri karenamu!"

"Maafkan aku, kau tau aku sangat benci ditinggalkan. Ayo, aku antar kekamar mandi"

Hyunjin hendak mengangkat Jihoon, tapi dengan cepat Jihoon menepisnya.

"Aku bisa sendiri" ujarnya dingin.

Jihoon dengan perlahan berdiri, menjadikan nakas sebagai pegangannya agar tak jatuh.

Jihoon menghelaa nafas pelan lalu mulai berjalan, sedangkan Hyunjin hanya diam memerhatikan Jihoon dengan mata sendu.

Jihoon memasuki kamar mandi lalu menguncinya, ya walaupun ia tau bahwa Hyunjin pasti bisa membukanya tetapi tetap saja.

Ia menyalakan keran lalu mulai memasuki bathup. Sepertinya berendam bisa sedikit menjernihkan pikirannya.

Jihoon menatap luka di pergelangan tangannya. Luka ituㅡadalah saksi keputus-asaannya.

Jihoon memang pernah mencoba ingin bunuh diri, saat itu. Ia mengambil pisau bekas Hyunjin memotong buah untuknya. Ia diam diam menyembunyikan pisau itu.

Lalu setelahnya, saat dirasa sudah aman, Jihoon memasuki kamar mandi lalu mengiris tangannya sendiri.

Sakit?

Rasa sakit dihatinya pun tak sebanding dengan sakit di tangannya ini.

Tapi sayang. Sekali lagi, Tuhan tak berpihak kepadanya. Saat bangun dari pingsannya, yang ia dapat ialah kamar asing bernuansa abu abu yang ia dengar bahwa itu adalah kamar pribadi Hyunjin.

Jihoon bangun dengan keadaan tangan diimpus dan wajah pucat.

Lalu 2 hari setelahnya, ia kembali mendapat siksaan dari Hyunjin karena berani mencoba untuk bunuh diri.

My Possessive Alin [PANWINK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang