Chapter 41

808 51 15
                                    

Typo, as always.




"Dari yang aku dengar. Jihoon sepertinya sudah membaik. Ia sudah mau ke tempat yang ramai atas kemauannya sendiri. Menurutku itu sebuah kemajuan. Bagus Guanlin"

Guanlin tersenyum tipis. Usahanya selama ini tak sia sia. Jihoonnya, sudah membaik. Ya walaupun jika dilihat wajahnya terlihat biasa saja, tapi tak bisa dipungkiri bahwa ia sangat senang saat mengetahui dari Dokter Kwon bahwa kekasih manisnya itu perlahan mulai membaik.

"Ya, aku rajin mengajaknya keluar. Entah itu sekedar belajar atau kencan, dia memang terlihat terbiasa dengan sekitar"

Dokter Kwon mengangguk. "Mengingat kau yang sering mengajaknya keluar, tak ada alasan lagi untuk membuatnya terbiasa. Bahkan waktunya hanya 4 bulan lebih"

"Ah ya! Jika suatu saat nanti tertekan, kemungkinan ia depresi itu kecil 'kan?"

"Itu tergantung Guanlin. Tergantung dari apa yang membuatnya tertekan"

Guanlin mengangguk. Tak apa, ia akan berjanji tak akan membuat Jihoon tertekan. Bagaimana pun caranya akan ia lakukan. Sebisa mungkin Jihoon ia lindungi.

"Aku hampir lupa sesuatu" Guanlin mengangkat satu alisnya.

"Apa?"

"Begini Guanlin. Jihoon itu, terbiasa akan dirimu. Dia bisa melewati traumanya karena dirimu. Hal itu membuatnya bisa bergantung pada dirimu. Dan jika suatu hari nanti, jika saja kau meninggalkannya, itu bisa membuatnya tertekan. Seperti penopang hidupnya menghilang. Dan kau tau apa yang terjadi jika ia tertekan berat kan? Tidak menutup kemungkinan ia bisa mencoba bunuh diri. Maka dari itu, jangan meninggalkannya. Karena ia sudah merasa sangat dicintai. Dan dicintailah, hal utama yang membuatnya sebaik ini"

Guanlin terperangah. Seburuk itu kah?

"Aku tidak berencana sedikitpun untuk meninggalkannya" sahut Guanlin.

"Baiklah, aku harus pergi. Aku akan datang lagi konsultasi padamu bulan depan" Dokter Kwon mengangguk lalu setelahnya Guanlin pergi meninggalkan ruangan dokter itu.

Dia berjalan dengan senyuman tipis dibibirnya. Ia jadi tak sabar bertemu dengan kekasih manisnya. Berbicara tentang kekasih manisnya, ia teringat kejadian manis kemarin yang membuat Jihoon sedih.

"HUAAAAAAAAAA, ALIN MAU SELINGKUH!"

Guanlin tertawa melihat Jihoon. Oh lihatlah wajah kekasihnya itu, memerah dan berurai air mata.

"Alin kenapa ketawa!"

Guanlin segera mengakhiri tawanya melihat Jihoon yang sepertinya memasang muka jengkel padanya.

"Hey hey. Look at me. Apa wajahku terlihat seperti wajah wajah peselingkuh?" Guanlin menangkup wajah Jihoon dengan kedua tangannya sambil menahan tawa. Wajah menggemaskan Jihoon sangat patut ditertawakan sekarang.

Jihoon menggeleng.

"Lalu apa yang membuatmu berpikir seperti itu Ji?"

Jihoon mengusap air matanya kasar. "Tadi itu. Alin bilang selingkuh sama Tzuyu"

Tawa Guanlin akhirnya pecah lagi. Entah apa yanh lucu sekarang. Tapi saat Jihoon mengatakannya, itu terdengar lucu.

Dan sesaat Jihoon terdiam saat melihat Guanlin yang berkali-kali lipat tampannya saat tertawa. Sangat tampan.

"Aliin~!"

"Ji, dengarkan aku baik baik" Guanlin mendekatkan dirinya ke Jihoon lalu kembali menangkup kedua pipi gembil kekasihnya. "Maksudku, Tzuyu memintaku untuk meninggalkanmu. Dan memintaku untuk bersamanya. Karena ia 'katanya' bisa memuaskan hasratku. Tapi aku bukan orang bodoh yang mau meninggalkanmu. Oh aku akan sangat menyesal jika meninggalkanmu. Kau mengerti?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Possessive Alin [PANWINK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang