- 2 bulan yang lalu –
Bella menarik kopernya dengan sedikit kesusahan. Badannya yang mungil mencoba menembus kepadatan orang yang juga berusaha keluar dari bandara. Peluh telah berjatuhan di tubuh Bella ketika akhirnya di sampai di depan deretan taksi yang menunggu penumpang. Udara panas ibukota juga tidak membantu. Membuatnya makin lelah.
Bella masuk ke salah satu taksi yang sedang parkir. Meminta diantarkan ke sebuah alamat yang jaraknya cukup jauh dari bandara. Dengan cepat, taksi itu memulai perjalanannya. Membawa Bella menyusuri jalanan ibukota yang padat.
Bella tidak bisa sedikitpun memejamkan matanya. Meskipun matanya cukup berat. Dia lebih asyik menatap pemandangan di pinggir jalan. Mungkin sudah setahun sejak terakhir dia melihatnya. Tak banyak yang berubah, kecuali kepadatan yang sepertinya semakin buruk di sini.
Setelah hampir 2 jam, taksi itu akhirnya memasuki halaman sebuah rumah yang cukup besar. Meski mewah, taman depan rumah itu terlihat semrawut. Rumputnya tinggi dan beberapa tanaman terlihat kering. Sampah daun dari pepohonan yang berjejer di samping pagar juga berserakan. Seperti sudah lama tidak dirawat.
Bella kepayahan menarik kopernya memasuki rumah itu.
“Dik Bella sudah pulang?”
Seorang wanita menyambut tergopoh. Lalu membantu membawakan tas Bella.
“Gimana kabarnya mbak Rasti?”
Tanya Bella usai memeluk wanita yang merupakan kakak iparnya itu.
“Baik, mbak kangen berat sama kamu dik”
Jawab Rasti sambil menciumi pipi Bella.
Setelah itu mereka sempat bercengkerama sebentar sebelum Bella kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Namun tidak untuk waktu yang lama. Bella merasa tidak tenang setelah menyaksikan taman depan rumah yang tak terawat. Jadi dia memilih sedikit membersihkan tempat itu.
Ada banyak hal yang menjadi pertanyaan muncul di benak Bella. Padahal baru setahun dia meninggalkan rumah ini. Namun banyak sekali perubahan di sini. Rumahnya sepi, kemana para pembantu dan tukang kebun? Yang dilihat Bella sejak tadi hanya Pak Rustam si satpam dan Mbok Sar yang biasa masak untuk keluarganya. Biasanya ada 3 orang lain yang bertanggung jawab atas kebersihan rumah.
“Bel, nggak capek langsung bebersih?”
Panggil Rasti yang baru menyadari kalau Bella sedang sibuk sendiri di taman depan.
“Nggak mbak, hitung-hitung olah raga”
Jawab Bella sambil tersenyum. Dia sebenarnya lelah. Tetapi tidak kuat melihat rumah kotor.
Rasti tahu akan percuma menyuruh Bella berhenti. Jadi dia memilih menunggu sambil menyediakan minuman untuk Bella. Setelah beberapa lama Bella juga berhenti sendiri Karena lelah dan bergabung dengan Rasti.
Mereka berdua sama-sama diam. Seolah sedang menunggu ada yang memulai. Karena mereka tahu ada banyak hal yang harus dibicarakan. Rasti yang merasakan tekanan itu duluan, mulai menangis.
“Maaf ya Bel, kondisi rumah jadi seperti ini”
Ujar Rasti sambil terisak. Banyak yang mendesak di hati Bella untuk ditanyakan, tetapi dia bisa menebak jawabannya dari tangis Rasti. Sehingga tidak ada satupun kata yang bisa keluar dari mulut Bella.
Rumah ini milik orang tua Bella. Ayahnya adalah pengusaha yang cukup sukses. Bahkan mampu menguliahkan Bella sampai S2 di Australia. Tetapi setahun lalu, ayahnya terkena serangan jantung setelah terseret kasus korupsi seorang pejabat di Jakarta. Kondisi perusahaan pun goyah tanpa ayahnya. Ilham, kakak Bella yang akhirnya harus mengambil alih bisnis itu. Padahal kakaknya itu sebelumnya berkarir di perbankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selir (Tamat) | Segera Terbit
Romance"Cerita ini telah diikutsertakan dalam kompetisi ODWC menyambut Anniversary AMB Publisher tahun kedua" ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Menjadi wanita yang hadir di antara pernikahan orang lain? Sudah pasti dilabeli sebagai pelakor, perusak rumah tangga oran...