Orang Ketiga

12.3K 844 9
                                    

Susah payah Bella menjepit jemurannya. Ini masih belum terlalu siang namun angin sudah berhembus dengan kencang. Hingga pakaian-pakaian yang sudah digantung itu terkadang menampar muka Bella.

Kemeja Rama adalah pakaian terakhir yang perlu Bella sampirkan. Dia langsung menghela nafas panjang. Menjemur di musim seperti ini membuatnya lebih cepat lelah. Jadi Bella berharap debu tidak mengotori jemurannya lagi setelah ini.

Bella langsung berkutat dengan tugas selanjutnya usai selesai mencuci. Dia harus mulai menyapu dan mengepel lantai rumah. Sejujurnya Bella merindukan Bik Nah. Semenjak Pak Parto sakit, orang yang sudah seperti ibu bagi Bella itu hanya bisa datang paling tidak 3 hari dalam seminggu. Bella juga tidak mau mempekerjakan orang lain. Otomatis semua pekerjaan diselesaikannya sendiri.

Sapu Bella berhenti tepat di depan pintu kamarnya. Pintu itu masih tertutup. Walaupun sebenarnya tidak dikunci, Bella melewatinya saja.

"Kenapa kamu harus hadir dalam hidupku?"

Bella teringat pada kata-kata Rama semalam. Memikirkannya saja masih membuat hatinya merasa pedih.

Rama menyesal telah mengenalnya

Itulah simpulan yang Bella ambil. Mana ada wanita yang senang mendengar hal semacam itu. Terutama saat mendengarnya dari suami. Bagi Bella, itu adalah kata-kata terpahit yang pernah didengarnya dari Rama.

Bella mencoba menepis pikirannya. Mungkin ada baiknya dia mencoba bicara pada Arimbi. Mengenai alasan Rama tiba-tiba datang kemari.

******
"Mas, ayo makan dulu. Sedari pagi Mas Rama belum makan"

Entah sudah berapa kali Bella mengatakan hal yang sama. Namun Rama tetap tak berkutik. Masih diam di balik selimut seperti balok kayu. Bella pun menyerah juga.

Bella menutup makanan yang sudah dimasaknya sejak pagi dengan tudung. Kalau Rama belum makan, Bella juga jadi tidak berselera. Padahal dia sudah masak ayam kecap kesukaan Rama hari ini.

Biasanya siang hari begini Bella mengerjakan tugas dari Rendra. Ada beberapa lembar dokumen yang harus diterjemahkannya. Namun pikiran Bella sekarang sedang kalut. Sulit baginya berkonsentrasi. Kegiatan lainnya mungkin ke rumah Marni untuk mendengarkan cerita yang seolah tak ada habisnya. Tetapi Bella juga sedang tidak ingin melakukannya.

Akhirnya, Bella mencoba untuk menuntaskan rasa galaunya. Dia mengirim pesan pada Arimbi. Berharap mendapat jawaban. Satu menit, sepuluh menit, hingga satu jam kemudian pesannya baru dibaca. Tetapi sama sekali tidak mendapat balasan dari Arimbi. Padahal Bella belum sampai pada pokok pembicaraan. Dia baru berbasa basi menanyakan kabar.

Bella makin penasaran. Dia mencoba mencari tahu lewat unggahan di sosmed Arimbi. Kebetulan, sembilan jam yang lalu Arimbi baru saja mengunggah sesuatu.

You are free to choose,
But you are not free from the consequence of your choice

(Kamu bebas untuk memilih,
Tetapi kamu tidak terbebas dari konsekuensi atas pilihanmu)

Begitu bunyi kutipan yang diunggah Arimbi. Jantung Bella serasa berhenti.

"Apa itu merupakan sindiran?"

Perasaan Bella menjadi tidak enak. Jika dia menghubungkan dengan kata-kata Rama semalam, semua menjadi masuk akal.

Mungkin saja Arimbi dan Rama bertengkar karena dirinya. Bisa saja setelah cukup lama pernikahan antara Rama dan Bella mulai berjalan, Arimbi mulai menyesalinya. Atau Bella ketahuan menggantikan Arimbi saat di Jakarta. Arimbi mungkin marah ketika mengetahui hadiah ulang tahun pernikahan untuknya justru dinikmati oleh Bella.

Selir (Tamat) | Segera TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang