Dua hati

10.9K 807 13
                                    

Bella mengambil beras dari penyimpanan lalu menakarnya. Dia harus menanak nasi lebih dulu sebelum memasak telur. Bella sempat kaget melihat kulkas yang melompong. Tumben sekali dia bisa kelupaan untuk belanja. Untungnya Rama tidak keberatan jika hanya bisa menikmati telur sebagai lauk.

Baru saja Bella hendak mencuci beras, tiba-tiba saja listrik mati. Seluruh rumah menjadi gelap. Bella segera menaruh wadah berasnya dan berjalan sambil meraba ke ruang tengah.

Bella mengambil senter yang disimpan Pak Parto di laci.

"Listriknya kenapa bisa padam?"

Hampir saja Bella jatuh saking kagetnya. Rama keluar kamar dan menyorotkan cahaya lewat gawainya.

"Sebentar, aku cek dulu Mas"

Bella berjalan ke ruang tamu, lalu mengintip lewat jendela. Seluruh desa juga gelap. Bukan hanya di rumah Bella saja, melainkan listrik padam seluruhnya. Saat itu Bella baru sadar juga jika ternyata di luar sedang hujan deras. Disertai angin kencang pula. Karena pohon di depan rumah terlihat bergerak meliuk-liuk, jadi wajar jika listrik padam. Situasi seperti ini sudah biasa dialami Bella sejak tinggal di sini.

"Padam seluruhnya Mas"

Bella langsung memberitahu Rama, yang langsung ditanggapi dengan ekspresi tidak suka dari suaminya itu. Rama bukannya takut gelap, hanya saja dia merasa tidak nyaman.

"Tidak bisa masak nasi"

Keluhan Bella terdengar dan menambah penderitaan Rama. Perutnya sudah keroncongan, protes minta diisi.

"Hanya ada mie instan Mas. Kalau yang ini masih bisa masak"

"Kita beli makan di luar saja"

Tolak Rama.

"Di luar hujan deras"

"Kita bisa pakai mobil"

"Mau makan di mana? Yang kedai paling besar saja Mas Rama tidak suka menunya. Kalau cari pedagang kaki lima, mau parkir di mana?"

"Pesan lewat ojek online saja. Kita tidak perlu keluar"

Kali ini Bella cuma diam dan menatap Rama. Namun tatapan itu langsung bisa Rama artikan sebagai "mustahil". Di sini bukan Surabaya, hanya desa yang jauh dari kota. Baik lokasinya maupun gaya hidupnya. Ojek online belum merambah tempat ini. Lagipula di cuaca seburuk ini, orang akan pikir dua kali untuk jauh-jauh mengantar barang kemari.

Rama tahu semua itu, namun tengsin juga setelah menolak lalu mengiyakan.

"Aku buatkan ya Mas? Nanti kalau listriknya sudah menyala, berasnya akan langsung kutanak. Setidaknya isi dulu perut Mas Rama. Jangan biarkan kosong"

Bella membujuk dengan lembut, seolah memahami pikiran Rama. Membuat Rama mengalah dan mengangguk setuju.

Rama menemani Bella di dapur. Kehadiran Bella di sekitarnya cukup membuatnya tenang meskipun kondisi rumah masih gelap. Hanya diterangi lilin karena Bella tidak memiliki lampu darurat.

Bella segera menyajikan mie buatannya untuk Rama. Meskipun tadi menolak, Rama tidak bisa memungkiri jika mie instan di depannya ini cukup menggugah selera. Bella membuat tampilannya cukup menarik dengan menambahkan banyak topping.

"Makan mie instan dengan hanya diterangi lilin. Rasanya kita seperti pasangan dalam film ya Mas? Baru menikah, tidak punya cukup uang sehingga makan dan menikmati fasilitas seadanya"

Gurau Bella. Rama hanya tertawa kecil.

Bagi Rama sendiri, ini merupakan situasi yang lucu. Tidak pernah terpikirkan olehnya. Dia adalah pria yang mapan, tapi tetap saja tidak bisa lepas dari situasi seperti ini. Situasi yang mengingatkannya pada sebuah kenangan dari masa lalunya.

Selir (Tamat) | Segera TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang