Pertengkaran

15.5K 900 16
                                    

Untuk pertama kalinya, Rama akhirnya mendengarkan permintaan Bella untuk bangun. Namun kali ini Bella tidak sedang menawarinya untuk makan. Tatapan Bella terlalu tak bersahabat untuk itu.

"Sebelum aku bicara, sebaiknya Mas Rama lebih dulu mengatakan semuanya. Ada masalah apa sebenarnya?"

Tanya Bella berusaha menahan diri. Dadanya sudah naik turun, menandakan emosi besar yang ditahannya.

Ini pertama kalinya Rama melihat Bella marah. Wanita itu selalu pintar menahan diri dan menyembunyikan emosinya. Tidak peduli seberapa buruk kata-katanya. Tetapi kali ini Bella menunjukkannya. Sejujurnya, Rama tidak terlalu membenci itu. Bella tetap terlihat cantik di matanya walaupun marah.

Hal itu membuat Rama semakin tidak ingin menjelaskan apapun. Lagipula dia tidak tahu masalah mana yang sedang dipermasalahkan Bella. Terlalu banyak masalahnya saat ini.

"Mas..."

Panggil Bella menegaskan karena Rama tak kunjung menjawabnya. Ia ingin sekali berteriak pada suaminya, namun masih ditahannya.

Rama masih bungkam. Bahkan menghindari tatapan Bella. Membuat Bella tak tahan juga dan bicara.

"Kenapa dengan perusahaanmu Mas?"

"Perusahaanku baik-baik saja"

Jawab Rama sambil menelan ludahnya. Matanya ingin sekali menghindari tatapan Bella. Ingin sekali ia mengakhiri pembicaraan mereka.

"Kamu harus pulang ke Surabaya sekarang Mas. Kamu harus selesaikan semuanya"

Air mata Bella hampir runtuh. Ia tahu kata-katanya hanya akan melukai perasaan dan harga diri Rama. Namun dia sudah tidak peduli. Baginya Rama terlalu egois.

"Perusahaanku baik-baik saja. Aku masih bisa menyelamatkannya. Aku tidak akan membiarkannya hancur begitu saja"

Ujar Rama sengit. Ia tidak mau urusannya dicampuri Bella. Apalagi jika istrinya itu sampai menatapnya dengan cara seperti itu.

"Kamu boleh idealis Mas, tapi juga harus realistis. Apa yang dijanjikan perusahaanmu di masa depan? Bagaimana nasib karyawanmu jika kau gagal menyelamatkan perusahaanmu? Tidakkah Mas Rama memikirkan mereka?"

Kritik Bella pedas. Tanpa sadar mereka saling berteriak satu sama lain. Namun kali ini Bella sukses membuat bungkam Rama. Karena semua itu benar dan menyakitkan.

Bella tahu, kata-katanya tidak akan bisa ia tarik kembali. Begitupun sikapnya yang kelewat batas sebagai istri yang hendak menasehati suami. Karena itu Bella tidak berhenti.

"Kalau Mas Rama tidak ingin pergi, biar aku yang ke Surabaya"

******
Suara deru mesin mobil membangunkan Rama. Padahal dia baru tidur selama tiga jam yang lalu karena semalam kesulitan tidur. Rama segera bangkit dan keluar memeriksa asal suara. Dia terkejut saat melihat mobilnya melaju pergi.

Hal pertama yang terpikir oleh Rama adalah pencuri membawa mobilnya. Dia spontan keluar dan hendak berteriak. Namun begitu menyadari bahwa dia sendirian di kamar saat terbangun tadi, Rama mengurungkannya. Bukan pencuri, itu pasti Bella.

Bella memenuhi janjinya kemarin pergi ke Surabaya menggantikannya. Bahkan tanpa pamit padanya. Rama hanya bisa mengacak kesal rambutnya.

Rencana tidur Rama langsung buyar. Dia duduk di sofa ruang tamu menatap pelataran rumah yang kosong. Terbayang di pikirannya ekspresi marah Bella kemarin. Masih jelas dan membuatnya kesal.

"Harusnya aku yang marah"

Gerutu Rama.

Bukannya Rama tidak mengerti penyebab Bella begitu emosi. Namun menurutnya sebagai istri, Bella harusnya berada di pihaknya. Menenangkannya, bukan hanya menyalahkannya. Dia tidak datang kemari untuk mendapat perlakuan seperti ini.

Selir (Tamat) | Segera TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang