Tidak ada yang istimewa dari proses pernikahan Rama dan Bella. Hanya dihadiri keluarga dari pihak Rama dan Arimbi. Keluarga Bella hampir semuanya tidak berdomisili di Jawa, jadi tidak bisa hadir. Benar-benar tidak ada yang luar biasa.
Mungkin tangis Bella sebelum pernikahan. Bukan tangis haru, tetapi air mata penuh dosa. Ditujukannya untuk mendiang orang tuanya, juga Arimbi. Hingga riasannya harus dimulai dari awal lagi.
Bella ciut dengan semua tatapan dingin yang diterimanya selama pernikahan. Dia harus tahu jika keluarga yang ikut datang melamarnya sama sekali tidak setuju dengan ini. Sikap dingin itu juga diterima dari Rama yang hari itu sebenarnya mengucapkan ikrar menjadi suaminya.
Bukan seperti ini pernikahan yang diinginkan Bella.
Usai pernikahan, Bella juga langsung mengemasi barangnya, ikut pulang ke Surabaya. Ke rumah barunya. Bella sampai tak bisa bernafas saking cepatnya semua berlalu. Kesadarannya seolah dicuri oleh waktu.
Di rumah Rama, Bella menempati ruangan yang dulunya kamar tamu. Sudah ditata Arimbi sedemikian rupa agar Bella betah. Tetapi karena semua orang lelah hari itu, tidak ada yang menjelaskan lebih banyak tentang rumah ini.
Esok paginya, Bella juga mendapati rumah telah kosong. Semua orang telah pergi bekerja. Arimbi adalah branch manager sebuah hotel terkenal. Sedangkan Rama pergi untuk perjalanan dinas ke luar kota. Otomatis tinggallah Bella di sana hanya dengan para pembantu.
Selama seminggu tinggal di rumah besar itu, Bella tak lagi menjumpai Arimbi atau Rama. Arimbi selalu pergi pagi buta dan pulang larut malam. Rama juga tak kunjung kembali dari perjalanannya. Menjadikan Bella mengalami pernikahan yang sepi.
Ketika akhirnya Rama kembali, hal pertama yang diucapkannya pada Bella adalah,
"Aku sudah membelikan rumah untuk kamu. Atas namamu juga. Anggap saja hadiah pernikahan dariku. Besok pak Hamdan akan mengantarmu kesana"
Bella tahu bahwa Rama mengusirnya. Dengan cara yang sangat halus.
*******
Bella meninggalkan rumah Tanpa sempat pamit pada Rama maupun maupun Arimbi. Mereka tidak di rumah saat Bella diantar pergi. Bella hanya pasrah. Lagipula apa yang diharapkan oleh orang ketiga sepertinya?Bella mencoba menikmati perjalanan sambil menghibur dirinya. Berharap bahwa menjauh dari kehidupan Rama adalah yang terbaik. Seperti yang diinginkan pria itu. Tetapi Bella tidak menyangka jika ternyata dia harus pergi sejauh berkilo-kilo meter dari Surabaya.
Rama membelikan rumah untuk Bella di Kota Malang. Bukan di kawasan perkotaan. Lebih dalam lagi, jauh ke daerah pedesaan. Ke tanah yang belum pernah Bella ketahui sebelumnya.
Hawa dingin langsung menyambutnya saat dia turun dari mobil. Bersama dengan seluruh pemandangan asing itu. Hati Bella mencelos saat melihat rumah besar itu. Terasa begitu sunyi baginya.
"Lho...ini non Bella ya? Ayu tenan (cantik sekali)"
Seru seorang wanita tua dengan wajah sumringah. Langsung menyambut Bella. Menggenggam tangannya, mengalirkan rasa hangat di tangan Bella yang sedingin es.
"Iya.."
Jawab Bella sambil tersenyum kikuk. Dia sempat melirik ke belakang wanita tua itu. Ada seorang bapak yang rambutnya juga sudah dipenuhi uban tersenyum padanya. Mengenakan sarung yang diselempangkan di bahunya.
"Saya Supinah. Panggil saja Bik Nah. Itu suami Saya, Parto. Kami yang jaga rumah ini"
Suara wanita tua itu terdengar riang memperkenalkan dirinya. Membuat Bella merasa rindu dengan sosok mendiang ibunya. Sikap Bik Nah ini mirip sekali dengan beliau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selir (Tamat) | Segera Terbit
Romance"Cerita ini telah diikutsertakan dalam kompetisi ODWC menyambut Anniversary AMB Publisher tahun kedua" ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Menjadi wanita yang hadir di antara pernikahan orang lain? Sudah pasti dilabeli sebagai pelakor, perusak rumah tangga oran...