Suami

10.7K 819 18
                                    

Bella menggunakan kain yang tadi dibawanya dari rumah untuk membersihkan sisa embun yang masih basah. Lalu membuka bungkusan bunga dan menaburkannya tepat di bawah nisan. Sisanya tinggal berdoa. Bella menunggu kakaknya selesai membersihkan rumput yang tumbuh di sekitar pusara.

Bella menatap nisan yang di atasnya terukir nama ayahnya. Ada kerinduan menyeruak dari hatinya. Hingga dia mati-matian menahan air mata yang memaksa keluar. Sudah 2 tahun berlalu, Bella masih merasakan kehilangan yang sama.

Hanya saja kini ada perasaan lain di dalamnya. Rasa bersalah. Bella merasa telah mengecewakan ayahnya, dengan menjadi perusak rumah tangga orang lain. Dia bahkan tidak punya nyali mengabarkan bagian baiknya. Bahwa kini dia telah menikah. Itu adalah keinginan terakhir yang disampaikan ayahnya. Beliau ingin melihat Bella bersuami.

Usai berdoa di pusara ayah Bella, mereka pindah ke pusara ibu lalu pulang. Namun kesedihan yang dirasakan Bella masih terasa meskipun telah menjauh dari pemakaman. Ia hanya terdiam mengamati jalanan ibukota. Sudah lama sejak Bella melihatnya lagi.

Dia sendirian di rumah, Rama juga tidak berkunjung. Akhirnya Bella memutuskan pulang ke rumah kakaknya.

"Bagaimana kehidupan pernikahanmu Bel?"

Tanya Ilham membuka percakapan. Ia melihat wajah adiknya terus muram sejak datang dua hari yang lalu.

"Baik-baik saja"

"Apa Rama memperlakukanmu dengan baik?"

"Iya, dia baik sekali"

Ilham tahu Bella sedang berbohong. Bukannya dia tidak sadar jika Rama tidak senang dengan kehadiran Bella. Dia merasa bersalah karena sudah meminta Bella menjalani pernikahan itu. Kakak mana yang rela adiknya disakiti pria lain. Tetapi karena Bella membela Rama, Ilham tidak ingin berkomentar.

Bella sudah dewasa. Bisa mengambil keputusan sendiri. Ilham memilih menghormatinya.

Sementara itu, karena kakaknya sudah membawa topik tentang suaminya, mau tak mau Bella kembali memikirkan Rama. Terakhir kali mereka berhubungan adalah saat dia pamit pergi ke Jakarta. Rama hanya memberi balasan singkat. Seolah tidak peduli. Sehingga Bella merasa hubungan mereka kembali seperti sebelumnya. Dingin.

******
Rama menatap kecewa pada isi piringnya. Padahal ini masakan hotel bintang lima, namun sama sekali tidak menggugah seleranya. Dia segera meletakkan sendoknya. Dalam hati dia merutuk Bella yang sudah merubah indera perasanya. Gara-gara masakan wanita itu, lidah Rama jadi tidak lagi menyukai makanan lain.

Masih baru pukul 12 siang lewat sedikit. Rama sudah tidak tahan ingin memejamkan mata dan tidur. Arimbi baru akan datang nanti malam, juga tidak ada yang ingin dikerjakannya. Wajar jika dia merasa bosan.

Rama mencoba mencari berita terbaru di gawainya. Mungkin dia bisa melewatkan waktu dengan menambah pengetahuan seperti ini. Namun bukannya membuka aplikasi untuk berita, jari Rama secara refleks membuka aplikasi pesan.

Rama membaca pesan dari Bella yang meminta ijin untuk pergi ke rumah kakaknya. Anehnya, satu pesan itu bisa membuatnya menggila. Akhirnya  dilemparlah gawainya menjauh.

Padahal dia sudah mencoba mengabaikannya. Rama menutup segala akses untuk memikirkan Bella. Karena itu meskipun sekarang dia juga sedang ada di Jakarta, Rama tidak memberitahu Bella. Dia tidak ingin mereka bertemu. Lalu perasaannya akan semakin tersemai.

Padahal dia sudah bertekad memperbaiki perasaannya pada Arimbi, tetapi tetap saja hanya ada Bella di pikirannya. Rasa rindu untuk bertemu ternyata terlalu besar untuk ditahannya. Apalagi saat memikirkan bahwa Bella juga ada di suatu tempat di kota ini, yang mudah untuk dijangkaunya.

Selir (Tamat) | Segera TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang