Cemburu

11.5K 839 20
                                    

Rama tidak menyangka jika hari ini akan menjadi begitu buruk padanya. Semenjak kantor cabang di sini ditinggal orang kepercayaannya, Pak Hilman, tempat itu langsung carut marut. Tidak ada satupun staff yang bisa mengikuti SOP dari kantor pusat. Itu karena dulu pak Hilman mempekerjakan orang dengan sedikit maksud menolong. Menerima orang bukan karena kemampuan, tetapi lebih kepada menampung pemuda yang menganggur di desa ini. Alhasil, banyak pegawai tidak kompeten.

Rama pusing harus memulai darimana untuk memperbaiki. Pak Hilman juga sakit dan beberapa kali kolaps. Sudah mustahil dimintai bantuan.

Saat Rama sedang pusing, malah tidak sengaja melihat Bella sedang berboncengan pria asing. Rama sebenarnya ingin menutup mata dan bersikap acuh pada apapun yang dilakukan Bella. Lagipula bukan seperti dia sendiri menganggap Bella sebagai istrinya. Namun entah mengapa akhirnya emosinya meluap juga saat melihat Bella.

"Siapa pria yang memboncengmu tadi?"

Tanya Rama tanpa sedikitpun menyembunyikan rasa tak sukanya.

Bella sempat bungkam. Terkejut Rama melihatnya dengan Rendra siang tadi. Rama juga kelihatan marah sekali.

"Seniorku sewaktu di Australia. Kami kebetulan bertemu saat belanja dan dia menawari untuk mengantar pulang"

Jawab Bella berusaha menyembunyikan kegugupannya. Dia tidak nyaman dengan tatapan penuh selidik dari Rama.

"Dia sudah tahu kalau kamu sudah menikah?"

Rama merasa pertanyaan bodoh baru saja keluar dari mulutnya. Sikapnya ini terkesan kekanakan dan tidak seperti dirinya yang biasanya.

"Sudah"

Dan Rama merasa bodoh lagi saat dia bernafas lega dengan jawaban Bella.

Pembicaraan di antara mereka Mendadak terhenti. Rama sudah selesai memenuhi rasa curiganya. Tidak tahu harus mengatakan apa lagi selanjutnya. Sedangkan Bella masih menunggu jika Rama masih punya keluhan padanya.

"Aku mandi dulu"

Pamit Rama kemudian. Dia memilih menghindar untuk menutupi rasa canggungnya.

"Oh ya.. aku mau kopi"

Pesan Rama lagi. Bella hanya mengangguk.

*****
Rama merasa ada yang salah dari dirinya. Dia tidak menganggap Bella sebagai istrinya, di saat yang bersamaan dia ingin semua orang tahu Bella sudah menikah dengannya. Dia tidak punya perasaan cinta pada Bella, tetapi begitu terganggu oleh hubungan Bella dengan orang lain. Ini sama saja artinya dia pria brengsek.

Padahal Rama sedari awal sudah bertekad, bahwa akan menganggap Bella seolah tidak pernah ada. Nyatanya wanita itu terlihat jelas di mata dan kesadarannya.

Dia masih mencoba memungkiri itu.

Rama hanya menatap pemandangan gelap di depan rumah yang diterangi lampu seadanya. Suasana di sini hening sekali, Rama suka itu. Dia bisa menata pikirannya yang terasa rumit bersimpul. Tadinya dia ingin sekalian menikmati angin sejuk di teras. Tetapi setiap orang yang lewat terus saja menatapnya membuatnya merasa tidak nyaman.

Rama menyesap kopinya perlahan. Menikmati aroma yang selalu berhasil membuatnya merasa segar. Kopi buatan Bella ini rasanya sangat mirip dengan yang dibuat Mbok Asih, ART nya di Surabaya. Sesuai dengan seleranya.

Bicara tentang Bella, sejak tadi dia belum terlihat. Setelah mengantar kopi untuk Rama, Bella langsung masuk kamar.

"Den, mau makan sekarang? Mumpung masih hangat, sudah saya siapkan"

Tawar Bik Nah yang muncul dari dapur. Rama mengiyakan. Mungkin pengaruh dari hawa dingin, dia jadi terus merasa lapar.

"Saya panggilkan Non Bella dulu"

Selir (Tamat) | Segera TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang