"Triing...triing.."
Suara telfon membangunkan Rama. Dia seperti orang terkejut, karena tadi ketiduran. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya kembali, Rama segera mengangkat panggilan itu.
"Mas"
Suara Arimbi di seberang sana membangunkan Rama sepenuhnya. Dia langsung panik dan memeriksa jam tangannya. Khawatir terlambat menjemput ke bandara. Tapi ternyata masih pukul 4 sore. 1 jam lagi sebelum jadwal penerbangan Arimbi.
"Maaf aku ketiduran. Ada apa?"
Tanya Rama sambil mengucek matanya.
"Aku yang harus minta maaf Mas."
Meskipun Arimbi belum menjelaskan alasan dia menelfon, sudah ada firasat tidak enak timbul di hati Rama. Tidak ada hal berjalan baik di balik kata maaf yang diucapkan istrinya itu.
"Ada reservasi mendadak dari beberapa pejabat penting, aku diminta menjadi penanggung jawab."
Rama tahu apa sisa kata-kata yang akan didengarnya.
"Sepertinya aku tidak bisa menyusul kesana Mas."
Kata-kata yang akrab sekali di telinga Rama, hingga ia muak mendengarnya. Selalu tentang pekerjaan.
Marah, itu yang dirasakan Rama. Sudah ratusan bahkan ribuan kali dia mendengar alasan semacam itu di hari penting bagi mereka. Namun seperti yang sudah-sudah, Rama hanya bisa menggenggan erat gawainya, seolah hendak meremukkannya.
"Iya, mau bagaimana lagi."
Hanya itu yang bisa Rama katakan. Dia tahu, walaupun merajuk, mengamuk, memaki, tidak akan merubah keadaan.
Rama tidak ingat pembicaraan mereka selanjutnya. Pikirannya sudah tidak tertuju kesana. Tidak tertarik. Tahu-tahu panggilan dari Arimbi sudah selesai.
Rama membanting tubuhnya. Lalu menatap nanar langit-langit kamar hotel. Bertanya dalam hati, apa yang sedang dia lakukan di sini. Menyewa kamar hotel mewah, makan malam romantis, membayar paket dekorasi bulan madu, serta segala perjalanan yang sudah direncanakannya jauh-jauh hari. Semua buyar hanya dengan satu panggilan.
Karena seluruh reservasi sudah dibayar di muka, Rama tidak akan mendapatkan apapun meski membatalkan semua. Tetapi melakukan semuanya sendirian juga terlihat lucu. Seorang pria dewasa menikmati paket bulan madu sendirian, sungguh mengenaskan.
Kalau saja ada orang yang bisa menemaninya...
Bella.
Ya, Bella. Dia kebetulan sedang ada di Jakarta. Lagipula Bella juga istrinya.
Rama bergegas mengambil gawainya. Mencari nomor Bella. Namun jarinya otomatis berhenti ketika melihat nama Bella.
"Tidakkah aku brengsek?"
Itu yang terpikir oleh Rama. Selama beberapa hari ini, dengan tekad memperbaiki hubungannya dengan Arimbi, dia mengabaikan Bella. Sekarang setelah rencananya berantakan, dia hendak berlari mencari pelampiasan pada Bella. Itu terlalu kejam bagi Bella.
******
Sudah satu jam berlalu, Rama masih duduk menatap gawainya. Dia masih belum memutuskan, menelfon Bella atau tidak. Hingga pesawat telepon milik hotel berdering. Rama segera mengangkatnya."Paket bulan madunya dipersiapkan jam berapa Pak?"
Tanya petugas hotel, persis dengan yang Rama pikirkan. Mendengarnya, akal sehat Rama seolah langsung berhenti.
"Saya keluar jam 6, tolong dipersiapkan saat itu."
Jawab Rama sebelum menutup panggilan. Setelah itu ia segera menekan nomor lain dan melakukan panggilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selir (Tamat) | Segera Terbit
Romance"Cerita ini telah diikutsertakan dalam kompetisi ODWC menyambut Anniversary AMB Publisher tahun kedua" ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Menjadi wanita yang hadir di antara pernikahan orang lain? Sudah pasti dilabeli sebagai pelakor, perusak rumah tangga oran...