September 2019_
"Mau kemana kau?" Jimin yang tengah duduk di ruang tamu menatap adiknya penuh selidik.
Jiyeon baru saja turun dari kamarnya yang di lantai atas. Tubuh rampingnya tampak pas dengan balutan White t-shirt dipadu dengan lovely flare skirt warna Charcoal. Sepasang kaki mungilnya tampak cocok menggunakan sneakers putih dengan sedikit corak hitam. Surai halus karamel dibiarkan tergerai menyentuh pinggang. Wajah polos tanpa sentuhan make up. Yah kecuali lip balm strawberry yang membuat bibir merahnya tampak mengkilap.
"Ketempat calon suamiku lah," jawabnya berbinar.
Jimin menggaruk-garuk kepalanya kesal. Entah bagaimana cara membuat otak kecil adiknya berfungsi dengan baik lagi.
"Park Jiyeon. Apa di sekolahmu tidak ada pria tampan huh? Kenapa kau masih berambisi mengejar pria yang lebih tua dari mu?!"
Jiyeon merotasikan mata malas. "Dengar, Oppa. Aku tipe gadis yang setia, aku sudah terlanjur jatuh cinta dengan si bajingan itu."
"Sudah tahu kalau dia bajingan, masih juga kau kejar. Dasar sinting " cibir Jimin.
"Shut up, Oppa. Aku sudah berjanji menemuinya hari ini dan ... Argh! Sudah dua tahun aku tidak menemuinya! Aku gugup!" jeritnya histeris. Membuat sang kakak terlonjak karena teriakan tiba-tibanya.
"Kau gila, Jiyeon. Sungguh kau gadis paling gila."
"Kau dukung saja hubunganku dan sahabat brengsekmu itu." Jiyeon pergi keluar dari rumah. Setiap langkahnya terasa ringan sekaligus gugup di saat yang bersamaan. Ini pertemuannya dengan Jungkook setelah dua tahun tidak bertemu.
2017_
"Aku sudah jadi murid SMA!" ucap Jiyeon dengan penuh semangat.
Pria di hadapannya tampak tidak peduli dan melanjutkan kegiatan merusak paru-parunya.
"Bagaimana? Bisakah kau menungguku tiga tahun lagi hum? Lalu kita akan menikah!" Lanjut Jiyeon masih dengan semangat membara.
Jungkook merotasi mata malas dan membuang puntung rokoknya. Menginjaknya sebentar lalu mengalihkan atensinya pada gadis remaja di depannya.
"Aku tidak menyukai anak kecil. Dada kecil, bokong kecil, pokoknya semua yang kecil. Aku tidak menyukainya," tuturnya kelewat santai. Membuat mulut Jiyeon ternganga akan penuturan frontal yang keluar dari bibir tipis Jungkook.
Jiyeon mematut dirinya sendiri. Dia baru saja 16 tahun. Tentu saja semuanya serba kecil dan rata. Ia baru saja mendapatkan datang bulan pertamanya tahun kemarin. Jadi bagaimana bisa membesarkan ini semua dalam sekejap mata?
"Nah, aku mau kencan dulu ya? kau pulang lah. Cuci kaki, cuci tangan dan wajah lalu tidur," tutur Jungkook mengusap kepala si gadis remaja.
Jiyeon hanya berdiri, masih setia memandang Jungkook yang mulai menjauh dan merangkul seorang gadis dengan santai. Berjalan meninggalkan Jiyeon sendiri di halaman rumahnya.
Kalian pikir dengan begitu Jiyeon akan menyerah?
Salah.
Jiyeon itu bebal, tipe remaja yang gigih jika menginginkan sesuatu.
Tidak akan menarik tali pancing jika umpan belum dimakan.
Jadi, selama dua tahun Jiyeon memutuskan untuk tidak menemui Jungkook walaupun rasa rindunya hampir membuatnya putus asa. Ini semua demi membuat perubahan pada tubuhnya. Ia ingin jadi wanita dewasa Seperti yang Jungkook ingin kan.