👣11

9.3K 1.2K 147
                                    


"Kalian duluan saja, nanti aku susul," sahut Hoseok saat Namjoon dan Jiyeon mengajaknya ke kantin.

"Kenapa?" tanya Jiyeon masih memperhatikan Hoseok yang sibuk berkutat dengan beberapa lembar kertas.

"Aku akan keruangan Lee saem untuk menyerahkan tugas yang kalian kerjakan tadi." Tentu saja sebagai ketua kelas, Hoseok sering disibukan dengan hal-hal seperti itu. Keluar masuk ruangan guru sudah jadi makanan sehari-hari untuknya.

Karena sudah biasa dengan Hoseok yang super sibuk, Jiyeon mengangguk mengerti. Biasanya kalau Hoseok tidak bisa ke kantin, Jiyeon akan membeli roti dan susu untuk dimakan berdua di dalam kelas bersama Hoseok. Tapi karena sekarang sudah ada Namjoon, Jiyeon akan makan di kantin dan membawa roti serta susu untuk Hoseok nanti.

"Oke, nanti aku bawakan roti."

Mengalihkan atensinya dari kertas, Hoseok tersenyum dan mengusap kepala Jiyeon. "Terimakasih."

Segera berdiri dan berjalan dengan Namjoon menuju kantin.

Hoseok yang melihat sahabat dan teman barunya pun tidak bisa menyembunyikan senyuman di wajahnya.

"Sepertinya aku akan pindah ke sebelah apartemenmu," ujar Namjoon yang melangkah santai dengan Jiyeon di sampingnya.

"Benarkah? Kenapa?"

"Orang tuaku akan kembali ke California dan menetap beberapa bulan di sana. Aku terlalu malas tinggal di rumah besar sendiri."

"Ehem!"

Sebelum Jiyeon menanggapi. Suara dehaman mengehentikan langkah kakinya dan Namjoon.

Dua pasang mata itu tertuju pada Jungkook yang berdiri dengan kedua tangan dimasukan ke dalam saku celananya. Mata elangnya menatap dingin pada Jiyeon dan Namjoon bergantian.

Sempat sulit dalam menangani bermacam emosi dalam dirinya. Jiyeon merasakan rangkulan lengan Namjoon pada bahunya.

Tubuh tegangnya pun rileks seketika. Hingga kaki mungilnya bisa mengiringi langkah Namjoon melewati Jungkook dengan santai.

"Haruskan kita suruh Hoseok pindah ke apartemen juga?" tanya Namjoon mencairkan suasana.

Jiyeon terkekeh sejenak karena usulan Namjoon. "Dia anak tunggal, ibunya pasti tidak mengizinkan."

"Benarkah? Tapi tidak seru kalau tidak ada Hoseok."

"Memang, tapi tanpa diminta pun dia pasti akan sering berkunjung. Bahkan biasanya akhir pekan selalu menginap di rumahku."

"Hoseok seperti ari-ari bayi ya." Mendengar itupun Jiyeon kembali terbahak. Bukan Hoseok yang seperti ari-ari bayi, tapi Jiyeon. Sebab kemana pun Hoseok pergi, Jiyeon pasti mengikuti. Menempel dan membayangi.

Tanpa mereka sadari, sepasang obsidian tajam memandang nyalang dengan luapan emosi yang begitu kentara di mata kelamnya.

Memandang bahu mungil itu di bebani lengan kokoh si pria dan tangan ramping yang melingkar tanpa canggung pada pinggang pria di sampingnya.

Sesekali menolehkan kepalanya sembari cekikikan tanpa beban menanggapi lelucon yang entah di mana lucunya yang diucapkan pria tersebut.

Sudahkah Jungkook melihat Jiyeon selepas itu tertawa di sampingnya dulu?

Sekarang, pertanyaan itu seperti pisau tak kasat mata yang menyayat ulu hatinya.

Kenapa?

Jungkook menampik kalau itu perasaan tidak suka melihat gadis yang ia abaikan bertahun-tahun lamanya, terlihat bahagia dengan lelaki lain selain sahabatnya.

NINE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang