👣12

9.3K 1.2K 148
                                    

Sepasang tungkainya melangkah ringan menuruni anak tangga. Bersenandung kecil lantaran hari ini bisa mengunjungi kediaman sang adik tercinta.

Jimin bisa bebas mengunjungi Jiyeon hingga sore nanti sebelum ia kembali ke kantor untuk mengecek beberapa laporan. Hari ini kerjaannya lebih ringan karena sengaja diborong kemarin. Demi bisa meluangkan waktu untuk Jiyeon. Melihat bagaimana keadaan gadis itu dengan kemandirian seadanya. Karena Jimin tahu betul si bocah keras kepala tidak memiliki keahlian memasak sedikitpun.

Terhenti saat hendak memasuki mobilnya lantaran mobil sang sahabat baru saja memasuki halaman rumahnya.

Jimin menutup pintu mobilnya kembali. Berjalan menghampiri Jungkook yang baru keluar dari dalam mobilnya.

"Ada apa Jung?"

"Mengunjungimu lah, aku suntuk di kantor," jawabnya sembari menelisik Jimin dari atas hingga bawah. Jeans dengan kaos oblong yang ditutupi jaket kulit warna hitam. Kontras dengan oblong putih yang dikenakannya.

"Kau mau kemana?" Tanya Jungkook dengan alis berkerut.

"Ke apartemen Jiyeon."

Jungkook terdiam sejenak. Mendengar nama Jiyeon saja seperti tersengat listrik pada jantungnya.

"Aku ikut," sahutnya.

Jimin menggigit bibir bawahnya. Bagaimana cara menolak Jungkook?

Jiyeon pasti tidak akan senang dengan kehadiran Jungkook di apartemennya. Karena Jungkook alasan utama Jiyeon angkat kaki dari rumah besarnya dan memilih tinggal di sebuah apartemen sendirian.

"Tapi Jung, dia tidak akan suka jika aku membawamu serta."

Jawaban Jimin membungkam Jungkook. Kenapa sedikit sesak di dadanya karena ucapan Jimin barusan?





••





"Kau sudah menghubungi Hoseok?" yanya Namjoon yang berada di apartemen Jiyeon. Pria itu sigap dengan rencananya yang akan menempati apartemen kosong sebelah Jiyeon. Tidak melakukan banyak hal sebenarnya, hanya mengurus biaya dan beberapa tanda tangan untuk kepemilikannya apartemen dan memakai jasa pindahan. Jadi, Namjoon hanya perlu mengisi kulkasnya sepulang sekolah. Apartemen sudah bisa ditempati hari itu juga.

Jadi, tidak heran jika Namjoon hanya menggunakan boxer dan baju kaos putih senada dengan Jiyeon yang juga mengenakan kaos putih overzise dengan hotpants rumahan yang tertelan bajunya.

Rambut panjangnya dikuncir satu kebelakang. Menampilkan leher putih susunya.

"Kita mulai saja dulu, dia sepertinya telat datang. Ini sudah lewat setengah jam dari perjanjian," jawab Jiyeon.

Memang dasar Namjoon dengan kecerdasan di atas rata-rata mempermudah mereka mengerjakan tugas sekolah. Dan ini sudah setengah dari yang dikerjakan. Sampai telinga mereka menangkap bunyi seseorang menekan pascode apartemen Jiyeon.

"Mungkin Hoseok," sahut Jiyeon seakan tahu Namjoon akan bertanya.

Namjoon mengangguk dan berdiri menuju pintu. Sementara Jiyeon masih berkutat pada tugasnya.

"Eo! Kau teman Jiyeon, 'kan?"

Refleks Jiyeon menoleh setelah mendengar suara Jimin. Yang benar saja—–ia lupa jika Jimin juga tau password apartemennya.

Lekas berdiri, Jiyeon melangkahkan tungkainya menyusul Namjoon. Jimin masuk membawa dua kantong besar belanjaan di tangannya.

Senyuman mengembang di bibir merah alami Jiyeon. Mendapati sang kakak membawa banyak makanan untuknya.

NINE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang