👣20

11K 1K 131
                                    


Secercah cahaya yang masuk melalui celah-celah jendela transparan menerangi ruangan tempat sepasang subjek yang masih betah mengarungi alam mimpi. Nafas tersebut masih teratur, pertanda tak terusik sama sekali atas himbauan matahari.

Kendati jarum jam sudah berpindah posisi hingga sekarang terletak diantara angka sembilan dan sepuluh, keduanya masih sibuk bersikap apatis pada entitas dunia.

"Enghh."

Lenguhan kecil tersebut menguar saat merasakan kejanggalan pada epidermis tubuhnya. Kening yang melipat beberapa kali dan sepasang alis yang menukik, lekas membuatnya mengerjap dan membuka mata.

Sejenak Jiyeon terpaku pada presensi Jungkook yang terlelap begitu damai sembari memeluknya. Hingga berbagai spekulasi merangkak memenuhi benaknya. Ketampanan Jungkook sangatlah tidak normal. Bagaimana manusia terlahir dengan wajah sesempurna itu?

Saat tidur seperti ini visual Jungkook terlihat lembut dan seperti seumuran dengan Jiyeon. Mengalahkan ketampanan pria-pria di sekolahnya. Berbeda dengan wajah Jungkook yang begitu gagah melakukan pergulatan dengannya tadi malam.

Seketika wajah Jiyeon memanas teringat akan kejadian semalam. Ia dan Jungkook melakukan apa yang orang dewasa biasa lakukan!

Jiyeon mengulum bibirnya ke dalam, mata memejam dengan perasaan senang dan malu yang campur aduk. Malu karena begitu pasrah tadi malam. Dan senang karena dia melakukan yang pertama kali dengan orang yang ia cintai. Jiyeon tidak menyesal sedikitpun. Oh! Jiyeon mulai nakal rupanya!

"Apa yang kau pikirkan pagi-pagi seperti ini, Child?"

Tersentak dari pikiran nakalnya, Jiyeon mengerjapkan mata menatap wajah Jungkook yang tersenyum tepat di hadapannya. Senyuman yang membuat jantung Jiyeon berdegup keras hingga ia yakin sepenuhnya indera pendengaran Jungkook pun menangkap bunyi yang memalukan itu.

"Morning kiss, Child," ucap Jungkook serak.

"J-Jungkook—" Tenggorokan Jiyeon terasa gatal dan sedikit sakit saat mengeluarkan suara.

Jungkook pun menyeringai mendengar lantunan parau memanggil namanya dengan begitu seksi dan menggugah selera.

"Kau terlalu banyak berteriak tadi malam, Sayang."

Jiyeon sepenuhnya malu. Ingin sekali rasanya melompat dari ranjang dan mengunci dirinya di kamar mandi sampai Jungkook pergi.

Jiyeon mencoba bergerak, tapi tubuhnya seolah kaku dan remuk. Pinggang dan pahanya seperti kram dan sulit untuk membuat gerakan sekarang.

"Maaf Child, sepertinya aku lepas kendali semalam," ucap Jungkook tulus setelah melihat ringisan di wajah gadisnya.

Tubuh kokoh dan polos itu semakin memeluk erat sang gadis.  Mengecup bahu telanjang Jiyeon yang sangat di gilainya. Aroma Jiyeon begitu manis dan membuatnya nyaman. Ah—Jiyeon bagaikan obat-obatan terlarang, sekali mencicipi maka kau tidak bisa lari. Begitu menjadi candu hingga bisa gila saat mencoba mengakhiri.

"Jungkook, aku harus ke sekolah," lirih Jiyeon.

"Tidak usah, kau akan aku liburkan sampai beberapa hari, tunggu keadaanmu membaik dulu."

"Jung—"

"Tidak ada bantahan, Child. Lagian pemilik sekolah itu priamu, Sayang."

Sontak wajah polos itu kembali memerah. Ucapan Jungkook yang mengatakan pria-nya pun telak membuat Jiyeon terbang hingga lupa daratan. Ini memang yang ia ingin kan sembilan tahun lalu. Masih seperti mimpi saat kenyataan mengatakan Jungkook bisa ia gapai.

NINE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang