👣15

9.8K 1.1K 120
                                    


Jiyeon diserang demam tinggi setelah sepulang dari sekolah. Jiyeon tidak terbiasa dengan tangisan. Hingga tubuhnya terlalu banyak memproduksi air mata bahkan suara pun terasa sakit saat dipaksa keluar.

Hanya berupa geruhan parau saat satu kata meluncur dari bibirnya.

Hoseok bersikeras menginap di apartemen Jiyeon. Dan tentu saja Jiyeon tidak mempermasalahkannya. Kalau itu Hoseok Jiyeon tidak segan berlaku merepotkan. Tapi, Namjoon yang menawarkan diri untuk menjaga Jiyeon pun ditolak halus oleh si gadis. Tidak—–Jiyeon tidak ingin merepotkan Namjoon yang sudah sangat banyak membantunya.

"Apa masih sakit?" tanya Hoseok mendudukan dirinya di ranjang Jiyeon.

Jiyeon menggeleng lemah. "Hanya suaraku belum kembali," jawabnya parau.

"Istirahatlah, besok suaramu akan seperti semula kok."

Hoseok menaikan selimut hingga menutupi tubuh Jiyeon. Dan akan beranjak untuk tidur di sofa. Mengingat apartemen Jiyeon hanya menyediakan satu kamar saja.

"Seokie-ah, kau tidur di sini saja." Pinta Jiyeon saat sudah berdiri.

Hoseok yang tidak tega pun menuruti kemauan sang sahabat. Membaringkan dirinya di samping Jiyeon, dan gadis itu menyamping melingkarkan lengan kirinya memeluk Hoseok.

"Aku benci Jungkook," lirihnya pelan.

"Semakin kau begitu. Semakin susah untukmu."

"Tapi aku benar-benar membencinya seokie-ah. Dia melukaiku dengan kata-katanya."

"Tidak usah dipikirkan, lebih baik kau istirahat saja sekarang."

Walaupun masih kesal, Jiyeon memilih menurut saja. Tubuhnya benar-benar lelah dan juga hatinya.





••





Jiyeon, Namjoon dan Hoseok tengah berjalan beriringan di koridor sekolah. Ini sudah hari kedua Jiyeon masuk sekolah setelah tiga hari libur karena sakit.

"Kalian berdua duluan saja, aku ke toilet sebentar," ujar Jiyeon yang diangguki oleh Hoseok dan Namjoon.

Jiyeon berbelok ke kiri sementara Namjoon dan Hoseok ke kanan menuju kelas.

"Sudah hampir seminggu mataku tidak dimanjakan oleh oppa tampan pemilik sekolah ini."

Kening Jiyeon mengerinyit mendengar perbincangan gadis-gadis dari luar. Sebenarnya Jiyeon hanya duduk saja di salah satu bilik toilet. Entah kenapa hatinya mendadak nyeri saat bersama Hoseok dan Namjoon tadi. Serasa diremas hingga Jiyeon sempat kesulitan bernapas dengan benar, untung saja ia bisa menyembunyikannya dari kedua pria overprotektif tersebut.

Ini bukan yang pertama kali, Jiyeon pernah merasakan seperti ini sebelumnya. Tepat saat dua minggu ia memutuskan untuk tidak menemui Jungkook selama dua tahun demi merubah tubuhnya. Tapi sakit itu lenyap saat Jiyeon sesekali melihat Jungkook secara sembunyi-sembunyi. Dan sekarang sakit itu datang lagi.

"Kenapa dia tidak datang lagi ya?" sahut si gadis yang satu lagi.

"Ahhh ... aku penasaran wanita beruntung mana yang bisa mendapatkan hatinya ya?"

Jiyeon menyeringai. Ia tidak sebodoh itu untuk tidak tahu pria yang jadi objek pembicaraan gadis centil di luar sana.

"Apaan wanita beruntung, mendapatkan pria bajingan seperti itu sebuah musibah," gumam Jiyeon pelan.

NINE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang