"Kalau kau tidak ingin aku memasukan milikku ke sembarang lubang. Kenapa kau tidak memperkenalkannya pada satu lubang?"
Jiyeon menyeringai menanggapi kalimat kurang ajar Jungkook.
"Aku tidak terima negosiasi Jungkook-ah. Kalau kau mau kebanggaanmu mendapat rumah hangatnya, kau harus mengikat pemilik rumah itu dulu."
Kali ini gantian Jungkook yang menyeringai, "Kau yakin ingin terikat dengan bajingan seperti ku?"
"Kenapa? Kau takut jatuh cinta padaku?"
"Seks tidak butuh cinta Jiyeon-ah."
"Jadi jalang yang selama ini kau nikmati tanpa melibatkan cinta?"
"Cinta itu omong kosong, Sayang."
Jiyeon tersenyum, memindahkan bobot tubuhnya ke kaki kiri.
"Cinta itu ada. Selagi kau masih jadi manusia brengsek, kau tidak akan pernah mendapatkannya," jawab Jiyeon tenang.
"Ssttt—" Jari Jungkook menekan pelan ranum merah Jiyeon. "Laki-laki normal butuh seks bukan cinta Jiyeon-ah."
Mendengarnya, Jiyeon memejamkan sejenak. Jungkook adalah pria terbrengsek yang dikenalnya. Dan hatinya tidak bisa berpaling dari Jungkook. Sekuat apapun ia mencoba, Jungkook tidak pernah bergeser barang sedikit pun dari posisinya di hati Jiyeon.
Banyak yang lebih tampan, lebih kaya, lebih muda, dan pastinya lebih bertatakrama dari pria bangsat di hadapannya. Tapi balik lagi di awal, hati Jiyeon tidak bisa berbohong kalau Jungkook sudah mengambil alih sepenuhnya. Yang Jimin bilang kalau perasaan Jiyeon hanya sekedar cinta monyet terpatahkan seiring berjalannya waktu. Bukan cinta yang hilang kala umur Jiyeon beranjak remaja. Malah perasaan itu kian lama kian bertambah. Hingga Jiyeon bertekad sepenuh hati membuat Jungkook menjadi miliknya.
"Kau yakin?" tanya Jiyeon menaikan sebelah alisnya angkuh.
"Tentu, karena aku sudah hidup lebih lama darimu. Maka berhentilah diperbodoh oleh kata-kata cinta Ji. Kau hanya membuang-buang waktumu dengan percuma."
Jiyeon mencondongkan tubuhnya ke depan. Nyaris saja menempel pada dada bidang Jungkook. Berbisik dengan ringan tepat di telinga sang pria. Memastikan setiap katanya bisa masuk dan dicerna otak Jungkook.
"Dengar Jungkook. Aku tidak sabar melihat bajingan sepertimu menderita karena cinta. Aku pastikan itu tidak akan lama lagi," ucapnya penuh keyakinan.
Menjauhkan tubuhnya kembali guna menatap lekat wajah Jungkook yang terdiam mencerna kalimatnya barusan.
"I will make you fall in love with me. I make sure of that!" Jiyeon menepis kasar lengan Jungkook yang mengukungnya dan mendorong dada Jungkook pelan menjauh darinya.
Tersenyum manis merasa puas membuat bibir Jungkook bungkam oleh kalimat ancamannya. Jiyeon pergi menjauh meninggalkan Jungkook yang masih terdiam.
••
Bugh! Bugh! Bugh!
"Yaak!! Kau memintaku kesini hanya untuk menganiayaku ha?!"
Baru saja Hoseok masuk ke kamar si gadis. Langsung diserang beberapa pukulan bantal oleh Jiyeon.
"Kau kenapa sih?!" Pekik Hoseok setalah pukulan bantal Jiyeon mereda.
"Kau bunuh saja aku sekarang Seokie-ah, ayo!"
Hoseok menggeleng dan menoyor kepala Jiyeon. "Kenapa lagi ha? Masalah apa lagi yang kau lakukan?" tanyanya mengambil dua bantal yang berserakan di lantai dan duduk di ranjang Jiyeon dengan menaikan kedua kakinya.