Terlalu berisik menggambarkan pagi hari untuk weekend milik Jiyeon. Terbangun kala telinganya merasa terusik lantaran derai gelak tawa menyelinap masuk ke kamarnya. Jiyeon berani bertaruh ia tidak pernah lupa menutup pintu kamarnya kendati sepasang obsidiannya enggan menyapa dunia.Jelas saja.
Ini masih pukul enam pagi asal kalian tahu.
Dan bajingan mana yang berani mengusik pagi Jiyeon yang seharusnya damai di weekend yang sangat dinanti tiap empat kali dalam sebulan.
Masih menutup mata rapat, tangan kanannya meraba-raba permukaan kasur guna mencari bantal. Dan ia yakin salah satunya sudah di lantai seperti biasa. Menemukan bantal tak jauh jangkauannya, Jiyeon langsung menutup kedua telinganya.
Bukanya mereda, malah gelak tawa itu makin membahana dengan tidak tahu dirinya.
Berdecak kesal, Jiyeon bangkit dari tengkurapnya dan melempar bantal kepintu kamarnya.
"SHUT UP!!" teriak Jiyeon seketika membungkam suara berisik yang mengganggu tidurnya.
Tapi tidak berselang lama, suara tawa terdengar lebih keras dan saling bersahutan. Kekesalan yang tidak bisa lagi dibendung, naik kepermukaan siap diledakan.
"Shit!" umpatnya beranjak dari ranjang. Membuka pintu kamar kasar dan melangkah penuh amarah menuruni anak tangga.
"Don't you have manners? disturbs people's sleep in the morning including criminal acts!" Makinya setelah kaki telanjangnya menapaki anak tangga kelima.
Sontak kedua pria dewasa yang tengah bercengkrama di ruang tamu menoleh padanya. Jiyeon terlalu berlebihan mengenai makiannya barusan. Kedua pria itu terbahak mendengar kalimat Jiyeon tentang mereka telah melakukan tindakan pidana karena mengganggu tidur si gadis.
"You too. Kau menodai mata tamuku di pagi hari," sahut Jimin menatap Jiyeon dengan menaikan sebelah alisnya.
Jiyeon mematut tubuhnya sendiri. Celana pendek yang tidak lurus dan kaos biru langit yang melekat pas pada tubuh mungilnya. Tapi bukan itu yang jadi masalah. Pasti wajah bangun tidur dan rambut panjang yang berantakan sangat mengganggu mata sekarang.
Tangannya bergerak merapikan surainya dan berdeham sebentar sebelum mengeluarkan suara.
"Bisakah kau temui temanmu tidak di dalam rumah ini?"
Matanya menatap Jungkook sekilas dan beralih pada Jimin dengan cepat.
"Ini juga rumahku omong-omong," jawab Jimin acuh. "Dan aku bebas membawa siapa saja ke dalam rumah ini."
Entah emosi apa yang berbaur dalam cara bicara Jimin barusan sehingga membuat Jiyeon menghela napas berat seusai kalimat itu bebas memasuki rungunya.
"Okay," cicitnya.
Berjalan kembali ke atas menuju kamarnya dan mengambil dua koper dalam lemarinya.
Dengan kesal memasukan beberapa pakaian asal ke dalam sana, pakaian dalam dan seragam sekolah. Sementara koper yang satu lagi diisi dengan buku pelajaran dan sebagainya.
Tidak berhenti di sana, Jiyeon melangkah masuk ke kamar mandi menggosok gigi dan mencuci wajahnya. Memang apa yang diharapkan dengan bertahan di rumah ini? Seolah dia lupa kalau Jungkook bersahabat lama dengan Jimin. Dan entah apa yang ada dipikiran Jungkook sehingga tiba-tiba mengunjungi rumahnya.
Mengambil long coat-nya yang tergantung di balik pintu dan mengenakannya. Lekas memasang sepatu dan bergerak cepat keluar kamar menyeret dua koper miliknya.