Semilir angin mempermainkan dengan nakal surai cokelat karamel yang setengah basah sehabis keramas. Netranya bebas menyusuri pemandangan kota Seoul pada pukul lima sore. Tubuh yang masih dibalut bathrobe abu-abu pun masih setia berdiri di balkon apartemen dengan secangkir susu pisang sedari 15 menit yang lalu. Susu pisang yang tidak pernah ia sukai, tapi semenjak 3 bulan yang lalu mendadak begitu menggemari ditambah Jungkook yang dengan senang hati membuatkannya dengan takaran yang pas untuk sang pemilik hati."Baby, kenapa masih di luar? Aku tidak mau kau masuk angin. Kemarilah," ucap suara manly Jungkook yang baru saja selesai masak. Apron abu-abu dengan gambar kelinci di tengahnya pun masih membalut dengan apik di depan tubuh tegapnya.
Jiyeon memilih patuh dan berjalan masuk kekamarnya. Mengambil pakaian tidur dan mengenakannya.
"Aku tunggu di meja makan, Sayang," tutur Jungkook dan menghilang di balik pintu kamar.
Mereka sudah menikah dua bulan yang lalu. Tepat seminggu setelah Jungkook berhasil membawa Jiyeon kembali ke Korea. Tidak banyak mengundang tamu dan resepsi pernikahan pun terbilang mewah dan elegan. Boram yang akan menjadi nenek pun sangat over protektif pada Jiyeon dan kandungannya yang akan menginjak usia 12 Minggu.
Jiyeon sih senang-senang saja, tapi Jungkook merasa Jiyeon akan tertekan dengan Boram hingga mereka memilih tinggal di apartemen yang dibeli Jungkook atas nama Jiyeon.
"Baby, aku penasaran, kenapa kau bertambah sexy setiap harinya?" Tanya Jungkook di tengah keguatan makan mereka.
"Aku sedang hamil, Jungkook," sahut Jiyeon masih dengan makanannya.
Jungkook menggigit bibir bawahnya, ia sangat menyukai istrinya yang tengah hamil. Selalu sexy dan membuat Jungkook bergairah berkali-kali lipat.
"Setelah baby J lahir, kita akan memberikan adik untuknya."
"Yakk! Kau pikir aku mesin apa?"
"Calm down, Child. Anak kita nanti ketakutan di dalam sana."
Jiyeon memutar matanya jengah. Tetap melanjutkan makannya.
Pukul tujuh malam, Jiyeon dan Jungkook tengah menonton reality show. Dengan Jungkook yang tiduran di pahanya. Seharusnya Jiyeon yang bermanja-manja seperti itu. Tapi entah kenapa, semenjak kehamilan, Jungkook jadi lebih manja dan kelewat sensitif. Pria itu juga memilih menemani Jiyeon di apartemen dan meng-handle pekerjaannya dari sini.
Jungkook yang bosan menonton pun membalik dan mengusapkan wajahnya pada perut Jiyeon yang sedikit membuncit. Apa mungkin karena hamil pertama makanya tidak terlalu kentara?
Mengambil tangan sang istri dan menempatkannya di kepala. Meminta Jiyeon untuk mengusap surainya.
"Aku selalu suka wangimu," gumam Jungkook dengan mata terpejam. Menikmati sentuhan tangan Jiyeon pada kepalanya.
"Love you, Ji."
"Love you more, Boy."
••
Bulan pun berlalu dengan cepat hingga tiba saatnya untuk persalinan Jiyeon. Tidak ada masalah yang berarti selama sembilan bulan kandungannya, Jungkook menjaganya dengan baik dan memasak makanan bergizi untuk Jiyeon setiap hari. Rutin menemani jadwal periksa istrinya tiap bulan dan selalu siap siaga jika Jiyeon terjaga karena merasa nyeri sebulan terakhir.
Tangannya menggenggam tangan Jiyeon erat. Seolah memberi tenaga untuk istri tercintanya yang tengah berjuang demi melahirkan buah hati mereka yang belum diketahui jenis kelaminnya.