"Jadi kau sudah menemuinya?!" Pekikan melengking khas Hoseok pun menyerang telinga Jiyeon.
Jiyeon mengangguk menanggapinya, "Aku sudah tidak tahan lagi. Aku sangat rindu bajingan itu."
Hoseok memijiat pangkal hidung dan sesekali helaan napas berat meluncur dari bibirnya. "Lalu bagaimana reaksinya?"
"Entahlah, tapi tetap saja main dengan banyak wanita."
"Nah! Sudah tahu seperti itu masih saja kau kejar. Kau tidak lihat banyak pria yang lebih keren dan muda darinya. Mingyu, Eunwoo, Wonwoo, Sehun, Myungsoo dan siapa itu si berandalan setia yang sialnya tampan itu?" tutur Hoseok memainkan jarinya dan mencoba berpikir keras nama terkahir yang berada di ujung lidah.
Jiyeon memutar mata jengah. "Taeyong," sahutnya malas-malasan.
"Nah! Kenapa kau tidak memilih salah satu di antaaphhhh—"
Jiyeon menumpal mulut cerewet Hoseok dengan roti bakar miliknya. Jelas saja, suara Hoseok terbilang cempreng sekaligus nyaring jika sudah berbicara sedikit keras. Seperti tidak tahu saja keadaan kantin yang ramai karena memang jam istirahat.
"Tutup mulutmu, Seokie. Kau harus bantu aku."
"Bantu apalagi?" tanyanya setelah menyelesaikan kunyahan pada roti bakarnya.
"Di depan si bajingan itu aku harus berubah menjadi wanita dewasa. Hanya itu cara supaya dia tidak memandangku seperti bocah lagi."
"Kau mau menutupi wajah bocahmu itu dengan make up pun tidak banyak yang berubah, Bodoh!"
Jiyeon berdecak sebal. Hoseok kadang terlalu pintar dan kadang terlalu menyebalkan.
Lekas berdiri dan menyuruh Hoseok mematut dirinya.
"Lihat, tubuhku lebih bagus dari pada wanita-wanita yang dikencaninya. Ini hasil kerja kerasku selama dua tahun," ujarnya sombong.
Memang tubuh Jiyeon ideal dengan tinggi 168 cm. Wanita manapun pasti sangat menginginkan tubuh seperti Jiyeon. Hanya saja, wajah polos Jiyeon kurang membantu.
Dari sudut manapun dilihat, wajah Jiyeon tetaplah wajah polos remaja pada umumnya. Dan yang lebih parah lagi, Jiyeon alergi terhadap bahan-bahan make up tertentu. Tentu saja ia tidak mau mengambil resiko wajah cantiknya rusak hanya karena harus berdandan di hadapan Jungkook.
"Lalu bagaimana?" Hoseok pun mulai bingung dengan kemauan Jiyeon.
"Temani aku beli beberapa gaun super sexy. Akan aku buat Jungie junior berdiri tegap hanya dengan melihatku."
"Seharusnya aku mendengarkan Jimin hyung sembilan tahun yang lalu untuk menjauhimu," tutur Hoseok yang terlalu shock setelah mendengar kalimat gila Jiyeon.
"Terlambat, Seokie ... kita tidak akan bisa berpisah, aku dan kau selamanya," ucap Jiyeon dengan senyum yang lebar.
Membuat Hoseok bergidik ngeri melihatnya. Mereka seperti saudara kembar, yang akan mencari satu sama lain jika tidak bertemu sehari. Bahkan jika Hoseok tengah liburan bersama keluarga pun Jiyeon pasti ikut serta.
Belum sempat Hoseok membalas perkataan sahabatnya, atensinya langsung beralih pada pria yang berdiri tak jauh dari belakang Jiyeon. Sementara gadis itu terlalu sibuk memasukan beberapa makanan ke mulutnya dengan rakus.
"Ji ... " lirih Hoseok yang belum mengalihkan atensinya pada pria yang kini tengah menyeringai menatap Jiyeon. Tetapi gadis itu terlalu sibuk dengan makanannya hingga tidak terlalu memperhatikan jika sekarang semua mata tertuju pada pria di belakangnya.