👣02

10.6K 1.3K 215
                                    

"Kau tidak lihat? Aku sudah ideal untuk bisa kau bilang dewasa. Stop calling me child!"

Jungkook pun menaikan alisnya sebelah sembari mematut remaja di hadapannya.

"Ku pikir kau sudah sadar dan tidak mengejarku lagi."

"Bajingan sepertimu mana mengerti arti kesetiaan. Yang ada di otakmu hanya selangkangan."

Ucapan kasar Jiyeon tidak berpengaruh untuk Jungkook. Gadis bermulut tajam di hadapannya tidak bisa menyembunyikan kebohongan dalam bentuk apapun. Kadang Jungkook berpikir Jiyeon itu terlalu polos dan blak-blakan. Terlalu bar-bar dan penuh ambisi. Iya iya! Tidak tidak!

Semua serba pasti. Tidak ada penolakan dan tawar menawar.

Jiyeon bebas dan semaunya.

Entah keberuntungan atau justru sebaliknya. Bagi Jungkook, Jiyeon itu teka teki. Tidak bisa terpecahkan. Keras kepala dan tidak mudah ditaklukkan kendati gadis itu mengklaim Jungkook sebagai miliknya.

Tapi tidak sedikitpun terbesit oleh Jungkook menjadikan Jiyeon sebagai salah satu teman kencannya. Karena di matanya Jiyeon tetaplah gadis kecil yang di temuinya sembilan tahun yang lalu.

"Berhenti menatapku seperti itu Jung. Aku sudah tumbuh dewasa. Aku tidak butuh ceramah ala Jungkook yang mendadak jadi ahjusi."

Jungkook terkekeh mendengarnya. Tahu saja kalau ia akan melontarkan kalimat "lebih baik kau pulang sebelum Jimin menelfonku untuk minta maaf atas kelakuan gila adiknya".

"Lalu kau mau apa?" tanya Jungkook kemudian.

Tanpa berniat menjawab, Jiyeon berdiri dari duduknya dan melangkahkan tungkainya mendekati Jungkook. Jungkook sedikit was-was, bagaimanapun Jiyeon itu tidak terduga. Tidak bisa dipandang sebelah mata. Tindakannya selalu di luar nalar Jungkook.

Dengan berani, Jiyeon mendudukan dirinya di pangkuan Jungkook. Lantaran hari ini dia memakai rok, duduk dalam posisi miring adalah opsi terbaik meskipun mengangkang lebih menjadi favorit saat dalam keadaan di pangku di atas paha padat dan kokoh milik Jungkook.

Telunjuknya menyusuri pelipis dan turun perlahan ke garis rahang tegas Jungkook.

Senyuman miringnya tertarik disana melihat raut wajah Jungkook yang menegang.

"Kau bilang suka gadis dengan dada cup D kan? See? Aku sudah memenuhi syarat."

Mata elang Jungkook menatap sepasang obsidian cokelat muda milik si gadis.

"Cup D? Kapan aku bilang begitu?"

Telunjuk Jiyeon menekan lembut bibir tipis Jungkook. "Aku ingat saat kau mengatakannya dua tahun yang lalu."

Netra Jungkook pun beralih pada tubuh remaja di pangkuannya. Dada itu tidak terlalu besar dan tidak kecil, begitu pas dan sesuai dengan seleranya. Seakan kedua benda menggoda itu memang untuk kedua tangannya.

Jungkook tersenyum miring setelahnya. "Benarkah? Mana? Sini aku nilai." Tangan kanannya hendak menyentuh dada Jiyeon dan ditepis langsung oleh sang empunya.

"Kenapa? Bukankah kau membuatnya besar untukku?" Cibir Jungkook menatap mata Jiyeon kembali.

"Memangnya kau pikir aku membesarkannya untuk kau sentuh semaumu huh? Jangan kau samakan aku dengan para jalangmu, Tuan Jung."

NINE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang