👣07

9.2K 1.2K 129
                                    


Jiyeon tidak menyangka Namjoon bisa mengakrabkan diri hanya dalam hitungan menit. Lantaran seumur hidup, Jiyeon mengizinkan hanya Hoseok yang menjadi temannya.

Namjoon tipe pria dewasa meskipun seumuran dengan Jiyeon. Cara bicaranya tidak semengganggu pria-pria yang mencoba mendekati Jiyeon. Tenang dan tidak urakan.

"Jadi kau pindahan dari California?" Itu Hoseok yang bertanya saat mereka bertiga berada di kantin menikmati makanan sembari berbincang mengenal satu sama lain.

"Iya, orang tuaku mulai memfokuskan bisnis di tanah kelahirannya."

Jiyeon dan Hoseok manggut-manggut menanggapi.

"Jiyeon?" Panggil Namjoon dengan suara baritonnya.

"Hemm?"

"Bisa temani aku ke toko buku sepulang sekolah nanti?"

Jiyeon melirik Hoseok sembari mengerinyitkan dahinya.

"Bisa bisa! Jiyeon nanti bisa menemanimu kok. Ah aku lupa, aku ada tugas tambahan tadi, kalau begitu aku duluan ya? Kalian akrab-akrablah!" ucap Hoseok semangat dengan segera pergi tanpa menoleh lagi pada Jiyeon yang heran dengan sikap Hoseok seperti mencoba mendekatkannya dengan Namjoon.

Tak berselang lama, ponsel Jiyeon bergetar. Satu pesan dari Hoseok.


Seokie
Kali ini aku mohon temani Namjoon ke toko buku.
Kau harus mulai melupakan ahjusi sekarang.


Kening Jiyeon semakin mengerut setelah membaca pesan dari Hoseok.

Bisakah?

Bisakah Jiyeon melupan Jungkook dengan cara begini?

Bel masuk berbunyi. Lekas Jiyeon dan Namjoon berjalan beriringan menuju kelas. Untuk mengikuti jam pelajaran terakhir.

"Apa aku membuatmu tidak nyaman?" Namjoon memulai pembicaraan seraya langkah kaki mereka yang terdengar serempak menapaki lantai.

"Tidak, hanya saja hari ini suasana hatiku belum baik," sahut Jiyeon memaksakan seulas senyuman di akhir kalimatnya.

"Begitu ya?" Namjoon mengangguk. "Kalau begitu sepulang dari toko buku nanti kau kutraktir ice cream bagaimana?"

"Setuju!" sahut Jiyeon mengacungkan jari telunjuknya. Seburuk apapun Susana hatinya, perut gadis itu tidak bisa berbohong tentang makanan kesukaannya.

Namjoon tersenyum lebar semakin memperjelas dimple-nya.

Langkah Jiyeon terhenti kala eksistensi pria yang harus dihindarinya berdiri beberapa langkah di hadapannya dan Namjoon.

Namjoon pun berhenti kala si gadis enggan melanjutkan langkah kaki mungilnya.

Di sana Jungkook berdiri dengan kedua tangan di saku celananya. Di sampingnya berdiri pria dingin bermata sipit dengan kulit pucat. Menatap Jiyeon dengan pandangan yang ogah-ogahan.

Tidak berniat diam lebih lama pun Jiyeon melanjutkan langkahnya. "Ayo. Kita sudah terlambat."

Melewati Jungkook begitu saja. Ia tidak mengerti ada keperluan apa Jungkook berada di sini. Tapi satu hal yang harus dia lakukan dari sekarang. Hindari Jungkook sebaik mungkin. Demi dirinya sendiri.

NINE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang