"Yaudah balik ke kelas cepet, ntar pulang gue tunggu di parkiran seperti biasa Lo nggak keluar dalam waktu 15 menit Lo gue tinggal" Vina mendengus kesal mendengar perkataan kakaknya itu. Dan memutuskan untuk pergi ke kelasnya karena bel sebentar lagi akan dibunyikan.
Reno masih melihat punggung Vina yang sekarang tengah berlari menuju kelasnya, entahlah senyuman itu tiba-tiba saja hadir senyuman yang mempunyai banyak arti di dalamnya.
***
Saat di depan kelas terlihat sesosok laki-laki yang tengah ia cari karena kakak nya itu yang memintanya. Dia sedang berdiri bersama 2 orang wanita di depannya yang tak lain adalah siswa kelas X.
"Dit,!" Radit hanya melihat ku sekilas dan kembali mengobrol dengan wanita itu. 'Gila nggak salah nih gue di diemin, bener-bener ni anak kalau bukan karena Abang gue udah gue tampol Lo dit, sumpah' batinku.
"Radit,!" Dia kembali tak menghiraukan ucapan ku. Lama-kelamaan aku kesal dibuatnya aku sedikit menendang kakinya itu dan membuatnya meringis kesakitan, dan wanita yang dihadapannya itu terlihat khawatir padanya.
"Eh kambink, Lo nggak denger gue manggil apa,! Bikin kesel aja Lo" akhirnya dia menyerah.
"Nanti gue kabarin lagi ya" ucapnya pada wanita itu. "Iya kak, kita duluan ya" Radit menganggukkan kepalanya.
"Paan sih Lo" ucapnya kesal dengan kelakuanku.
"Gue mau minta maaf, ninggalin Lo barusan"
"Bwhahahahaha seorang Ravina Putri Anggara yang galaknya minta ampun sekarang lagi minta maaf sama gue. Gue nggak salah denger kan" ya sudah kuduga reaksinya pasti seperti ini. Makanya dari awal gue nggak mau minta maaf sama dia.
"Kalau bukan karena bang Reno gue ogah deh minta maaf sama Lo," ucapku kesal.
"Oh jadi Lo nggak tulus nih minta maaf sama gue, yaudah nggak gue terima permintaan maaf Lo" ucapnya sambil berjalan ke dalam kelas dengan santuy nya.
'sial emang kenapa gue harus ngikutin saran Abang gue' ucapku dalam hati sambil berdecak sebal.
***
Bel pulang sekolah berbunyi dan banyak anak-anak yang mulai berhamburan keluar kelas, Vina pun bergegas keluar kelas karena ancaman yang selalu diberikan kakaknya kepadanya.
Tapi saat dia sedang berlari melewati lapangan ada satu sosok yang ingin dia temui tadi pagi namun terhalang karena ada kak Raina disana.
'gue samperin nggak ya,tapi ntar gue ditinggal dong' batinku.
Tapi sesaat kemudian dia mulai berjalan ke arah lapangan tanpa mementingkan apa yang akan terjadi kepadanya setelah ini 'mungkin ditinggal' batinnya.
Saat Vina sudah mulai dekat dengan keberadaan Rayza dia kemudian memanggil namanya.
"Kak Rayza" langsung saja yang memiliki nama itu menoleh ke arah Vina diikuti oleh beberapa temannya yang sudah menatap Vina bingung.
"Ah...maaf kak saya ganggu latihan kakak ya" Vina menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.
"Nggak kok, mau ngomong apa" dia tersenyum sangat manis kepada Vina. Dan langsung saja semburan merah langsung tertera pada pipinya itu.
"Saya cuman mau kasih minuman ini kok kak" untung saja sebelum dia menuju parkiran dia membeli sebuah minuman dingin yang awalnya akan dia berikan kepada kakaknya itu tapi setelah melihat ada Rayza di lapangan minuman itu langsung ia berikan kepadanya. 'lo udah bener-bener gila Vin,!'
"Hmm makasih ya" tangannya langsung mengambil minuman itu dari tanganku.
"Iya kak sama-sama kalau gitu saya duluan ya kak" Vina langsung memperlihatkan senyuman terbaiknya untuk Rayza dan kemudian berlari kecil meninggalkan lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother Is My Husband✓
Teen FictionTemukan keseruan di dalam cerita ini, meskipun author tau masih banyak yang kurang dalam menulis cerita ini [Jangan lupa follow ya^_^] -°-°-°- "Kebenaran adalah suatu hal yang harus diungkapkan, meskipun hal itu setaja...