Mereka berdua sama-sama berfikir apa yang akan mereka lakukan untuk membalas dendam pada Rayza
"Kalau kita mau bales dendam sama Rayza kita harus tau dulu siapa perempuan yang selalu sama dia" ucap Reno memecahkan keheningan
"Tapi gimana bang,cewek itu selalu berpakaian tertutup hanya mata nya saja yang dapat terlihat" Radit benar memang susah untuk menebak siapa perempuan itu kalau hanya kita lihat dari muka atau penampilan tapi bukankah kita bisa mengulik kehidupan dirinya
"Papah Lo kuncinya"
"Hah,? Papah gue,?! Kenapa harus dia bang" Reno mengerti Radit akan terkejut mendengarnya karena hubungan mereka berdua yang tidak harmonis dan selalu berselisih pendapat dalam melakukan sesuatu
"Tapi salah satu cara terakhir adalah papah Lo dit" Reno berwajah memelas di hadapan Radit,Reno tidak ingin sebenarnya melakukan ini tapi ya bagaimana lagi
"Lo mau kan bantu gue" Radit berfikir sejenak
"Ok,! Tapi ada syaratnya" Wajah Reno yang tadinya ingin senang tapi langsung saja tergantikan dengan wajah khawatir apa yang akan di berikan oleh Radit saat ini
"Lo harus turutin keinginan gue selama sebulan" Reno hanya mengangguk kan kepalanya pasti
"Ok gue terima, sekarang cepet telfon papah Lo"
"Bentar dulu bang,nanti kalau gue telfon gue harus ngomong apa" Reno menggelengkan kepalanya
"Lo tinggal ngomong kalau Lo mau pinjem orang kepercayaan papah lo,ada suatu kasus yang harus Lo kerjain" Radit mengernyitkan dahinya bingung
"Kok Lo tau papah gue punya orang Intel" Reno menggendikkan bahunya
"Gue cuman nebak"
"Nggak mungkin,gue nggak percaya"
"Elah Lo ya tinggal telfon gitu aja ribet amat" Reno mulai merasa emosinya mulai naik
Radit mengotak atik ponselnya mencari nama papahnya kemudian dia mencoba untuk menelfon papahnya itu,sudah berulang kali dia coba tapi papahnya itu tidak menjawab salah satu telfon darinya
"Nyerah gue bang,papah sama sekali nggak jawab telfon dari gue" Reno sedari tadi memandang Radit yang sedang berusaha untuk menelfon papahnya itu
"Tunggu aja mungkin dia lagi sibuk" ucap Reno sambil meyakinkan Radit
"Bang jujur deh sama gue,Lo punya masalah nggak sih sebelumnya" Radit sebenarnya takut untuk mengatakan ini,tapi dia rasa dia harus tau hal itu
Reno menatap lekat wajah Radit,apakah dia harus percaya dengan spesies yang ada dihadapannya sekarang, memang Radit bukan orang yang mengumbar semua rahasia orang tapi rasanya masih canggung untuk mengatakan semuanya pada Radit
"Apa urusannya sama Lo,?!" Radit membuang mukanya
"Bang emang ini nggak ada urusannya sama gue,tapi ini ada urusannya sama Vina adik kandung Lo sendiri,!"
"Adik kandung " Reno tertawa kecil, kata itu selalu ditujukkan padanya ingin sekali dia membantah itu semua dan mengatakan yang sebenarnya dia tidak ingin hidup di dalam kebohongan seperti ini
"Gue bukan kakaknya Vina" Final Reno,dia memutuskan untuk memberitahukannya pada Radit,bukankah dia harus mengatakan semuanya agar tidak ada kesalahpahaman di akhir dan membuatnya kacau
"Bercanda Lo bang,jangan karena Lo sering berantem sama Vina Lo nggak pernah anggep dia"
"Gue bener-bener bukan anak kandung dari om Anggara" Radit terkejut,ternyata selama ini Reno menyimpan rahasia yang begitu besar,bahkan dia tidak tahu itu padahal mereka ber 3 selalu bersama sejak kecil
"Gue nggak tau orang tua gue itu siapa,yang jelas dulu orang tua gue ninggalin gue gitu aja padahal umur gue saat itu baru 3 bulan,gue masih butuh seorang ibu di sisi gue" Reno berhenti sejenak untuk mengambil nafas
"Dan beruntung banget gue saat itu ketemu sama papah dan mamanya Vina,mereka bawa gue ke rumahnya,mereka nyewa seseorang yang bisa kasih gue Asi dan mereka rawat gue,setelah umur gue 1 tahun lebih,Vina lahir" Radit tidak mengerti kenapa Reno menyembunyikan fakta ini kenapa dia hidup dengan semua kebohongan ini
"Kenapa Lo bisa hidup dalam kebohongan selama ini sih bang" Reno sudah tau kalau Radit pasti akan bertanya seperti itu
"Saat Tante Riana meninggal karena penyakit yang dia alami,gue jadi merasa sendiri,gue seperti kehilangan lagi sosok seorang ibu di diri gue,walaupun gue tau gue nggak lahir dari rahimnya Tante Riana tapi nggak tau kenapa gue merasakan kehilangan saat itu,"
"saat gue umur 14 tahun dan gue mulai beranjak remaja,papah kasih tau gue semuanya,gue sebenernya pengen pergi aja waktu itu karena gue nggak berhak ada di dalam keluarga itu lagi setelah tau akan kebenarannya,tapi papah cegah gue untuk ngelakuin itu semua papah takut kalau Vina tau dia akan benci sama papah dan gue,saat itu papah takut banget kehilangan Vina karena papah nggak punya siapa-siapa lagi selain dia"
"Dan gue,gue nggak mungkin ninggalin papah kayak gitu dan menghancurkan semuanya setelah apa yang udah keluarga ini lakukan ke gue,dan gue mutusin kalau gue akan hidup dalam semua kebohongan selama ini,kalau gue boleh jujur gue pengen ngelepas semua kebohongan ini dan jalanin kehidupan gue tapi gue bener-bener nggak bisa ninggalin keluarga ini"
"Berarti Lo nggak sedarah dong sama Vina" Reno menganggukkan kepalanya
"Jadi kalau selama ini kalian sering berantem dan Lo dingin banget sama Vina karena ini" Reno kembali menganggukan kepalanya
"Salah satunya itu,tetep aja gue seorang cowok kalau gue begitu Deket sama Vina gue takut perasaan yang awalnya hanya sebatas seorang kakak akan berubah"
"Dan gue yakin lo udah ada rasa sama Vina" ucap Radit sembari menajamkan matanya,sementara itu Reno gelagapan tidak tau harus bilang apa
"Eummm dit,papah Lo belum telfon balik" Radit menggelengkan kepalanya
"Belum bang" Reno bingung apa yang harus dilakukannya saat ini,tapi tiba-tiba telfon Radit bergetar,tatapan mereka berdua kini tertuju pada layar ponsel Radit
"Papah bang" Reno menyuruh Radit untuk mengangkatnya
"Halo pah"
"Kenapa,papah lagi sibuk tadi,lagian tumben banget kamu telfon papah di jam segitu,emang kamu nggak sekolah Radit"
Sementara itu Radit menjauh kan telfonnya dan memaki dirinya kenapa dia tidak memikirkan hal itu
"Eummm,lagi jamkos pah,pah Radit boleh minta tolong,?"
"Tumben banget kamu minta tolong sama papah biasanya selalu bilang 'Radit bisa sendiri pah' " ingin sekali Radit menutup telfonnya saat ini,tapi dia harus bersabar demi Vina
"Pah..."
"Iya-iya kamu mau minta tolong apa,?"
"Pah,Radit boleh pinjem orang Intel papah nggak,?"
"Hah,untuk apa,?apa kamu sedang ada masalah biar papah saja yang menyelesaikannya"
"Eummm pah,emang saat ini Radit ada masalah sedikit,tapi biar Radit yang selesain ya,Radit hanya minta tolong ijinin Radit pinjem orang Intel papah itu aja udah cukup buat Radit pah" hening sejenak,Radit sudah pasrah kalau ayahnya tidak akan mengijinkan dirinya untuk melakukan hal itu
"Ya sudah papah akan ijinkan,papah akan berikan nomornya langsung"
"Eumm,makasih ya pah,Radit tutup dulu telfonnya" Radit langsung memutuskan sambungan telfonnya dan juga dia langsung menghembuskan nafasnya lega
"Lo kayak habis telfonan sama presiden aja" Radit melihat Reno tidak mengerti maksud ucapannya tadi
"Tegang banget,!" Radit membuang mukanya kesal,tapi saat itu tiba-tiba ada satu notifikasi masuk di ponselnya
"Bang,papah udah kasih nomernya"
.
.
.
.Jangan lupa voment nya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother Is My Husband✓
Teen FictionTemukan keseruan di dalam cerita ini, meskipun author tau masih banyak yang kurang dalam menulis cerita ini [Jangan lupa follow ya^_^] -°-°-°- "Kebenaran adalah suatu hal yang harus diungkapkan, meskipun hal itu setaja...