Kanada
Sebuah negara yang mengingatkan ku padamu, seseorang yang sudah merubah rasa sayang ku yang tulus menjadi sebuah kebencian yang tiada ujung-•-•-•-
Gadis itu berhenti berlari setelah dia keluar dari pintu utama gedung ini, dia berjalan ke arah taman dan duduk di kursi yang telah di sediakan
Aku bisa melihat tubuhnya mulai bergetar dan kepalanya mulai menunduk, perlahan-lahan ku dekati dirinya aku mulai bisa mendengar suara isakan tangis darinya
Aku melepas jas yang ku pakai untuk ku berikan pada gadis yang kini sudah berada tepat di hadapanku dengan posisinya yang membelakangi ku saat ini
"Di luar dingin..."
Aku bisa merasakan tubuhnya menegang saat ku baluri tubuhnya dengan jas yang ku lepas tadi
Dia menyeka sisa air mata yang masih keluar dari mata indahnya
"Sebegitu bencinya kamu sama aku,?"
Bodoh memang jika aku langsung membicarakan intinya tapi sudahlah aku ingin segera mengakhiri permasalahan ini
Dia langsung berdiri tapi langsung ku pegang tangan hangat itu
"Sebentar aja kasih aku waktu"
Entah kenapa dia menurut, dia kembali duduk walaupun pandangannya kosong, aku seperti berbicara pada tubuhnya saja namun jiwa dan pikiran nya entah kemana
"Maafin aku Vin"
"Aku kesini bukan untuk mendengar kata maaf kamu yang sekarang itu udah nggak berlaku lagi,!"
"Terus aku harus ngelakuin apa biar kamu bisa maafin aku,?"
"Kamu nggak harus ngelakuin apapun toh aku nggak akan pernah maafin kamu"
Aku sungguh tidak tahan lagi, entah setan apa yang merasuki ku tiba-tiba ku cium benda berwarna peach itu dan disaat yang bersamaan daun maple mulai berjatuhan menghujani kami berdua
"Udah mau maafin aku sekarang,?"
Dia tampak bingung dan canggung sungguh sangat lucu melihatnya salah tingkah saat ini
"Reno,!"
Dia menutup bibirnya rapat
"Apa yang udah lo lakuin,?!"
"Emang kenapa,jangan bilang kalau ini ciuman pertama lo,!"
Dia tambah salah tingkah saat ku ungkap kebenaran itu, seharusnya tanpa bertanya pun aku sudah tau Vina bukan perempuan murahan
"Ini semua salah lo,!"
"Kok jadi gue yang di salah in,lo juga ngelakuin hal yang sama tadi"
"Gue benci banget Ren sama lo,benci banget,!"
Aku langsung menarik tubuhnya ke dalam dekapan ku menikmati momen yang ku nantikan setelah 8 tahun
Ah....tidak, sebenarnya aku sudah lama memendam perasaan ku padanya namun perasaan ini selalu terhalang dengan hubungan persaudaraan yang semakin lama semakin menyiksaku
"Yakin masih benci sama gue,?"
Dia tampak diam tidak menjawab, aku melepaskan pelukanku dan dia langsung memalingkan wajahnya
"Yaudah kalau nggak mau maafin gue bilangin papah ya soal yang barusan"
"Lo mah beraninya ngancem"
"Biarin yang penting di maafin"
"Yaudah terserah Lo,!"
"Yang bener dong jawabannya"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother Is My Husband✓
Teen FictionTemukan keseruan di dalam cerita ini, meskipun author tau masih banyak yang kurang dalam menulis cerita ini [Jangan lupa follow ya^_^] -°-°-°- "Kebenaran adalah suatu hal yang harus diungkapkan, meskipun hal itu setaja...