Bab 12 Tamu Di Pagi Hari

7K 418 19
                                    

Malam..
Update nih☺.
Ditunggu Vote dan Coment nya ya..
I need 70 bintang 😄
Kalo lebih malah tambah happy.
Yang telanjur mampir di story abal-abal ini yukk tekan bintang nya -,-

Happy reading....

"Mass..." pekikan kecil dari bibir Naya membuat gerakan Adnan seketika terhenti.

"Kenapa?"

"Aku tidak ingin kembali ketempat tidur, nggak enak dengan ehmm Mami kalau aku masih santai-santai aja"

"Ya ampun Sayang, Mami juga tahu kalau kamu masih butuh istirahat. Memangnya kamu ingin membantu apa dengan kondisi kaki mu yang seperti ini?"

Perkataan Adnan seketika membuat Naya menatap kearah kedua kakinya dengan sendu.

"Bagaimana kalau Nay tidak bisa....".

Adnan segera meletakkan satu jarinya ke bibir Naya membuat perkataan Naya terhenti. "Jangan memikirkan hal yang buruk, kamu harus berusaha dulu dan berdo'a dengan yang Maha Kuasa. Lagian kata dokter kamu masih bisa berjalan lagi Nay asal mau ikut terapi, hari Senin kita mulai terapi ya dan Mas akan temani kamu."

"Mas nggak kerja?"

"Selama ini Mas bekerja kok tapi tidak terikat waktu tapi karena Mas telah berani mengambil keputusan sampai sejauh ini tentu saja Mas harus punya pekerjaan yang memiliki masa depan jadi Mas telah menyetujui syarat yang diajukan Papi yaitu mengambil alih kepemimpinan perusahaan Papi." Jelas Adnan seraya mengangkat Naya kembali keatas ranjang, ya mereka baru selesai melaksanakan sholat subuh berjema'ah diikuti Naya yang sholat diatas kursi rodanya.

"Sebelum Mas kembali ke perusahaan, Papi telah memberi mas waktu selama sebulan yang bisa mas manfaatkan untuk belajar dulu tentang perusahaan dan juga menemani mu terapi. Ehh kerudungmu jangan dilepas..." Seru Adnan seraya menahan tangan Naya.

"Kenapa?"

"Kita mengaji bersama yahh. Aku jatuh cinta dengan suara mu." Jelas Adnan lalu melangkah ke lemari kecil dan mengambil dua Al-Qur'an yang berada diatasnya. Sedangkan Naya tampak merona dan gugup karena baru kali ini dia mengaji bersama dengan seorang pria.

Akhirnya subuh pertama mereka lewatkan dengan mengaji bersama bahkan Naya juga mengakui bahwa suara lantunan mengaji suaminya hampir mirip dengan suara murottal yang sering Naya dengar.

"Mau lanjut ibadah yang lain nggak sayang?" Adnan bertanya sesaat mereka mengakhiri aktivitas mengaji mereka. Naya sendiri sudah melepas kerudungnya.

"Dhuha ya Mas?. Kan belum waktunya diluar juga masih gelap."

Adnan menggeleng kecil, ia pun menyuruh istrinya mendekat melalui isyarat tangannya.

Sedangkan Naya yang penasaran tanpa protes mendekatkan telinganya kearah suaminya.
Adnan tersenyum saat melihat ekspersi penasaran dari Naya. Ia pun menarik kepala istrinya mendekat lalu mengarahkan bibirnya kearah daun telinga Naya.

"Mandi bersama" jawab Adnan seraya mengubah haluan bibirnya kearah permukaan leher yang terus memanggil bibirnya untuk singgah.

Chupppp...
bunyi decapan kuat dari bibir Adnan membuat Naya seketika tersadar dari rasa terkejutnya.

"Masss..." pekik Naya dan dengan lembut Naya menahan wajah suaminya dengan telapak tangannya.

Sedangkan Adnan yang telah sadar dengan perbuatannya segera memegang tangan Naya.

"maaf sayang.. aku...".

"Shusttt.. iya Mas, seharusnya Nay yang meminta maaf, Nay butuh waktu.." lirih Naya seraya menundukan kepalanya.

Mengikat Dengan AkadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang