Bab 7 Hati Yang Membeku

7.5K 410 3
                                    

Saat membuka kedua matanya ternyata Naya masih tetap berada ditempat yang sama.

"Nay.." Naya menatap ke sosok yang memanggilnya. Dan ternyata bukan ibunya melainkan perempuan yang tidak ia kenal.

"Hmm.. aku Heni. A..aku kakak iparmu, Suamimu Adnan adalah adikku. Adnan sedang membeli sarapan diluar. Ehmm kamu butuh sesuatu?"

Naya hanya menggeleng dan kembali memejamkan matanya. Naya berharap kembali bertemu Nilam di mimpinya.

Ckleek..

"Assalamualaikum.."

"Waalaikumsalam. Dek. Naya sudah siuman" Heni berucap dengan lirih seraya melirik kearah Naya yang tidur dengan memunggungi nya.

"Iya.. kakak sarapan dulu. Mas Arya sampai nelpon aku tiga kali untuk memaksa kakak sarapan. Ingat baby nya kak" Adnan memberikan satu bungkus lontong sayur yang ia beli tadi kepada Heni.

Heni mengangguk dan segera menyingkir kearah sofa yang berada disudut ruangan.

"Nay.." Naya merasakan guncangan lembut dipundaknya.

"Nay.. sarapan dulu sebelum minum obat." Naya memilih diam dan tak menyahut.

"Nay.."

Hingga sebuah sengatan sakit membuat Naya menjerit. Sedangkan Adnan tampak panik saat ternyata tindakan nya yang ingin mengubah posisi Naya menjadi duduk membuat Naya menjerit kesakitan.

"Maaf.. maaff.."

Naya pun memilih menangis dengan keras hingga secara spontan Adnan mendekat dan menaikan pakaian Naya. Adnan pun dengan lembut memegang bekas jahitan di tubuh Naya dan merasa lega saat ternyata jahitan tersebut tidak terlepas.

Sedangkan tangisan Naya seketika terhenti. Naya pun segera memegang tangan tersebut dan segera menurunkan pakaian nya.

Plakkk

Naya tertegun dan menatap kearah tangannya lalu kearah Adnan yang tengah memejamkan mata seraya meringis.

"Dekk.." Heni segera berlari menghampiri Adnan. Heni menatap tak suka kearah pipi Adnan yang memerah. Ingin rasanya ia memarahi Naya tapi Heni tahu diri bahwa disini dialah yang bersalah.

Sedangkan Naya memilih meneguhkan hatinya yaa dia tidak salah. Meskipun Naya tahu bahwa Adnan sudah halal baginya tapi tetap saja rasanya hatinya ingin meronta tak terima.

*****

Adnan menghela nafas dan beristigfar untuk meredakan emosinya. Adnan menatap kearah Heni dan meminta Heni untuk kembali melanjutkan sarapannya.

Adnan pun menarik lembut dagu Naya seraya menatap kearah mata istrinya.

"Sudah marahnya? Kalau begitu sekarang kita sarapan." Saat melihat tak adalagi perlawanan dari istrinya Adnan pun segera mengambil nampan yang berisi sarapan Naya yang telah disediakan dari rumah sakit.

"Nay…" Adnan kembali menegur  saat Naya tak juga membuka mulutnya.

"Saya bisa sendiri.. "

Adnan menggeleng tegas karena tangan kiri Naya yang sedang di infus dan juga tangan kanan yang banyak terdapat lebam dan goresan.

"Tangan mu masih gemetar Nay.."

Adnan pun menghela nafas lega saat Naya memilih membuka mulut nya. Adnan pun segera menyuapkan bubur tersebut ke mulut Naya.

Saat melihat Naya yang menutup mulutnya seperti akan muntah membuat Adnan segera menyodorkan minum ke bibir Naya.

"Minum."

Mengikat Dengan AkadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang