Setelah kejadian memalukan tersebut aku segera mengendarai motor ku si Mini menuju rumah.
Aku memarkirkan motor ku di garasi rumah ku sambil melihat kesibukan yang sedang terjadi didepan rumah ku, yaa rumah ber warna hijau didepan rumahku itu adalah rumah Mas Alif.Sungguh hatiku sedang bergemuruh dan terasa semakin sesak.
Hingga dari kejauhan aku melihatnya perempuan paruhbaya bergamis maroon yang seumuran Umiku berjalan cepat lalu membuka pagar rumahku dan aku hanya tertegun hingga sosok itu berdiri dihadapanku."Assalamualaikum. Nih hari Jum'at Alif akan menikah dengan istri pilihannya. Tante harap kamu datang"
"Waalaikumsalam." dan untuk kedua kalinya pada hari ini tanganku memegang undangan berwarna putih tersebut.
"Tante harap kamu datang. Oh.. iya kamu bisa menjadi qoriah waktu pelaksanaan akadnya ya?"
Deg…
Apa aku tidak salah dengar. Meminta ku untuk mengaji diacara mantan ku sendiri?. Ya Allah setidaknya aku bersyukur saat ini bahwa sosok didepan ku ini tidak jadi menjadi mertuaku.
Aku meremas undangan tersebut. Lalu dengan tersenyum aku menjawab."Maaf.. Naya tidak bisa tante."
Seketika wajah tante Amira memerah sepertinya tidak suka dengan jawabanku."Sombong sekali kamu Nay.. Tante nggak meminta secara gratis kok. Tante akan bayar kamu. Berapa kamu pinta?."
Huff .. aku mengelus dadaku dan tetap menggeleng tanda menolak."Maaf tante. Naya tetap tidak bisa"
"Dasar kamu ya… dasar sombong. Kamu kira hanya suara mengaji mu yang bagus. Saya bersyukur Alif mau menurut omongan saya untuk tidak memilih mu. Dasar miskin aja belagu!!!"
Aku memejamkan mata ku dan beristighfar didalam hati untuk meredakan amarahku. Apalagi saat bapak-bapak yang sedang menyusun kursi dan memasang tenda menatap penuh penasaran kearah kami."Dan saya bersyukur bahwa tante tidak menjadi mertua saya. Assalamualaikum."
Aku segera bergegas memasuki rumah tanpa memperdulikan teriakan tak terima dari tante Amira.
Aku menutup pintu dan bersandar didepan pintu rumahku."Nay.. kamu itu hanya perawan tua yang karir pun masih jauh dari Aya calon menantuku yang seorang dosen. Nah kamu hanya jadi guru TK saja bangga dan sombong…"
Suara tante Amira masih terdengar ditelingaku. Aku segera berlari memasuki kamar ku. Umi yang sedang duduk dikursi rodanya menatapku dengan bingung. Tapi aku hanya menggeleng dan segera kelantai atas ke kamarku.*****
Setelah memasuki waktu asar aku segera menunaikan kewajibanku. Biarlah aku hanya bisa mengaduh pada yang diatas.
Setelah selesai aku segera kebawah untuk memasak makan malam.
Tapi saat melihat berbagai lauk dan nasi yang telah tersedia di meja makan membuat aku merasa tidak enak karena aku yakin umi ku yang telah memasak. Yaa meskipun umi duduk dikursi roda tapi dalam urusan merapikan rumah dan memasak terkadang umi yang lebih banyak mengerjakan karena kesibukan ku dalam bekerja terkadang membuatku harus bekerja dari pagi sampai malam."Umi.. kok nggak manggil Naya sih."
"Bagaimana mau manggil wong kamu aja baru keluar kamar mana tuh mata nya bengkak gitu."
"Hehe.." aku hanya mengusap leher belakang ku.
" Kamu mau umi jodohkan juga?"
Pertanyaan Umi seketika membuat aku menggelengkan kepalaku.
"Nggak ahh Umi. Umi tega, Naya lagi patah hati loh ini Mi."
"Lohhh.. obat dari patah hati itu yaa jatuh cinta lagi" Umi menjawab dengan santai sambil melanjutkan rajutan nya.
"Umi pikir jatuh cinta itu gampang. Umi sendiri aja sampai kini tidak bisa melupakan abi."
Seketika Umi memberhentikan kegiatannya dan menatap penuh kearahku."Jangan samakan. Yang umi cinta adalah yang telah halal sedangkan kamu mencintai pria yang hanya mampu memberikan mu catatan impian yang tenyata hanya mimpi, ingat Nay kamu tahu betul isi Al-qur'an dan kamu sangat tahu bahwa berpacaran itu tidak baik dan berdosa"
"Iya Naya tau mi. Tapikan Naya selama ini pacaran nya juga yang sewajarnya mi. Naya nggk pernah tuh pegangan tangan, pelukan bahkan ciuman." Jelasku dan umi tampak menghela nafas.
"Tipu daya setan bisa menggoda mu dari mana saja Nay. Bahkan setan telah memperdaya mu untuk mempercayai rayuan Alif hingga membuat mu lebih memilih percaya janji semu nya daripada pria yang melamar langsung dirimu kepada Umi."
Akupun tertegun dengan air mata yang mengalir deras tanpa dapat kucegah. Umi hanya menatapku dalam diam lalu memutar kursi roda nya meninggalkanku.
"Kasian abi mu didalam sana Nay." Ucap umi dengan lirih yang masih bisa kudengar.
Tubuhku bergetar dengan hebat. Aku bertanya dengan hatiku. Apakah aku masih mengingat dia pria yang tak pernah menyayangiku, dia pria yang telah membagi rasa sayang yang seharusnya hanya milikku dan umi…
TBC
Jangan lupa tekan bintang nya ☺
Vote ment ya
Sampai bertemu dipart selanjutnya.
******
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengikat Dengan Akad
Romance💚Cerita di Privat Acak Silahkan Follow Sebelum membaca "Lotusia_Aurora"💚 💛Jangan Copy Cerita Sederhana Ini "Plagiat jangan mendekat"💛 💚 yang baru baca dari awal, vote bintang nya juga dari part awal ya.. jangan part akhir saja. Gracias 😍 💜 Wa...