Bab 14. Diam

6.2K 387 21
                                    

Assalamualaikum...
Follow juga akun ny "Lotusia_Aurora" untuk kepoin cerita lainnya.

Nggak terlalu panjang..
Kalo vote dan coment nya semangat..
Diusahakan Up secara continue ☺😊.

Happy Reading..

*****

"Mas Alifff…" Naya begitu terkejut saat melihat senyuman itu lagi. Alif terkekeh kecil seraya memegang minuman dingin ditangannya.

"Minum Nay.. kamu pasti haus" Alif memberi satu botol minuman dingin kepada Naya.

Naya melihat kekanan dan kekiri namun ia tak melihat Aya dimanapun. "Mas dengan siapa kemari?"

"Sendiri" Jawab Alif ringan lalu ikut duduk dibangku yang memang telah tersedia. Bangku yang ada disebrang Naya.

"Jadi…?" Pancing Naya yang merasa tak puas dengan jawaban Alif.

"Aku nggak nyangka saja Adnan tega membuat mu menunggu disini dan lebih memilih menemani Lisa di sana."

Naya menatap kearah Alif dengan bingung.

"Maksud Mas?"

"Tante Resti pingsan dan dilarikan ke rumah sakit ini. Aku berpapasan saat Adnan memeluk Lisa mungkin ingin menenanginya kali tapi aku tak menyangka kalau Adnan membuat mu menunggu sendiri disini." Jelas Alif.

Naya yang mendengar penjelasan Alif memilih diam dan mengerjapkan matanya keatas menatap kearah pohon bunga bugenvil yang begitu rindang diatas kepalanya.

Alif yang telah mengenal Naya begitu lama segera mendekat dan mengulurkan tangannya mengusap sudut mata Naya dengan jemarinya.

Naya begitu terkejut dan segera memundurkan kursi rodanya menjauh dari Alif. Naya menatap tak suka kearah Alif.

"Aku kemari karena ingin memastikan kondisimu langsung Nay. Aya sedang mengajar dan kebetulan karena aku sedang tidak sibuk di kantor jadinya yaa aku kemari."

"Kita sudah selesai Mas, jadi tidak ada lagi yang harus kita bicarakan berdua karena bisa jadi fitnah."

"Seandainya aku bisa dengan tegas menolak keinginan Ami…"

"Jangan berandai - andai Mas.. karena itu jalan masuknya Setan." tegur Naya.

"Semudah itu kamu melupakanku Nay?" Alif menatap Naya dengan serius.

"Yaaa… semudah kamu menghancurkan harapanku." Jawab Naya seraya menatap daun yang gugur dan jatuh ke pangkuannya.

"Aku yakin kamu masih mencintaiku Nay?" Pancing Alif.

"Yaa.. dan aku sedang berusaha mencabutnya sampai keakarnya."

Alif pun tersenyum puas dengan jawaban Naya lalu beralih menatap ke sosok yang telah berada dibelakang Naya.

Naya membatu saat bisikan itu terdengar ditelinga kanannya "Dan dengan senang hati aku akan membantumu. Bukankah berdua jauh lebih cepat".

Chuuppp…

Naya yang spontan menoleh tak dapat menghindar saat sesuatu menempel di bibirnya.

Chuupp..

Dengan gemas Adnan mencium kembali Naya saat melihat ekspresi yang terlihat lucu baginya.

Sedangkan Alif hanya dapat mengepalkan tangan karena rasa cemburu yang bersarang di dadanya.

"Aku yang akan membantu Naya mencabut sampai ke akar karena memang sudah hampir tumbang lalu menanamnya dengan yang baru dan aku yakin hasilnya jauh lebih baik karena aku akan membuatnya berbunga." Tegas Adnan seraya menatap tajam kearah Kakak iparnya.

"Kamu sudah selesaikan dek?." Tanya Adnan kepada Naya.

" Iya.."

"Okay kita pulang."

******

Mobil yang dikendarai Adnan pun melaju meninggalkan pelataran rumah sakit. Adnan segera mematikan radio mobilnya dan menatap Naya dengan serius.

"Jangan berdekatan dengan Mas Alif lagi Nay. Aku tak suka" titah Adnan tegas.

"Kenapa? Seperti kamu yang tak bisa menjauhi Lisa maka begitu pula posisiku."

Jawaban Naya membuat Adnan kembali emosi.

"Beda Nay.. beda. Kalian pernah saling mencintai sedangkan aku dan Lisa tidak mempunyai hubungan apapun. Dan juga Mas Alif itu suami kakak ku. Kamu mau jadi perebut suami orang!!!"

Naya tersentak dan gemetar saat mendengar bentakan dari Adnan.

"Kamu kok main nuduh sih. Ini nih yang buat aku ragu, kamu masih terlalu kecil, kamu belum bisa dewasa. Kamu mau nuduh aku berzina dengan Mas Alif gituuu!!!" teriak Naya dengan emosi.

"Padahal kamu lah mas yang telah berzina, kamu dengan begitu mudahnya memeluk perempuan lain." tunjuk Naya ke diri Adnan.

Adnan yang begitu emosi segera menginjak rem mobil nya.

Ckitttttt….

Mobil yang berhenti secara tiba-tiba membuat tubuh Naya yang memang belum memakai seatbelt terpental kedepan.

Brakkkkk…

"Argggghhhtt" Naya berteriak kesakitan saat merasakan sengatan yang begitu sakit di kepala bagian depannya.

"Astagfirullah.. dek.." Adnan segera melepas sabuk nya dan mendekat ke arah Naya.

"Dek..dek.." Adnan berusaha menarik tangan Naya yang menutupi kepala bagian depannya.

"Hiks..Hikss... sakit Umi…"

Mata Adnan juga ikut berkaca-kaca. "Sayang… biar aku lihat.." Adnan kembali menarik tangan Naya hingga tangan itu menjauh dan terkulai lemas.

"Astagfirullah…" Adnan menatap nanar dan gemetar saat jahitan di kepala Naya terbuka dengan darah yang mengalir.

Dengan segera ia membenarkan posisi duduk Naya dan memasangkan seatbelt ditubuh Naya.

"Maaf.. kamu bisa memakiku nanti sepuas mu. Maaf sayang.." isak Adnan yang kali ini dengan air mata yang mengalir.

*****

"Bagaimana Dok.." Adnan segera mendekat dan bertanya kepada dokter yang menangani istrinya.

"Jahitannya sudah kami jahit ulang pak. Untungnya cepat di tangani jadi belum terlalu banyak kehilangan darah. Sebentar lagi kemungkinan Bu Naya sadar, saya permisi"

Adnan pun mengangguk kepada dokter tersebut lalu perlahan membuka pintu ruangan Naya. Adnan mendekat ke arah Naya dengan kaki yang gemetar. Apa yang telah ia lakukan? Astagfirullah ya Allah, ampuni dirinya yang telah membiarkan setan menguasai dirinya. Tangan Adnan perlahan menyentuh kepala Naya yang kembali menggunakan perban.

"Dek.. maafkan aku.." ucap Adnan dengan air mata yang ikut menetes ke pipi Naya.

Naya yang merasakan basah di kulitnya perlahan mengerjap lalu membuka kedua matanya.

Hal yang pertama Naya lihat adalah suaminya yang sedang mengecup keningnya sambil menangis.

Naya tersenyum miris saat mengingat kejadian beberapa saat yang lalu. Lihatlah betapa mereka tidak cocok? Dua insan yang tak saling mengenal tapi harus menyatu. Naya pun mengangkat tangannya dan mendorong kecil dada Adnan.

Adnan mengerjap dan mengusap matanya yang basah.

"Dek…" panggil Adnan.

Naya hanya menatap kearah Adnan lalu menggeleng kecil.

"Kita sudahi ya.. Mas..."

Jantung Adnan rasanya terhenti saat mendengar permintaan istrinya.

*****

TBC..

See u next part.

Bengkulu, 23 Sep 19

Mengikat Dengan AkadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang