Bab 17. Ancaman

6.4K 396 16
                                    

Rora kembali... 😥
Karena sudah 70 bintang aja..

Follow Rora ya "Lotusia_Aurora"
Kepoin juga cerita lainnya di akun Rora.

Maafkan Typo nya..
Jangan lupa Vote dan Comentnya.

Happy Reading...

*****

"Saya nggak nyangka loh nak Gilang dan nak Sekar berhasil menemui cucuku satu ini. Bahkan saya sampe lupa saking lamanya ia tidak menemui saya yang sudah tua ini. Bertemu dimana dengan Nanay?" Tanya Salma memecah keheningan di meja makan.

"Cerita nya panjang Bu Salma.." jawab Sekar yang merasa enggan untuk bercerita.

"Nggak papa saya punya banyak waktu untuk mendengarkan.." seru Salma sambil memasukan salad sayur yang ia tusuk dengan garpu ke mulutnya.

Sekar dan Gilang pun saling berpandangan karena bingung mau menceritakan dari mana, pertemuan antara Adnan dan Naya terlalu unik menurut mereka.

"Intinya takdir lah yang telah mempertemukan saya dengan istri saya Oma." Adnan memilih menjawab saat melihat kedua orangtuanya merasa kebingungan.

"Hahaha okay.. saya hanya tidak menyangka saja padahal yang saya tawarkan dengan kalian adalah cucu saya yang memiliki masa depan yang bagus, berpendidikan dan tentunya beretika tapi ya sudahlah sesuai kesepakatan ya kan nak Gilang…?"

Gilang pun mengernyit bingung. "Kesepakatan apa ya Bu Salma?"

"Lohh.. bukannya saya sudah bilang ya, kalau saya akan menjadikan perusahaan alat bangunan dan elektronik mu sebagai pemasok utama di bangunan properti perusahaan saya asalkan kalian menerima Lisa sebagai menantu kalian. Kalau sudah begini sepertinya kita harus bahas ulang nanti masalah kerja sama ini."

Gilang dan Adnan tertegun, mereka saling menatap satu sama lain.

Resti pun tertawa kecil dan memegang lengan mertuanya. "Aduhh bu.. kita lagi di meja makan loh. Nanti saja kita bahas kerja samanya di kantor. Bukan begitu Pak Gilang?".

"Iya.. sekarang kita nikmati sarapannya dulu. Maaf ya Bu Salma dan Jeng Resti sarapan nya seadanya." Seru Sekar.

"Iya nggak apa Dek Sekar. Kami juga bertamu tidak bilang-bilang, soalnya Ibu mau ditemani  melihat keadaan Naya. Bagaimana keadaan mu Nay?" Tanya Resti kepada Naya yang hanya menunduk dan fokus kepada sarapannya.

Naya yang ditanya segera mengangkat kepalanya dan menatap kearah dua wanita munafik yang ada dihadapannya. Naya pun berdecih saat menatap mata Salma yang berwarna abu-abu seperti matanya.

"Beberapa menit yang lalu saya sangat baik, tapi saat ini saya sangat buruk." Jawab Naya berani lalu segera memutar kursi rodanya meninggalkan meja makan tersebut.

Brakkk….

"Dasar… tidak tahu diri kamu yaaa…" teriak Salma dengan murka, namun Naya memilih menulikan kedua telinganya.

"Lihat! Lihat menantu yang kalian pilih. Benar-benar tidak tahu sopan santun. Ayo kita pulang Res !!"

"Bu… kami mohon maaf.." Sekar memegang lengan Salma mencegahnya pergi.

"Saya sudah tensi tinggi Nak Sekar. Saya permisi pulang.." Salma segera berdiri dengan dibantu oleh Resti berjalan meninggalkan meja makan.

"Maaf ya.. Dek Sekar dan Pak Gilang. Terimakasih atas suguhan makanan nya." Pamit Resti lalu membimbing mertuanya menuju mobil mereka yang terpakir.

******

Gilang segera menahan tangan Sekar yang akan menuju kamar Naya.

"Mi.. biar Adnan yang menghampiri Naya." Ucap Gilang.

Mengikat Dengan AkadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang