Bab 24. Rindu Abi

6.7K 358 16
                                    

💚 Follow juga akunnya ya "Lotusia_Aurora"💚

Maafkan typo yang bertebaran..

Happy Reading..

******

Adnan mengerjap saat sayup-sayup mendengar suara ketukan pintu. Ia pun membuka kedua matanya dan tersenyum saat melihat kepala istrinya sedikit menunduk dengan kedua mata yang terpejam. Lalu dengan iseng Adnan sedikit mengangkat kepalanya yang masih berada dipangkuan istrinya lalu meraih bibir merah istrinya.

"Nan... Papi mu mau ke masjid kamu mau solat di masjid atau di rumah?" Teriakan Maminya membuat Adnan segera menjauhkan bibirnya.

"Adnan solat di rumah saja Mi..." teriak Adnan karena ia sedang malas membuka pintu.

"Okee.. bentar lagi magrib Nan. Kerjakan yang wajib dahulu baru yang sunah.." nasehat Sekar pada anaknya. Sedangkan Adnan hanya terkekeh untung saja istrinya tidak mendengar godaan dari Maminya tersebut.

Adnan segera menjauhkan kepalanya lalu mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk. Tangannya pun perlahan membantu istrinya berbaring. Ia menggeleng kecil saat melihat Naya yang sedikitpun tak merasa terganggu. Istrinya ini sangat susah terbangun dari tidurnya hanya saja pada waktu-waktu tertentu seperti didalam tubuhnya mempunyai alarm, karena Naya pasti akan terbangun saat jam 03.00 pagi dengan mudah tanpa Adnan yang membangunkan.

Adnan mengetahui hal tersebut karena sebenarnya sejak malam pertama Adnan sudah mulai menyicil, heiiii dia pria normal dan tentu saja saat ada yang halal , Adnan pasti melampiaskannya yaa meski pada akhirnya Adnan harus segera mengguyur kepala nya dengan air dingin. Hingga saat Naya memberikan haknya membuat Adnan seperti menemukan oase di gurun pasir.

Mengingat kejadian di hotel membuat Adnan kembali bertanya-tanya siapa yang telah lancang memberikan obat laknat itu dalam minumannya. Bahkan Adnan sudah menanyakan hal tersebut di grup whatsapp yang hanya berisi ia dan teman-teman nya namun tak ada dari mereka yang mengaku hingga akhirnya Adnan memilih keluar dari group WA tersebut.

******

Naya hanya menatap sedih kearah ibunya yang sedang berada di dapur saat ini. Bukankah pesta di taman belakang rumah ini sangatlah meriah seharusnya Naya dan Uminya saat ini menikmati kue-kue yang begitu menggoda diatas meja bukan berada di dapur yang berisi kue-kue sisa yang menghiasi piring-piring kotor.

"Umi... Naya bantuin Umi yaa?" Naya yang sudah memasuki usia 9 tahun tentu saja sudah diajarkan oleh Nilam cara mencuci piring.

"Nggak usah sayang. Ini juga udah selesai kok." Sahut Nilam sambil mengangkat piring yang sudah bersih menuju kursi kayu panjang agar air yang menetes dari piring dapat mengering sebelum dipindahkan kedalam lemari. Namun naas lantai yang licin saat itu membuat kakinya tergelincir.

Prangggg.....

Bunyi pecahan piring yang jatuh secara bertumpuk menimbulkan suara yang sangat nyaring sampai suara musik yang sedang terputar di taman belakang menjadi terhenti.

"Umiii..." Naya segera berlari dan membantu Uminya berdiri. Hingga kedua mata Naya membesar saat melihat kaki Uminya yang berdarah.

Sedangkan Salma dan yang lainnya menatap terkejut kearah pecahan piring yang telah menyebar di seluruh penjuru lantai dapur.

"Ya Ampuuunnnn piring - piring mahal kuuu !!!" Teriak Salma dengan suara yang menggelegar dan tanpa ragu Salma berjalan menghampiri Nilam dengan heels mahalnya.

Plakkkk...

Nilam tertegun saat kepala nya terlempar kesamping bahkan ia secara spontan memegang pipinya yang terasa panas dengan tangannya.

Mengikat Dengan AkadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang