tired

4.7K 182 10
                                    

Aku menghela nafas lemah ketika memasuki apartemen berukuran sedang ini. Entah mengapa rasanya lelah sekali. Tak biasanya aku merasakan hal ini. Ah tidak. Maksudku tidak sering. Rasanya tubuhku mau remuk saja. Kepalaku terasa sangat berat, tubuhku terasa lemas sekali. Aku mendudukan diriku di sofa berwarna hitam. Sejenak aku memejamkan mataku, mengeksplor apa yang aku lakukan seharian ini - melakukan recording, resehal, dan apalagi ya?. Rasanya memang tidak banyak tetapi sepertinya anemiaku kambuh.

"Oh kau sudah pulang?" suara itu. Suara yang selalu aku rindukan. Dia ahhh aku tidak akan memberi tahu kalian. Maaf sekali. Aku membuka mata perlahan.

"Hai sayang," sapaku dengan suara parau. Raut wajahnya berganti menjadi sendu setelah mendengar suaraku. Dia berjalan mendekat ke arahku lalu memeriksa dahiku. Ada apa dengannya ini. Bibirnya mengerucut imut. Aku terkekeh.

"Jeno, sudah kubilang tidak boleh terlalu lelah. Ada apa denganmu ini? Kenapa suka sekali memaksakan diri seperti ini hah? Kalau anemiamu kambuh siapa yang sedih?" tanyanya. Dia tidak bertanya maaf. Lebih tepatnya memarahiku.

Aku tersenyum tipis. Kutarik tubuh kecilnya keatas pangkuanku. Bibirnya masih mengerucut. Aduhh imutnya. Dengan bibirnya yang masih mengerucut, ku kecup lembut. Dia berhenti mengerucutkan bibirnya. Raut wajahnya berubah. "Aku tidak memiliki kewenangan mengatur jadwalku," aku berusaha memberikan pengertian padanya. "Ya aku juga tau itu. Tapi mintalah istirahat jika kau merasa lelah. Tidak perlu berbohong pada temanmu yang lain. Dasar bodoh!" Aku mencubit bibirnya. Astaga sejak kapan dia suka sekali mengumpat. "Hei-hei siapa yang mengajarkan Mark Lee menjadi seorang pengumpat?" tanyaku padanya.

"Jeno-ah....," rengeknya. "Aku merindukanmu," cicitnya pelan. Rasanya sangat bahagia ketika mendengarnya mengucapkan sepatah kata rindu dari bibirnya langsung. Kutangkup kedua pipi tembamnya lalu kukecup bibirnya. Pipinya merona. Astaga, kami sudah bertunangan hampir satu tahun dan berpacaran selama dua tahun. Kenapa dia masih malu.

"Aku juga merindukanmu sayang," ucapku pelan. Kupeluk erat tubuh mungilnya. Kuhirup aroma lavender yang menguar dari tubuhnya. Bayi sekali seperti orangnya. Kepalanya tersembunyi di dada bidangku. "Jeno, aku ingin bertanya sesuatu," ucapnya. Yah meskipun suaranya teredam didadaku, tapi aku masih mendengarnya dengan jelas. "Apa ada masalah? Mengapa bertanya seperti itu hmmm?" tanyaku kembali. "Tapi i-it-tu aduhhhh Jeno aku bingung mengatakannya!!" dia berteriak kemudian memukul dadaku. Ada apa dengannya ini sih? Kenapa sekarang jadi aku yang bingung.

"S-soal ehmmm itu... ya agak aduhhhh Jeno....," astaga dia kembali merengek. Aku mengernyitkan dahiku dan menaikan satu alisku. "Apa kau mencintaiku?" tanyanya. Wajahnya kini berhadapan langsung dengan wajahku. Raut mukanya terlihat cemas. Kenapa pertanyaannya terdengar aneh. "ya sayang, aku sangat mencintaimu," jawabku. "kenapa kau tidak pernah menyentuhku?" tanyanya lagi. Menyentuh? Peluk? Cium? Begitu? Aku sering melakukannya padahal.

"Peluk? Dan cium begitu?" tanyaku lagi. "Dongkol sekali berbicara denganmu," dia menarik hidung mancung ku. Aku meringis pelan. "Maksudku lebih dari itu," pipinya merona merah ketika mengatakan hal itu. Aku sedikit mencerna perkataanya. Menyentuh? Lebih dari itu? Ah ya aku paham sekarang. Otak mesumku sedikit berjalan sekarang. Terimakasih Jaemin. Kau benar-benar membantuku saat ini. "Apakah rasa cinta harus dibuktikan dengan hal itu?" Aku menjeda sebentar perkataanku. Dia terlihat menatapku dengan mata bulatnya yang cantik.  Kepalanya menggeleng. Kukecup pucuk kepalanya. "Aku mencintaimu bukan karena tubuhmu. Bukan karena sifatmu atau karena wajahmu yang manis dan cantik. Tapi karena kau adalah Mark Lee. Mark Lee hanya milik Lee Jeno bukan milik orang lain," sungguh sejak kapan aku jadi se-cheese ini. Aku juga agak jijik dengan yang barusan aku katakan. Ewhh. Satu grup dengan Jaemin yang hampir tujuh tahun ini membuat beberapa sifatnya menular padaku.  Malam ini tak ada apapun gang spesial. Semua berjalan seperti biasa. Kami tidur diatas ranjang saling memeluk setelah sebelumnya saling bercerita.

NCT Oneshoot with Mark (AllxMark) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang