Chapter 28 : Perjodohan

3.8K 100 19
                                    

Sebelum baca ada baiknya memulai dengan....
Bismillahirrahmanirrahim

Happy Reading 😊
.
.
.
.
.
.
.
.

***
Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu jauh. Akhirnya keluargaku sampai di salah satu restoran di kota Bandung.

"Bun aku izin ke toilet dulu yah" ujarku tergesa.

"Kebiasaan deh kalo gugup suka gini, ya udah sana" perintah Bunda.

Tak lama dari toilet, aku pun kembali mencari keluargaku. Dan akhirnya ku temukan keluargaku dan calon keluarga baruku, tapi tunggu sebentar apakah aku tidak salah lihat?

"Nah itu Azkiya, Azki sini!" Lambay Bunda.

Sedangkan aku masih mematung ditempatku berdiri. Lelaki itu pun menoleh kepadaku dan memberikan senyum indahnya kepadaku, dia yang selalu singgah di bunga tidurku setelah melaksanakan shalat istikharah.

"Azkiya sini nak" ucap Bunda sekali lagi.

Aku pun menghampiri meja keluargaku. Aku pun duduk dengan perasaan yang campur aduk. Lelaki yang berada dihadapanku tersenyum bahagia tetapi masih terlihat jelas raut mukanya yang kaget karena aku lah wanita yang dijodohkan.

"Jadi sebagai kesepakatan kita pada awalnya Azka, saya mau menjodohkan anak-anak kita ini" ujar Om Fahmi.

"Sebaiknya kita tanyakan saja kepada anak-anak kita saja" ujar Ayah.

"Nah nak bagaimana tentang perjodohan ini apa kamu menerimanya?" Tanya Ayah kepada lelaki itu.

"In Syaa Allah saya menerimanya Om" ucap lelaki itu mantap.

"Gimana Azki, kamu menerima perjodohan ini?" Tanya Ayah.

Sedangkan aku tak mampu memberitahukan apapun, aku terkejut tentang orang yang berada di hadapanku sekarang ini. Inilah wajah masa depanku, inilah orang yang akan menggenggam tanganku, inilah dia, dia sahabatku...

"Gimana Azki?" Tanya Om Fahmi kepadaku.

"Bismillahirrahmanirrahim, saya Azkiya, saya menerima perjodohan ini, Ikhsan" jawabku yang sedari tadi hanya diam tak berkutik.

Yah dia orangnya Ikhsan Pratama Alatas, teman masa kecilku yang datang kembali ke kehidupanku yang dulu sempat berpisah karena melanjutkan pendidikan. Dia tidak menyangka wajah itulah yang akan jadi pendampingnya.

"Alhamdulillah!!" Ucap syukur antara keluargaku dan keluarganya Ikhsan. Ikhsan tersenyum mendengar keputusanku.

"Tapi ada satu hal yang perlu kamu laksanakan jika ingin menikahi putri semata wayang Om ini" jelas Ayah.

"Apa itu Azka?" Tanya Om Fahmi.

Sedangkan Ayah hanya tersenyum dan menoleh kepadaku. Lalu aku pun menganggukan kepalaku sebagai tanda kode untuk memberitahukan syarat yang sudah dahulu aku rancang jika aku akan menikah.

"Jika kamu sudah menikah dengan Azkiya, saya mohon kamu gak boleh poligami dia, kamu diperbolehkan poligami jika Azkiya sudah tidak mampu lagi mengemban tugas seorang istri" jelas Ayah.

"Maaf sebelumnya Om, tapi saya akan menerima apa adanya Azkiya. Saya tidak akan mempoligami Azkiya jika Azkiya masih mampu mengemban tugasnya" ujar Ikhsan terus terang .

"Baiklah Om percayakan anak Om sama kamu San" kata Ayah tulus.

"Nah sekarang kita pesen makan yah" ujar Tante Dede kepada kita semua.

Setelah acara makan malam selesai, tiba-tiba...

"Om Azka, Tante Kiya... Ikhsan izin buat ajak ngobrol Azkiya, cuma sebentar kok. Boleh kan?" Tanya Ikhsan ragu.

"Iya, boleh. Tapi cari tempat yang rame yah" pesan Bunda.

"Iya Tan" ujar Ikhsan singkat.

"Ayo Az" pinta Ikhsan.

Lantas aku pun hanya mengikutinya dari belakang sambil bertanya-tanya dalam lubuk hatiku. Apa yang ingin Ikhsan sampaikan?

"Jadi, aku mau tanya Az. Tapi kamu jangan marah" jelas Ikhsan.

"Iya" ujarku sesingkat-singkatnya.

"Kamu menerima pinanganku bukan karena kamu ingin menjadikanku sebagai pelarian kan?" Tanya Ikhsan.

"Nggak San, lagipula sebelum melakukan perjodohan ini aku shalat istikharah dan entah kenapa kau selalu mengunjungi bunga tidurku setiap malam. Dan mungkin inilah jawaban dari Allah SWT" jelasku dengan senyuman.

"Alhamdulillah kalo begitu, tapi kamu udah tau kabar apa tentang Arsya?" Tanya Ikhsan.

"Gak tau" ujarku.

"Kok gak tau?" Tanyanya.

"Ya kalo gak tau, emang mau gimana lagi?" Balasku.

"Ya gak gimana-gimana sih, aku cuma penasaran aja" terus terangnya.

"Udahlah, gak usah kepo sama urusan hidup orang" ujarku.

"Azki, sebelumnya aku minta maaf" ucap Ikhsan yang membuatku bingung.

"Minta maaf kenapa?" Tanyaku.

"Maaf telah memakai namamu tanpa memberitahumu sebelumnya dalam setiap sujudku, aku benar-benar minta maaf" jelasnya.

Sedangkan aku hanya termenung mendengarkan penjelasannya, ditemani dengan semilirnya angin di lantai atas restoran ini. Bintang pun bertabur diatas sana memancarkan cahayanya. Tak terasa air mataku terjun ke pipiku.

"Loh Az, kok malah nangis. Aku minta maaf, aku bener-bener minta maaf" ujar Ikhsan takut.

"San, kamu gak perlu minta maaf kepadaku, malah aku senang mendengar penjelasanmu itu" ujarku dengan agak terisak.

"Apakah kamu marah kepadaku Azki?" Tanya Ikhsan memastikan.

"Aku gak marah San" ucapku tulus.

"Terimakasih yah Azki" ujar Ikhsan.

"Iya San" balasku singkat.

"Ya udah kita kembali kedalam yuk" ajaknya padaku.

Aku pun hanya menganggukkan kepalaku pertanda setuju. Dan mengikuti langkahnya masuk kedalam restoran.

Ya Allah Ya Tuhanku...
Terimakasih atas segala karuniamu
Kau membawa kabar bahagia untukku
Memberikan lelaki yang tepat untukku
Semoga dia mampu memapahku ke jalan yang benar
Ya Allah Ya Tuhanku...
Maafkanlah hamba yang pernah mencintai salah satu hambamu
Maafkanlah hambamu ini Ya Allah

Langit malam begitu cerah
Bintang pun saling berkedip bagaikan memberikan isyarat
Sang rembulan pun tak ingin kalah saing dengan sang bintang
Ia pun tampak gagah di atas sana
Ciptaanmu begitu indah Ya Allah...

TAMAT !!!










TAPI BOONG 😂
Jangan serius kayak gitu ah!!!
Tenang, author gak bakal setega itu kok buat mengakhiri cerita ini.

Sampe lupa

🌹 Assalamualaikum semuanya... Yang jelas cerita ini gak tamat kok, masih ada lanjutannya, jangan lupa untuk terus pantengin Azkiya Nur Alvian yah... Harap tinggalkan Vommentnya, hatinya juga boleh😂 🌹

O yaa jangan lupa baca karya author yang "Gewoon Begeleiden" yaaaa

Dmnyf_

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Azkiya Nur AlvianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang