Chapter 27 : Rencana Perjodohan

1.3K 73 3
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.

*Sebelum membaca ada baiknya baca...
Bismillahirrahmanirrahim

***

Hari ini adalah kepindahan Ibu Ririn, seniorku yang sudah Aku anggap sebagai orangtuaku di sekolah.

"Yah Bu, nanti Azkiya rindu dong sama Bu Ririn" ucapku sendu.

"Gak usah sedih-sedih gitu dong Azkiya, nanti Ibu juga ikut sedih loh" ujar Bu Ririn.

"Semoga Ibu betah yah mengajar di sekolah barunya Bu Ririn" ucap Fatwa.

"Iya, Fatwa" balas Bu Ririn singkat.

Setelah acara perpisahan dengan Bu Ririn, aku pulang kerumah dengan rasa lelah luar biasa.

"Assalamualaikum" salamku sembari masuk kedalam rumah.

"Waalaikumsallam" jawab Bunda yang tengah menonton TV.

Aku pun langsung menyalami Bunda dan duduk di samping Bunda, sambil menyenderkan kepalaku di bahu Bunda. Lantas Bunda pun menggenggam tanganku dan mengusap lembut punggung telapak tanganku.

"Capek banget kayaknya kenapa?" Tanya Bunda lembut.

"Iya Bun, hari ini jadwal padet banget. Udah gitu ada masalah sama salah satu muridku, terus dilanjut sama acara perpisahannya Bu Ririn" cetitaku.

"Uluh kasian banget anak Bunda, mau Bunda pijitin biar rileks?" Tanya Bunda.

"Gak usah Bunda" tolak Azkiya halus.

"Azkiya pengen rebahan aja dulu di kamar" jelasku.

"Ya udah kamu rebahan dulu, nanti jangan lupa kamu siap-siap buat makan malam diluar sama calon kamu" ucap Bunda terang-terangan.

Sedangkan aku terkaget-kaget mendengarnya. Kenapa lelah sekali hari ini, kenapa hari ini banyak sekali yang membuatnya bisa uring-uringan setengah mati. Ya Allah kuatlah hambamu ini.

"Malah bengong katanya mau rebahan?" Tanya Bunda.

"Gak jadi ah Bun, Azki siap-siap aja buat Makan malam nanti" ujarku.

"Bunda udah siapin baju buat kamu di kamar buat acara kali ini" ucap Bunda

"Oke Bunda" ujarku singkat.

Aku pun menaiki anak tangga menuju ke kamarku. Dan aku pun menyapu pandanganku ke seluruh ruangan, dan ku temukan baju di atas kasurku. 'pasti ini baju yang aku harus pake' batinku.

Drrt... Drrt... Drrt...
Aku pun mengecek ponselku karena ada pesan masuk. Dan terpampang jelas chat dengan salah satu anggota keluargaku. Ya siapa lagi kalo bukan dia. Aa Hafidz.

Aa Hafidz
Az, katanya ada makan malam keluarga sama calon kamu?

Me
Iya A, Aa ikut atau nggak?

Aa Hafidz
Nggak dek, Aa gak ikut. Tapi mudah-mudahan acaranya lancar yah dek. Aa yakin dia orang baik.

Me
Tunggu Aa tau siapa orangnya? Siapa Aa?

Aa Hafidz
Nanti kamu pasti tau dek, tenang aja.

Me
Ya udah deh A, do'ain yah

Aa Hafidz
Iya di do'ain. Udah dulu yah kamu siap-siap dandan yang cantik tapi jangan menor-menor gak bagus, makeup yang simpel aja. Assalamualaikum.

Me
Iya, iya Aaku yang bawel. Waalaikumsallam.

Lalu aku pun melanjutkan aktivitasku untuk bersiap-siap bertemu dengan calonku. Kenapa terasa aneh mendengarnya. Rasanya entah seperti apa yang kurasakan, secara terang-terangan aku katakan aku takut untuk bertemu calon suamiku.

"Ya Allah apa benar dia orang yang tepat untukku siapa dia Ya Allah" renungku dengan helaan nafas.

Sedangkan di tempat lain...

"Dek, katanya kamu hari ini mau nemuin calon istri kamu?" Tanya Linda kakakku.

"Kata Mamah dan Papah sih gitu" ujarku malas.

"Kakak yakin dia orang baik" ucap kakakku.

"Baik? Memangnya kakak sudah pernah bertemu sama dia?" Tanyaku penasaran.

"Itu rahasia kakak, kamu gak perlu khawatir" ucapnya dengan senyuman.

"Iya kak" singkatku.

"Ya udah sana siap-siap" perintah kakakku.

Lantas aku pun hanya mengangguk pertanda setuju.

"Ya Allah permudahlah jalan hamba" ujarku.

Tak lama setelah bersiap-siap aku pun pergi ke lantai bawah.

"Om, Om mau nikah yah kata Ibu?" Kata keponakanku.

"In Syaa Allah" ucapku meladeninya.

"Aku kira Om suka sama Bu Guru cantik di sekolahku" ujarnya dengan nada pelan.

"Om memang suka dengan Bu Guru mu itu, tetapi takdir berkata lain princess" ucapku sembari mengelus pucuk kepalanya yang berbalut dengan hijab.

"Tapi siapapun itu yang akan jadi istrinya Om ku harus yang baik, rajin, dan berhijab. Kalo cantik sih bonus" ucapnya diplomatis.

"Kamu bisa aja" ujarku sambil tersenyum.

"Eh udah beres siap-siap adekku yang tampan ini?" Goda kakakku yang membuatku geli.

"Apa sih kak" ucapku ketus.

"Dih ambekkan" balas kakakku.

"Ibu, aku ikut kan? Aku pengen liat wajah calon istrinya Om" ujar keponakanku.

"Jangan sayang, mending sekarang kita makan di luar. Jangan ikut-ikutan masalah orang dewasa" jelas Kakakku.

Sedangkan keponakanku hanya cemberut dan memonyongkan bibirnya.

"Iya deh aku nurut ama Ibu" finalnya.

"Ya udah kakak keluar duluan yah, Assalamualaikum. Oh ya dek, semoga lancar" ucap Kakak kepadaku.

"Aamiin" ujarku singkat sembari memberikan senyuman manisku.

"Om, jangan lupa foto calon istrinya Om. Gak pengen tau harus dapet" tegas keponakanku.

"Iya princess" jawabku.

"Yuk kita juga berangkat takut macet nanti, terus kita telat" ujar Papah.

"Iya Pah" ujarku agak lesu.

"Aduh anak Mamah jangan lesu kayak gini dong" ujar Mamah menyemangati.

"Cuma khawatir aja Mah" balasku.

"Jikalau kamu tidak cocok sama dia perjodohan ini bisa di batalkan kok, kita gak memaksa. Iya kan Pah?" Tanya Mamah.

Papah pun menganggukkan kepalanya pertanda setuju.

"Udah, udah malah pada ngobrol yuk masuk mobil dulu biar nanti aja ngobrolnya dimobil takut telat, kan gak enak sama calon besan" ujar Papah.

"Biar Aku yang menyetir Pah" pintaku.

"Ya boleh" balasnya singkat.

"Tapi hati-hati loh, jangan sampai gara-gara kamu was-was ketemu calon istri kita semua jadi kenapa-napa" jelas Papah.

"Ih, amit-amit pah. Nauzubillah" ujar Mamah.

Mobil pun meninggalkan pekarangan rumahku memecah jalanan kota Bandung yang sangat ramai. Bismillahirrahmanirrahim, calon masa depan yang akan Aku gandeng tangannya, Aku datang.

🌹Ciee double update, akhirnya bisa juga double update... Jangan lupa Share and Vommentnya, love you para kesayangannya author 😘🌹

Azkiya Nur AlvianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang